~Jurnal Observasi~

Beranda

...

Stories from the Heart
~Jurnal Observasi~

photoarmy

02-04-2013 11:47

~Jurnal Observasi~

Hey? Hello? Atau apa?

Buat saya pribadi selalu sulit buat memulai sesuatu, terlebih lagi jika memang tidak ada hubungannya dengan bersenang-senang.

Lantas kalo memang tidak senang kenapa saya menulis ini?

Saya memang terbilang malas mengerjakan sesuatu yang menurut saya buang-buang waktu (menurut saya menulis itu buang-buang waktu-pendapat pribadi-no offense) Tapi saya ingin punya sebuah jurnal sudah sejak lama. Kenapa? Nampaknya punya jurnal itu keren. That’s it.

Lalu kenapa baru sekarang saya membuat jurnal?

Sampai beberapa detik yang lalu saya belum menemukan sesuatu yang tepat yang untuk saya masukan dalam jurnal. Asal tulis? Tidak bisa. Menurut saya jurnal yang keren harus punya tema.

OBSERVASI

Cukup keren untuk jadi jurnal saya. Mengobservasi itu menarik.

Kenapa observasi?

Saya suka mengamati. Disaat berkumpul dengan teman-teman, saat mereka berbagi cerita. Saya lebih suka mengamati bagaimana feedback dari masing-masing individu dibanding ikut tertawa bersama mereka.

Menarik. Karena ternyata reaksi dari masing-masing orang berbeda-beda. Ada yang benar-benar tulus ikut tertawa. Ada yang menertawakan orang lain, ada yang senang menjadi bahan tertawaan, dan bahkan ada yang hanya pura-pura ikut tertawa (entah menghargai atau takut dijauhi)

Ya Tuhan, semoga saya tidak gila.

Spoiler for OBSERVASI I:

1 April 2013.

Saya punya beberapa anak kucing dirumah. Dengan warna, wajah, juga tingkah laku yang berbeda-beda. Ketika saya tanya orang-orang terdekat saya mana kucing favorit mereka. Jawaban mereka juga berbeda-beda. Tetapi dari beberapa anak kucing yang ada, ada seekor anak kucing yang tidak dipilih menjadi favorit siapapun.

Kasian bgt nih anak kucing ga ada yang mau. Memang perlu diakui kalau dari penampilan anak kucing yang satu ini memang tidak begitu “menarik”. Wajahnya kalah lucu dengan anak-anak kucing yang lain, warnanya bulunya pasaran, dan ada beberapa bulu yang baru tumbuh dikarenakan habis kena jamur.

Sedikit pikiran mulai mengawang-awang. Ketika dia ditakdirkan untuk berpenampilan seperti itu, apakah dia sebelumnya diberikan pilihan untuk memiliki penampilan seperti apa? Apakah cukup adil baginya untuk tidak disukai dengan penampilannya sekarang?

30 menit saya berfikir sebelum menulis paragraph ini, masih belum menemukan jawaban.

Sejauh ini hanya satu hal yang terfikirkan. Itu tidak adil, mereka tidak bisa memilih berpenampilan seperti apa. Mungkin jika bisa memilih, Mereka akan memilih jadi kucing paling lucu sedunia, sesempurna mungkin, tanpa kurang sedikit pun.

Tapi seperti apa sesuatu yang bisa dikatakan sempurna? Saya tidak tahu. Apakah ternyata anak kucing yang tidak disukai ini ternyata adalah kucing paling sempurna? Mungkin saja.

Keterbatasan otak atau mungkin hanya sebatas keterbatasan ilmu. Tapi saya sangat tertarik untuk mendalami permasalah ini.

Berikutnya saya akan cari tau pendapat-pendapat mengenai penampilan ini. Berharap batasan-batasan ilmu yang menghalang dapat terbuka, walau sedikit demi sedikit.

“Things are not always as they seem; the first appearance deceives many - Phaedrus”