• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Voltaire “Kalaupun Nabi Muhammad itu adalah pendusta, tapi faktanya beliau berhasil

cettAvatar border
TS
cett
Voltaire “Kalaupun Nabi Muhammad itu adalah pendusta, tapi faktanya beliau berhasil
Agama Kristen, ibarat seorang kakak dari agama Islam, akan marah bila sang adik mengkritik apa yang dilakukan kakaknya selama ini adalah salah dan sang adik berusaha memberikan solusi terbaiknya. Namun serta merta sang kakak justru menghajar sang adik. Inilah drama konflik keluarga atasnama fanatisme. Membuat Seorang filsuf dan sastrawan, ahli sejarah dari Prancis, Francois Marie Arouet dengan nama pena Voltaire (21 November 1694 - 30 Mei 1778), melalui 175 nama samaran melakukan kritikan kepada pemerintah Perancis, kekejaman kristen dan bentuk fanatisme lainya. Voltaire mengkritik Eropa, "orang lain (Islam) mungkin berpikir lebih baik daripada penduduk ini tumpukan kecil dari lumpur kita sebut Eropa." Dalam suratnya kepada Frederic II ia menulis, "Kepercayaan membabi buta memecah persahabatan, merusak persaudaraan, menghantam orang baik-baik dengan tangan si gila yang kerasukan." Thomas Macauley, sejarawan abad 19, mengatakan, Nazi diakui Voltaire sebagai musuh alami.

Dalam artikel “Dictionnaire Philosophique", ia menulis, “Lorsqu’une fois le fanatisme a gangrené un cerveau, la maladie est presque incurable” (“Tatkala fanatisme telah membusukkan otak, penyakit itu tak akan dapat disembuhkan”). Inilah Gagasan “pertempuran” politik dan ilosois, dengan mengatakan, “Je ne suis pas d’accord avec ce que vous dites, mais je me battrai jusqu’à la mort pour que vous ayez le droit de le dire” (“Saya tidak setuju dengan apa yang Anda katakan, tetapi saya akan berjuang sampai mati agar Anda tetap berhak mengatakannya.”)

Kritikan terhadap pastor dan Gereja Katolik dalam salah satu karyanya, “L’Ingénu” (“Si Lugu”,Yayasan Obor Indonesia, 1989). Tragedi pembantaian penganut Protestan pada hari Saint Barthelemy, Agustus 1572, mengakibatkan 3 ribu orang tewas.

Karya besarnya seperti karya filsafat (Essais sur les Moeurs, 1756, Lettres Philosophiques, 1734, Traités sur la tolérance, 1763, dll.), karya sejarah (Histoire de Charles XII, 1732, Le Siècle de Louis XIV, 1752) yang didasari atas penelitian dan dokumen otentik, sekitar 40 drama (antara lain Zaïre, 1732, Le Fanatisme ou Mahomet le Prophète, 1753, Irène, 1778), kritik sastra, pamlet-pamlet yang berisi kritikan politik, 26 dongeng ilosois (Zadig, 1747, Candide, 1759, L’Ingénu, 1767), dan sekitar 20 ribuan surat pribadi yang berisi gagasan-gagasan tentang berbagai masalah aktual bahkan juga polemiknya dengan pengarang Jean-Jacques Rousseau. Kesemua surat-suratnya senantiasa ditutup dengan kalimat “Ecrasez l’inflame” (Ganyang Barang Brengsek Itu!) Maksudnya “barang brengsek” adalah kejumudan dan fanatisme. Atau “Ecrasons l’inflame”, yang diartikan, “Mari Kita Basmi Kefanatikan”.

Pengarang selalu mencari setting tempat yang jauh, tokoh yang direkayasa agar pembaca terkecoh dan tak mencurigai tujuan sesungguhnya. Seperti karya fiksi LFMP dengan Tokoh Mahomet yang digambarkan sebagai tokoh jahat adalah bagian dari rekaan imajinasi Voltaire, pembaca dituntut memahami yang tersirat di balik yang tersurat dan ia telah menulis kepada Frédéric II: On pourra me reprocher que, donnant trop à mon zèle, je fais commettre dans cette pièce un crime à Mahomet, dont en effet il ne fut point coupable [....] (LFMP, hlm. 17) (“Mungkin saya akan dipersalahkan karena terlalu bersemangat, dalam drama itu saya membuat Mahomet melakukan kejahatan yang sebetulnya tidak pernah dilakukannya.”). Diperkuat dengan pernyataan: “Je sais que Mahomet n’a pas tramé précisément l’espèce de trahison qui fait le sujet de cette tragédie”. (“Saya tahu bahwa Mahomet tidak pernah melakukan jenis pengkhianatan yang merupakan tema tragedi itu”.).

Goethe, karyanya yang dimainkan untuk menyenangkan tuannya, Pangeran Charles-Auguste de Weimar, berbicara tentang hal itu kepada Napoleon yang ia temui di Erfut. Kaisar menjawab: "Saya tidak suka ruangan ini, itu kartun!
- Saya menurut pendapat Yang Mulia, saya telah melakukan ini terhadap jantung. Tapi dalam tragedi ini, ini tirani fanatisme, bukan Islam yang ditargetkan, namun Gereja Katolik.
- Sindiran kata Napoleon, begitu terselubung bahwa itu kurang ajar untuk mendedikasikan karyanya kepada Paus ... yang memberinya restu "(1)..

0
3.2K
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.7KThread82.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.