Kedutaan Besar RI di Kuala Lumpur, Malaysia mengaku telah mendapatkan laporan mengenai kasus dugaan pemerkosaan yang dialami TKW Indonesia. Namun ada dua versi yang berbeda mengenai kasus itu. Pihak KBRI masih menelusuri kebenarannya.

Juru bicara KBRI Kuala Lumpur, Suryana Sastradiredja ketika dihubungi merdeka.com via sambungan telepon, Sabtu (10/11) mengatakan, ada dua versi yang bertolak belakang mengenai kasus itu.

Versi pertama, kata Suryana, TKW itu sedang berduaan dan bermesraan dengan seorang lelaki lokal. "Menurut hukum syariah Islam di Malaysia, berduaan dengan bukan muhrim tidak patut dan langsung ditindak," ujar Suryana.

Dia melanjutkan, saat akan ditangkap, TKW itu kemudian merayu agar tidak diamankan dan dia melakukan berbagai cara. "Sampai akhirnya setuju untuk berhubungan badan dengan tiga petugas yang menangkapnya," ujar Suryana.

"Sementara versi kedua, WNI ini dipaksa untuk melakukan hubungan badan oleh tiga polisi itu. Nah, dua versi ini sedang diselidiki," imbuh Suryana.

KBRI, tegas dia, akan memantau kasus ini hingga tuntas. "Kami akan siapkan pengacara untuk WNI itu bila memang diperlukan," pungkasnya.

Sebelumnya, seperti diberitakan situs koran lokal Sinar Harian, seorang TKW asal Indonesia yang bekerja di toko makanan melaporkan tindak pemerkosaan yang dialaminya ke kepolisian di Malaysia. Wanita itu mengaku dirudapaksa tiga anggota Polisi Diraja Malaysia.

Korban yang berusia 25 tahun mengaku dirudapaksa tiga polisi saat ditahan di kantor Polisi. Menurut laporan wanita itu, kejadian bermula saat korban sedang menumpang taksi. Namun kemudian taksi yang ditumpangi korban dihentikan tiga polisi yang menggunakan mobil Proton dan menanyakan identitas.

"Ketika itu, saya hanya membawa salinan paspor. Dan polisi itu tidak mau menerima salinan paspor dan mengatakan akan membawa saya dan sopir taksi ke kantor polisi," ujar TKW yang tidak disebutkan namanya seperti dikutip Sinar Harian, Sabtu (10/11).

Sumber:
http://www.merdeka.com/peristiwa/dua...-malaysia.html