- Beranda
- Stories from the Heart
AGRAPANA "NYAWA INGKANG DIPUN GANTOSAKEN"
...
TS
afryan015
AGRAPANA "NYAWA INGKANG DIPUN GANTOSAKEN"

Bab 1
“Bu pokoknya Tias maunya kamar di lantai dua ya, sepertinya disana kamarnya nyaman” ucap Tias kepada Ibunya.
“Iya terserah kamu, yang penting kita pindahkan dulu barang bawaan kita ini kedalam, dan nanti kita tata semua bersama sama biar cepat selesai” ucap ibunya sambil melangkah kedalam rumah membawa kardus berisi barang dari rumah lama.
“Pokoknya terserahkamu saja yas, yang penting kamu nyaman tinggal disini, apa lagi di lantai dua ada tempat yang bisa kamu gunakan buat ngerjain pekerjaan kamu kan” imbuh ayah Tiyas yang sedang menurunkan barang – barang dari mobil bak yang membawa perabotan rumah mereka.
Tias dan keluarganya baru pindah ke rumah kontrakan yang baru, karena rumah kontrakan mereka yang lama sudah tidak bisa diperpanjang lagi, dan hari ini mereka mulai memindahkan perabotan rumah ke kontrakan yang baru.
Ayah Tias merasa beruntung mendapatkan rumah kontrakan yang murah dengan luas rumah yang cukup lega dibandingkan dengan kontrakan sebelumnya, ditambah lagi halaman yang juga luas, apalagi kontrakan yang sekarang memiliki dua lantai, dimana dilantai satu memiliki fitur, satu ruang tamu, dua kamar dengan salah satunya kamar utama, satu kamar mandi, satu dapur, satu ruang keluarga yang terbilang cukup luas dan halaman belakang yang terbilang cukup luas untuk menjemur pakaian, sedangkan untuk di lantai dua memiliki firur satu kamar dengan balkon, satu ruangan yang cukup untuk digunakan bersantai atau digunakan sebagai ruang kerja, dan satu kamar mandi, dengan fasilitas seperti itu Ayah Tias mendapatkan harga yang cukup terjangkau, dan rumah itu pun belum lama ditinggalkan oleh penyewa sebelumnya.
Tias membantu orang tuanya membawa masuk barang barang yang berada diluar untuk dimasukan kedalam rumah, satu persatu box kardus mulai dibuka dan dikeluarkan isinya untuk ditata pada tempat yang mereka inginkan, suasana riang keluarga kecil itu terdengar saat mereka sedang beristirahat disiang hari untuk melepas lelah karena sejak pagi berberes dan menata rumah.
“Hahaha, Apa lagi waktu Tias masih kecil ya yah, manjanya bukan main, dikit dikit buk, dikit dikit buk, sampe mau beol aja harus ada ibu, pernah waktu itu ibu di panggil Tias yang katanya mau beol tapi ibu lagi repot masak, bukannya pergi ke WC sendiri malah lompat – lompat kecil dibelakang ibu sambil sambil megangin pantat haha” ucap ibu Tias bercerita sambil terkakak.
“Ah ibu ah, itu kan dulu waktu aku kecil bu, sekarang kan udah nggak” dengan wajah cemberut menahan malu Tias protes pada ibunya.
“Haha terus yah, pas mau ibu angkat Tias buat dibawa ke WC, eh dia malah nangis sambil bilang, udah keluar bu, ahahaha” ucap ibu Tias tidak bisa menahan tawanya.
“Haha, namanya juga masih kecil ya yas, sini nggak usah cemberut, sini ayah cium” ucap ayah Tias membujuknya supaya tidak cemberut.
“Ah ibu tuh, sukanya ngejek aku terus” sambil mendepet ayahnya seolah mengadu.
“Udah nggak papa, eh tapi kok bau apa gitu ya ada yang aneh, kamu nggak beol kan yas?” ucap ayah Tias menggodanya.
“Ah ayah ih, sama aja, nggak lah aku udah bukan anak kecil lagi, ah udah ah aku mau keatas dulu ngerapiin kamar aku” sambil melepaskan pelukan ayahnya, Tias lantas bangkit dari posisi duduknya dan langsung melangkah ke lantai dua dengan menutup wajahnya karena tersipu malu namun gengsi untuk menunjukan pada kedua orang tuanya.
“ih ih ih cemberut sambil cengar cengir itu, nggak usah di tutupin, ibu udah liat kok haha” ucap ibu Tias menggoda.
“Haha, jangan kelamaan ya Yas, habis ini kita keluar buat makan, nanti kalo ayah panggil turun ya” ucap ayah Tias.
“Iya yah” ucap Tias singkat.
Setelah sampai di lantai dua, Tias mengambil beberapa kardus yang berada di ruangan yang sepertinya akan digunakan Tias sebagai tempat bersantai sekalikus beraktifitas, satu box kardus diraihnya untuk kemudian diletakan didalam kamar yang akan ditempatinya, box kardus itu kemuda dibukanya dan dikeluarkannya lah isi – isi didalamnya kemudian diletakan di atas kasur yang sebelumnya sudah ditata bersama dengan ayahnya, beberapa box yang isinya merupakan barang barang milik Tias sudah terbuka, dan satu persatu ditata pada tempatnya, seperti pakaian, buku buku dan lainnya ditata dengan sangat cekatan oleh Tias, dan tidak lupa gorden penutup jendela pun dia pasang, setelah dirasa lelah, Tias memutuskan untuk berhenti sebentar untuk beristirahat sebelum nyelesaikan menata barang yang masih tergeletak bukan pada tempatnya.
Teringat dengan perkataan ayahnya kalau mereka akan pergi makan siang diluar, lantas Tias menuju ke arah anak tangga lalu bertanya dengan nada yang kencang supaya orang tuanya di bawah mendengar.
“Yah? mau keluar makan siangnya jam berapa?” ucap Tias berteriak dari lantai dua.
“Sebentar lagi ya, ini masih tanggung beresin ruang tengah, biar nanti bisa buat santai dulu, soalnya nggak bakal selesai satu hari ini” ucap ayah Tias menjawab dari bawah.
“Oh ya udah yah, aku dikamar ya, mau istirahat sebentar, capek banget, nanti kalau mau berangkat panggil aku jangan ditinggal” ucap Tias membalas jawaban dari ayahnya.
“Iya tenang aja, sana istirahat dulu” dengan suara sambil membersihkan dan menata ruangan ayahnya menjawab.
Tias pun kembali kedalam kamarnya dan langsung mengarah ke kasur yang sepertinya terlihat sangat nyaman untuk ditiduri sebentar, “Bruughhh” suara tubuh Tias beradu dengan kasur umpuk terdengar saat Tias menjatuhkan dirinya dalam kondisi terlentang.
“Hmmhhh nyamannya, rasanya enak banget” ucap Tias berbicara sendiri sembari tangannya merangsak masuk kedalam saku celananya untuk meraih ponsel yang dia simpan disaku.
Tias dengan asiknya mengadu ibu jarinya dengan ponselnya untuk membuka beberapa informasi dan hal hal menarik lainnya yang bisa dia kases dari dalam ponselnya itu, semua aplikasi Novel kemudian dia buka untuk melanjutkan bacaan yang sebelumnya belum selesai dia baca.
Tak lama setelah dia asik membaca Novel dari ponselnya, tiba – tiba mata yang sedang asik memandang layar ponsel itu menjadi sedikit berat untuk membuka matanya, rasa kantuk sepertinya mulai menyerang Tias, maklum lah karena merasa lelah setelah dari pagi hingga siang ini dia terus berberes rumah baru alisa pindahan, dan tanpa sadar ponsel itu pun terlepas dari genggaman tangan Tias yang akhirnya ponsel itu harus beradu dengan wajahnya.
“Aduh, sakit, sakit” sambil menggosok wajahnya untuk meredakan rasa sakit akibat hantaman ponsel itu, Tias kemudian merubah posisi nya menjadi miring kesamping dan berbicara pada batinnya “mungkin tidur sebentar nggak papa kali ya, kan ibu sama ayah masih bersih bersih”. tak perlu waktu lama akhirnya Tias pun terlelap dalam tidurnya karena kelelahan.
“srek, srek, skrek” suara sapu bergesekan dengan lantai terdengar di luar kamarnya, Tias berfikir itu adalah orang tuanya yang sedang membersihkan ruangan yang berada di depan kamarnya itu, karena memang ruangan itu belum dibersihkan karena masih digunakan untuk meletakan barang – barang yang akan ditata di lantai dua ini.
“Bu, udah siap belum, kita mau keluar jam berapa” dengan keadaan masih terpejam Tias berkata.
“......” namun sama sekali tidak ada jawaban dari luar kamarnya.
“Bu, ih jawab lah, aku udah lapar ini” ucap Tias sedikit kesal.
“......” namun kembali lagi pertanyaan yang di ucapkan Tias sama sekali tidak mendapat jawaban dari ibunya.
Karena tidak mendapat jawaban, Tias pun kemudian membuka matanya dan ternyata saat dia membuka matanya kondisi kamarnya sudah sedikit gelap karena adanya awan mendung diluar rumah yang menandakan akan turun hujan, melihat hal itu, Tias kemudian bergegas keluar kamar dan menghampiri suara itu, dan saat sampai diluar kamar, Tias tidak mendapati ibunya berada disana, hanya ada sapu yang bersadar pada tembok dengan bagian sisinya terdapat kotoran yang sudah terkumpul.
“Duk duk duk” suara langkah kaki terengar menuruni anak tangga menuju ke lantai satu, Tias kemudian segera mengejar kearah suara langkah kaki itu sambil bertanya “bu, kapan kita keluarnya ini? keburu hujan lho” namun pertanyaan itu sama sekali tidak dijawab, Tias melihat dari atas lanti dua bahwa ibunya itu turun dan berjalan menuju kearah dapur, karena merasa kesal tidak mendapat jawaban dan dicueki oleh ibunya, Tias kemudian mencoba untuk bertanya pada ayahnya, walaupun dia belum melihat ayahnya berada disana.
“Yah, kapan kita mau keluar buat makan, keburu hujan nih” Tias berkata sambil berjalan turun dan mengikuti ibunya.
Namun hal sama juga terjadi, tidak ada tanggapan atau jawaban dari ayahnya, yang mungkin memang sedang tidak berada disana, karena saat Tias sampai di lantai bawah pun, dia tidak melihat adanya sosok ayahnya disana, yang ada hanya keheningan rumah tanpa adanya aktifitas, namun sosok ibu Tias masih terlihat sedikit berbelok kearah salah satu sudut di ruang dapur, hingga akhirnya dia tidak melihat sosok ibunya lagi, dan karena butuh jawaban diapun mengejar ibunya ke dapur, berharap kalau dia bertanya secara langsung dengan jarak dekat akan langsung direspon.
Setelah Tias berjalan ke arah dapur, kini dia terkejut karena tidak mendapati ada seorangpun yang berada disana, padahal dia jelas jelas melihat kalau ibunya berjalan menuju kearah dapur ini, wajah bingung terlihat jelas pada raut muka Tias, otaknya seakan tidak bisa menerima apa yang baru saja dia liat, hal itu membuatnya berdiri mematung sambil memikirkannya.
Namun tak berselang lama, suara motor terdengar dari depan rumah dan berhenti disana, mendengar saura motor itu, Tias kemudian tersadar dari lamunanya karena memikirkan sosok yang tadi dia lihat, Tias kemudian berjalan menuju ke ruang tamu untuk melihat siapa yang datang.
“Ceklek, ceklek” suara kunci pintu dibuka dari luar rumah.
“Assalamu’alaikum, buruan masuk yah, itu jangan lupa makanannya dibawa masuk, cepetan yah, keburu ujan nih, laper juga” ucap ibu Tias meminta suaminya untuk cepat masuk membawa makanan yang baru saja mereka beli.
“Wa’alaikum salam, loh ibu dari mana sama ayah?” tanya Tias keheranan melihat orang tuanya datang dari luar rumah.
“Ini, baru aja beli makanan buat kita makan siang, maaf ya kelamaan, abisnya lumayan antri tadi dipenjual nasi padangnya, kayaknya sih enak soalnya antri” ucap ibu Tias sambil membawa makanan yang baru saja diberikan ayah Tias padanya untuk segera dihidangkan.
“Loh ayah sama ibu udah dari tadi keluar, kok nggak bangunin aku sih?” dengan nada kesal Tias merajuk pada orang tuanya.
“Nggak tega ayah mau bangunin kamu yas, soalnya dari cara tidurmu kayaknya kamu capek banget, jadi ayah putusin buat biarin kamu tidur dan ayah sama ibu beli makanan buat dibungkus” sambil mengelus kepala Tias, ayahnya berlalu melewatinya.
“Jadi dari tadi aku sendirian dirumah?” tanya Tias pad orang tuanya.
“Iya, maaf ya, udah sekarang yang penting kita makan dulu, ini ibu siapun dulu ya di meja makan, eh iya ayah, tolong tutupi jendela balkon lantai dua ya, soalnya mau hujan, takut airnya nanti masuk kerumah” ucap ibu Tias.
Dengan ekspresi bingungnya, Tias hanya bisa terdiam, dia masih memikirkan sosok yang dia lihat tadi saat turun dari lantai dua, karena apa yang dia lihat itu perwujudannya sangat mirip dengan sosok ibunya.
Tidak mau berfikir macam – macam, Tias berusaha bersikap positif dan beranggapan apa yang dia lihat itu tidak benar, mungkin karena efek dari bangun tidur dimana nyawanya belum kembali seutuhnya.
Tias juga tidak menceritakan hal tersebut pada orang tuanya, dia tidak mau dianggap penakut oleh kedua orang tuanya, apalagi rumah ini baru saja akan dia tempati, tidak mungkin karena menganggap hal seperti itu serius membuatnya menjadi takut untuk tinggal disini.
Mencoba untuk melupakan hal yang baru saja dia lihat, Tias kemudian menyusul ibunya kedapur untuk menyiapkan makanan yang sudah dibeli tadi, sambil menyiapkan makanan, Tias terus melihat kesekeliling dapur, walaupun dalam pikirannya ingin melupakan hal tadi, namun bayangan itu terus muncul didalam otaknya, dengan kata lain otaknya masih belum menerima hal yang masih belum bisa masuk kedalam akal, karena Tias merasa setelah dia bangun tidur, dia merasa sudah sadar sepenuhnya.
Setelah semua makanan siap untuk disajikan, Tias diminta oleh ibunya untuk memanggil ayahnya turun kebawah supaya mereka bisa makan bersama, beberapa kali Tias mencoba memanggil dari arah tangga menuju lantai dua, ayahnya hanya menjawab sebentar, mungkin ayah Tias sambil mengecek barang – barang yang berada di lantai dua.
Karena terlalu lama, Tiaspun kemudian menyusul ke lantai dua dimana ayahnya berada, dan sesampainya di sana, ternyata ayahnya sedang asik melihat atau mengecek isi dari kotak yang belum dibuka, memastikan kalau semua barang sudah berada disini, jadi tidak perlu untuk kembali lagi ke kontrakan lama karena ada yang tertinggal.
“Ih ayah nih, udah ayo turun dulu, aku udah lapar lho, malah asik ngecek barang, kan bisa nanti” dengan sedikit kesal Tias meraih tangan ayahnya untuk segera turun kebawah.
“hehe iya, iya, ayo kita turun, ini ayah nyalain lampu sekalian, kayaknya mau ujan besar soalnya makanya gelap banget” ucap ayahnya sambil meraih saklar lampu dan menyalakannya.
Setelah itupun Tias turun bersama ayahnya menuju kearah meja makan, disana ibu Tias sudah menunggu sambil menonton TV yang kebetulan televisi masih bisa terlihat dari meja makan, Tias dan ayahnya pun kemudian duduk dikursi meja makan dan langsung menyantab makanan yang sudah tersaji.
Obrolan meja makan tak pernah mereka lewatkan, suasana keakraban mereka menandakan keluarga yang sangat harmonis, suasana hangat sangat nampak pada keluarga Tias ini, namun saat sedang asiknya ngobrol sambil menyantab makanan yang sudah dibeli tadi, hujan deraspun akhirnya turun, langit gelap sudah tidak bisa membendung volume air yang ditampungnya.
Suara gemricik air hujan beradu dengan genteng rumah terdengar sangat keras, angin berhembus dengan cukup kencang terlihat dari jendela yang menampakan dedaunan bergoyang dengan cepat karena tertiup angin.
Karena curah hujan yang cukup besar, ditambah petir mulai bergelegar di langit, TV yang tadinya menyala, terpaksa harus dimatikan karena takutnya TV itu akan tersambar petir, dan benar saja tak berselang lama setelah TV itu dimatikan oleh ibu Tias, “DIIIAARRR” suara petir menggelegar seolah tepat berada diatas rumah mereka, listrikpun padam, membuat rumah menjadi sedikit gelap karena masih ada cahaya yang masuk dari jendela.
Karena lampu padam, ibu Tias langsung berinisiatif mencari lilin untuk menerangi meja makan, soalnya tidak nyaman apabila makan namun dalam kondisi minim cahaya, disaat bersamaan dari arah lantai dua, tiba – tiba .....
Diubah oleh afryan015 12-03-2024 20:55
Dhekazama dan 37 lainnya memberi reputasi
38
9.9K
355
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
afryan015
#23
Bab 6
“Beneran dok? Tias baik baik saja?” ucap ayah Tias terkejut, senang dan bingung karena apa yang diterjadi dirumah bukanlah hal yang wajar atau yang baik baik saja. Dan dengan diagnosa dokter bahwa Tias baik baik saja adalah hal yang aneh.
“Iya pak, setelah kita periksa dan observasi, sama sekali tidak ada gangguan kesehatan atau hal yang mengganggu kesehatannya di dalam tubuh” ucap dokter memberikan keterangan.
“Tapi Dok, tadi dia di rumah sempat lho tidak bernafas, ditambah lagi badannya yang amat sangat dingin dok, makanya saya langsung bawa kemari” ucap Ayah Tias meminta dokter untuk memastikan lagi.
“Iya pak, tapi disini setelah diperiksa semua normal, ini ada berkas pemeriksaan menunjukan kondisi anak bapak dalam keadaan normal” jawab dokter memperlihatkan hasil pemeriksaan.
Tiba tiba saat orang tua Tias sedang berbicara dengan dokter, Tias keluar dari ranjang di ruang IGD yang tersekat oleh tirai, dengan nada datar dan mata yang sayu, Tias beranjak keluar dan hendak langsung pergi ke pelataran IGD, dia sama sekali tidak memperdulikan keberadaan orang tuanya yang saat itu sedang berbicara dengan dokter, dan jelas jelas dia melewati belakang orang tuanya itu.
“Nah itu pak, bu, anaknya keluar” dokter itu memberi tahu orang tua Tias.
Seketika orang tua Tias langsung berbalik badan dan melihat Tias berjalan dengan normal menuju ke arah luar IGD, ibu Tias kemudian langsung menghampirinya, sedangkan ayahnya berpamitan pada dokter itu dan mengucapkan terimakasih atas penanganan yang sudah dilakukan, walau ayahnya tetap dalam keadaan heran bagaimana mungkin Tias tidak apa apa, tapi itu tetap harus disyukuri, dan ayah Tias pun menyusul ke depan ruang IGD.
Setelah ibu Tias menyusulnya dan menanyakan keadaan Tias dengan apa yang dirasakannya, namun Tias sama sekali tidak menjawab apapun yang ditanyakan oleh orang tuanya, mata sayunya terus memandang ke arah jalan raya, langkah kaki Tias seolah ingin melangkah terus kedepan tanpa memperdulikan orang tuanya yang mengajaknya berbicara.
Tetangga Tias yang mengantarnya ke rumah sakit melihat Tias dan orang tuanya sudah keluar dari ruang IGD itu lantas langsung menghampiri dan menanyakan keadaan dari Tias pada orang tuanya.
Ibu Tias terus mendampinginya untuk menuju ke parkiran mobil karena kalau dilihat dari ekspresi Tias dia sama sekali belum terlihat sehat.
Setelah sampai di parkiran mobil, ayah dan tetanggnya langsung masuk ke dalam mobil sedangkan Tias seolah enggan untuk masuk kedalam mobil dan justru malah melewati mobil yang akan di tumpanginya itu, melihat anaknya terus berjalan dan tidak berhenti, Ibu Tias lantas menarik tangan Tias untuk masuk kedalam mobil milik tetangganya.
“Kamu mau kemana yas, yuk pulang, istirahat dirumah” ucap ibunya sambil menarik masuk kedalam mobil.
“Eeee...... iya” dengan nada lemas seperti orang bingung Tias menjawab.
Pandangan Tias seolah benar benar kosong, dia hanya melihat kedepan dengan mata yang sayu, seolah jiwanya hanya setengah jasa yang berada didalam sana.
Dengan sabarnya ibu Tias kemudian memasukan anaknya kedalam mobil dan setelah itu mobil itu berjalan mengantarkan mereka untuk kembali kerumahnya.
Sesampainya dirumah, mobil tetangganya tidak masuk ke area halaman, Ibu Tiaspun kemudian turun dengan menuntun Tias, sedangkan ayahnya masih tetap didalam untuk mengucapkan terimakasih dan menitipkan sedikit terjeki pada tetangganya itu sebagai tanda terimakasih yang teramat sangat, karena kalau tidak ada tetangganya itu, orang tua Tias tidak akan tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Setelah sampai didepan rumah, Ibu Tias kemudian mencari kunci yang tadi disimpan dalam tasnya, dan setelah mendapatkan kunci rumah, ibu Tias kemudian membukan kunci itu dan membuka pintu rumah, namun saat akan mengajak Tias masuk kedalam rumah, ibunya begitu terkejut, karena tidak melihat Tias berada disampingnya.
“Yah Tias kemana, kesitu atau nggak?” tanya Ibu Tias pada suaminya yang sedang berbincang dengan tetangganya yang mengantar tadi.
“Loh nggak bu, kan sama ibu tadi kan?” jawab suaminya yang kemudian berpamitan pada tetangganya itu untuk membantu mencari Tias.
“Nggak yah, barusan emang disamping ibu, tapi pas ibu lagi nyari kunci rumah didalam tas terus buka pintu, Tias udah nggak ada pas mau aku tuntun masuk” jelas ibu Tias.
“Ah udah masuk kali bu” ucap ayah Tias nyelonong masuk sambil memanggil Tias.
Ibu Tias yang masih kebingungan kemudian ikut masuk kedalam, walau aslinya dalam benaknya itu tidak mungkin karena pintu yang terbuka saat itu masih sedikit tidak mungkin Tias masuk dengan celah yang kecil itu, apalgi pintu itu tidak terlihat membuka lebar saat ibu Tias mencarinya, pintu baru terbuka lebar saat ayah Tias masuk terlebih dahulu.
setelah mereka berdua masuk kedalam rumah, ibu Tias langsung mencari kearah lantai dua menuju kamar Tias, namun disana tidak mendapati adanya Tias.
“Yah, Tias nggak ada tuh di kamarnya, sepertinya belum masuk deh” ucap ibu Tias dari lantai dua.
“Sebentar bu, ayah cari di dapur coba, masa sih anak segede itu ilang” ucap ayah Tias beranjak menuju kearah dapur.
Namun saat ayah Tias mencari didapur juga tidak ketemu, seketika itu mereka berdua panik karena tidak menemukan Tias berada dimanapun, setiap ruangan sudah dibuka satu persatu, namun sama sekali tidak mendapati Tias berada disana.
Dan saat mereka panik, tiba tiba dari arah halaman belakang rumah, mereka mendengar suara tawa cekikikan, seolah ada seorang anak perempuan sedang asik bermain dengan sesuatu, dan saat mendengar suara itu, mereka langsung berlarian menuju kearah belakang rumah, dan mendapati Tias dalam posisi duduk sedang asik bermain dengan dedaunan disana sambil tertawa cekikikan.
Melihat Tias berada disana, Ibu Tias lantas berlari menuju kearahnya, dan langsung menghampiri Tias sembari menanyakan apa yang sedang dilakukan Tias disana kenapa malah mainan daun.
“Kamu lagi ngapain yas, kaya anak kecil aja, yuk masuk dulu istirahat” tanya ibunya sambil mengangkatnya supaya berdiri.
Tias sama sekali tidak menjawab pertnyaan dari ibunya itu dan justru malah tawa girang dan cekikikan itu langsung terhenti dan Tias hanya menampakan wajah datar dengan mata sayunya lagi.
“Yuk masuk istirahat dulu, nanti ibu buatin mie goreng ya buat makan, soalnya kamu belum makan dari tadi” ucap ibunya sambil menuntuk Tias masuk kedalam rumah.
“Kamu lagi apa sih yas, kok malah main daun gitu disana, kaya anak kecil ah” ucap ayahnya saat Tias berjalan melewatinya sambil di tutun ibunya.
Saat ayahnya bertanya demikian, Tias malah kemudian lari tanpa menjawab pertanyaan ayahnya, dia lari dengan kencang menuju kearah lantai dua. kedua orang tua Tias tidak langsung mengejar Tias yang berlari menuju lantai dua, mereka malah saling memandang dulu karena merasa keheranan dengan respon Tias itu.
Setelah terlihat Tias sampai di lantai dua, dia langsung menutup pintu kamarnya dengan sangat keras seperti orang yang sedang marah, “JJDDIIAARRR” suara daun pintu bertabrakan dengan kusen.
Melihat respon tidak wajar dari Tias, kedua orang tuanya kemudian berlari menyusul kearah lantai dua, dan langsung menuju kearah kamar Tias yang sudah tertutup rapat, dan saat ayahnya akan membuka pintu itu ternyata tidak bisa, ayahnya berfikir kalau Tias menguncinya dari dalam, lantas ayah Tias kemudian mengetuk pintu itu untuk meminta Tias membuka kunci pintunya, namun saat ayahnya mengetuk pintu, suara Tias dari dalam terdengar seperti sedang berteriak teriak tidak jelas kata kata umpatan juga terdengar, Tias seolah marah atau protes, mungkin karena protes karena disuruh masuk saat sedang asik bermain daun di halaman belakang tadi, tapi jika itu yang membuatnya marah, itu sangat aneh sekali, hal sepele bisa membuat dia seperti itu, padahal Tias dikenal anak yang tidak pernah marah atau protes dengan hal yang tidak penting.
“Yas buka pintunya, ibu minta maaf kalau buat kamu marah tadi” ucap ibunya merayu supaya Tias membukakan pintu.
“Iya yas buka pintunya, kamu kenapa sih kok aneh sejak tadi” ucap ayahnya menambahi.
Saat kedua orang tuanya berkata demikian, suara dalam kamar Tias tiba tiba hilang, tidak ada lagi suara Tias berteriak atau apapun itu, hening seketika, dan setelah beberapa saat kemudian, kedua orang tua Tias dikagetkan dengan suara “DDUUAARRR”.
Suara pintu kamar Tias seperti di gebrak dari dalam sana, dan tidak berselang lama, suara yang tidak mereka kenal tiba tiba terdengar.
“Diam kalian semua tidak usah ganggu, hihihihihihi” suara wanita tua terdengar dari dalam kamar Tias, ditambah dengan tawa yang melengking terdengar setelah itu.
Wajah terkejut dari kedua orang tua Tias langsung terpampang jelas saling memandang satu sama lainny.
“Suara siapa itu bu?” ucap ayah Tias keheranan.
“Nggak tau yah, dobrak aja yah, ibu takut Tias kenapa kenapa” ucap ibu Tias penuh kecemasan.
Rasa Cemas juga muncul dalam benak ayah Tias, tak perlu pikir panjang diapun kemudian mengambil ancang – ancang untuk mendobrak pintu itu, mereka belum memikirkan hal yang aneh – aneh, mereka hanya takut apabila yang berada didalam sana adalah maling atau orang jahat yang ingin mencelakakan Tias.
“Duaarr, Duaarrr......” Tubuh ayah Tias bertabrakan dengan pintu untuk mencoba membuka pintu kamar Tias dengan paksa.
“Keras banget bu, seperti benturin badan ke batu besar” ucap ayah Tias keheranan, padahal harusnya tidak sekeras itu.
Ibu Tias yang mulai panik tidak bisa menahan air matanya karena takut anaknya akan kenapa kenapa, ayah Tias kemudian mencoba mendobrak sambil menggerakan gagang pintu dengan harapan supaya ada keajaiban pintu itu dapat terbuka.
Dan saat ayah Tias mulai kelelahan mendobrak pintu namun hasilnya nihil, dengan penuh harapan, dia menggerakan tuas pintu itu dan berharap bisa terbuka, dan anehnya hanya dengan menggerakan tuas itu tanpa mendobraknya, pintu itu bisa terbuka dengan sangat mudah, padahal tadi saat akan dibuka, pintu benar benar tidak bisa.
Setelah pintu itu terbuka mereka berdua bergegas untuk masuk dan yang terjadi adalah, kamar dalam keadaan kosong sama sekali, tidak ada Tias berada di dalam.
“Yas kamu dimana?” dengan nada cemas dan menahan tangis ibunya mencari.
Ayah Tias langsung mencob melihat kearah jendela kamar, barang kali Tias dibawa keluar dari kamar lewat jendela, namun saat mengecek jendela kamar Tias, jendela itu dalam keadaan terkunci dari dalam dan tidak mungkin bisa bila dikunci dari luar, itu menandakan tidak mungkin mereka keluar dari jendela ini.
Saat mereka sedang panik dan mencari Tias didalam kamar, tiba tiba dari arah kamar mandi yang berada di lantai dua, suara tawa Tias terdengar berbarengan dengan suara pintu kamar mandi itu tertutup dan flush closet berbunyi.
“duk duk duk” suara langkah berlari menuju balkon terdengar, dengan sigap ayah Tias langsung mencari sumber suara itu, yang ternyata Tias sedang berlari menuju balkon, dan yang membuat ayahnya kaget adalah setelah membuka pintu balkon, bukannya Tias berhenti, dia malah berancang ancang untuk meloncat ke bawah dari balkon tersebut.
“Bu, itu Tias bu” ucap ayah Tias sambil berlari kencang berharap dia bisa menghalangi Tias untuk lompat dari balkon.
“Ya Allah Tias, stop nak sadar” ucap ibu Tias terduduk lemas melihat anaknya mulai melompat dari balkon tersebut.
Ayah Tias yang benar benar melihat Tias sudah melompat hanya bisa memastikan bagaimana keadaannya dibawah sana, namun saat Tias sudah terjatuh kebawah dan ayahnya mengecek, ayahnya kembali di kejutkan dengan dengan tidak adanya siapapun dibawah sana, tubuh Tias yang harusnya ada dibawah sana, sama sekali tidak terlihat, sepi tak ada siapapun.
Dan saat kebingungan melanda benak ayah Tias, tiba tiba terdengar lagi suara tawa dari arah halaman belakang rumah mereka, suara Tias terdengar lagi disana, dan dapat dilihat dari balkon itu bahwa Tias sedang kembali bermain dedaunan disana
۩
itkgid dan 9 lainnya memberi reputasi
10
Tutup