- Beranda
- Stories from the Heart
TOLONG AKU HANTU!
...
TS
adamtzero
TOLONG AKU HANTU!
Quote:

"Hantu Gasimah" cr: pickpik
Sinop
Quote:
Nanti malah spoiler, baca aja kalau minat...

INDEX
Quote:
Spoiler for Arc Perkenalan:
Spoiler for Arc Lima Elit:
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
-
-
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
-
-
Spoiler for Arc Gasimah:
Spoiler for Arc ???:
Note:
- Cerita ini fiksi 100 %
- Tidak ada maksud tertentu, kalau ada kesamaan hanya kebetulan semata.
- Enjoy
- Kamis
Diubah oleh adamtzero 14-09-2024 20:03
wikanrahma12070 dan 5 lainnya memberi reputasi
4
5.3K
Kutip
189
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
adamtzero
#14
5
Quote:
Ardit sempat tercengang setelah mendengarkan perkataan Kuncen DJ pada dirinya barusan. Lalu tertawa kecil menganggap kuncen itu sedang menjahilinya agar suasana menjadi lebih mencekam. Sementara itu Pandu terlihat sangat gugup, padahal sebelum melakukan penulusuran, beberapa hal telah dilakukan, salah satunya adalah membaca sejarah akan tempat ini, termasuk kasus pembunuhan yang sempat heboh beberapa tahun silam.
“Sebentar,” Pandu memberikan tanda untuk berhenti.
“Kenapa?” tanya Ardit.
Kuncen DJ memberikan minuman ringan pada Pandu, “Wajar sih, kalau belum terbiasa pasti sulit,” menghembuskan asap rokok ke langit. “jadi gimana? Mau istirahat dulu? Masih jam sepuluhan, penunggunya juga belum siap,” tertawa lepas.
Sikap yang sangat jauh berbeda diperlihatkan ketika bertemu pertama kali di tempat terbengkalai itu, di mana sang kuncen lebih terlihat tenang dan jarang berbicara. Tapi kali ini sikapnya seolah-olah sudah kenal lama, namun Pandu malah mengira sikapnya itu untuk menutupi perihal bahwa sang kuncen sedang berusaha menipunya lagi. Diputuskan bahwa kegiatan penulusuran dihentikan sementara, Pandu ingin membuat dirinya tenang terlebih dahulu, dengan keluar dari bangunan.
“Kun DJ,” ucap Ardit mendekat. “tadi itu…,” dengan maksud menanyakan tentang perkataannya barusan tentang adanya seorang perempuan di dalam mobil.
“Oh itu mah becanda aja,” tertawa kecil. Ardit pun meninggalkannya, lalu berjalan melihat keadaan Pandu yang sedang berputar-putar. “hm,” kembali menghembuskan asap rokoknya. “kayaknya emang tuh dua enggak ngerasain kalau ada yang ikut dimobilnya,” lalu ikut mengecek keadaan Pandu.
Lima belas menit kemudian, Pandu sudah yakin dan siap untuk melakukan penulusuran. Ardit memberikan tanda, dan rekaman dimulai kembali. Area bawah yang pertama-tama dibahas, sikap Pandu lebih tenang dalam menjelaskan bagian-bagian yang ada. Begitu pun dengan Ardit memutar-mutar kameranya agar semua sudut dapat terlihat jelas nanti. Sementara itu Kuncen DJ tetap dibelakang kamera. Semuanya berjalan lancar, hasil rekaman menunjukan durasi yang lebih dari cukup. Ardit memberi tanda kembali bahwa penulusuran di bagian bawah telah usai.
Pandu menghembuskan nafas panjang, “Gila, segitu aja udah bikin keringetan begini,” membasuh keringat pada dahinya.
“Keringet? Lo gugup atau gimana? Soalnya di sini kerasanya dingin banget,” menoleh ke arah Kuncen DJ yang mengangguk tanda setuju.
“Mungkin, ya udah langsung aja ke bagian uji nyali,” Pandu tidak ingin membuang banyak waktu lagi, karena jam sudah menunjukan hampir tengah malam. Waktu yang sangat cocok untuk mengundang makhluk halus datang.
Kuncen DJ membawa mereka ke area bekas pembunuhan terjadi, menurut warga area ini sering kali terlihat sosok korban sambil menenteng kepalanya yang putus. Di dalam ruangan besar ini terdapat kamar mandi kecil, Jika diendus dengan seksama, bau amisnya sangat menyengat. Ardit merasakannya, sedangkan Pandu tidak. Rencananya adalah Pandu akan masuk ke dalam kamar mandi dengan keadaan pintu terbuka, lalu kamera akan diletakan didekatnya. Sementara Kuncen DJ dan Ardit menunggu di luar ruangan.
“Sebentar, gue ganti batrenya dulu,” Ardit sibuk dengan kameranya.
“Bener enggak kecium bau amisnya?” tanya Kuncen DJ kepada Pandu tuk memastikan.
“Iya, enggak ada bau apa-apa,” raut wajah Kuncen DJ mendadak berubah. “kenapa?” tanya Pandu.
“Hm,” mengalihkan pembicaraan. “kita mulai aja,” sang Kuncen dan Ardit memantau dari kejauhan. Satu buah senter menemani Pandu malam ini.
“Sebentar,” Pandu memberikan tanda untuk berhenti.
“Kenapa?” tanya Ardit.
Kuncen DJ memberikan minuman ringan pada Pandu, “Wajar sih, kalau belum terbiasa pasti sulit,” menghembuskan asap rokok ke langit. “jadi gimana? Mau istirahat dulu? Masih jam sepuluhan, penunggunya juga belum siap,” tertawa lepas.
Sikap yang sangat jauh berbeda diperlihatkan ketika bertemu pertama kali di tempat terbengkalai itu, di mana sang kuncen lebih terlihat tenang dan jarang berbicara. Tapi kali ini sikapnya seolah-olah sudah kenal lama, namun Pandu malah mengira sikapnya itu untuk menutupi perihal bahwa sang kuncen sedang berusaha menipunya lagi. Diputuskan bahwa kegiatan penulusuran dihentikan sementara, Pandu ingin membuat dirinya tenang terlebih dahulu, dengan keluar dari bangunan.
“Kun DJ,” ucap Ardit mendekat. “tadi itu…,” dengan maksud menanyakan tentang perkataannya barusan tentang adanya seorang perempuan di dalam mobil.
“Oh itu mah becanda aja,” tertawa kecil. Ardit pun meninggalkannya, lalu berjalan melihat keadaan Pandu yang sedang berputar-putar. “hm,” kembali menghembuskan asap rokoknya. “kayaknya emang tuh dua enggak ngerasain kalau ada yang ikut dimobilnya,” lalu ikut mengecek keadaan Pandu.
Lima belas menit kemudian, Pandu sudah yakin dan siap untuk melakukan penulusuran. Ardit memberikan tanda, dan rekaman dimulai kembali. Area bawah yang pertama-tama dibahas, sikap Pandu lebih tenang dalam menjelaskan bagian-bagian yang ada. Begitu pun dengan Ardit memutar-mutar kameranya agar semua sudut dapat terlihat jelas nanti. Sementara itu Kuncen DJ tetap dibelakang kamera. Semuanya berjalan lancar, hasil rekaman menunjukan durasi yang lebih dari cukup. Ardit memberi tanda kembali bahwa penulusuran di bagian bawah telah usai.
Pandu menghembuskan nafas panjang, “Gila, segitu aja udah bikin keringetan begini,” membasuh keringat pada dahinya.
“Keringet? Lo gugup atau gimana? Soalnya di sini kerasanya dingin banget,” menoleh ke arah Kuncen DJ yang mengangguk tanda setuju.
“Mungkin, ya udah langsung aja ke bagian uji nyali,” Pandu tidak ingin membuang banyak waktu lagi, karena jam sudah menunjukan hampir tengah malam. Waktu yang sangat cocok untuk mengundang makhluk halus datang.
Kuncen DJ membawa mereka ke area bekas pembunuhan terjadi, menurut warga area ini sering kali terlihat sosok korban sambil menenteng kepalanya yang putus. Di dalam ruangan besar ini terdapat kamar mandi kecil, Jika diendus dengan seksama, bau amisnya sangat menyengat. Ardit merasakannya, sedangkan Pandu tidak. Rencananya adalah Pandu akan masuk ke dalam kamar mandi dengan keadaan pintu terbuka, lalu kamera akan diletakan didekatnya. Sementara Kuncen DJ dan Ardit menunggu di luar ruangan.
“Sebentar, gue ganti batrenya dulu,” Ardit sibuk dengan kameranya.
“Bener enggak kecium bau amisnya?” tanya Kuncen DJ kepada Pandu tuk memastikan.
“Iya, enggak ada bau apa-apa,” raut wajah Kuncen DJ mendadak berubah. “kenapa?” tanya Pandu.
“Hm,” mengalihkan pembicaraan. “kita mulai aja,” sang Kuncen dan Ardit memantau dari kejauhan. Satu buah senter menemani Pandu malam ini.
pulaukapok dan 4 lainnya memberi reputasi
5
Kutip
Balas