tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
Bersinggungan Dengan Mereka


Selamat malam para agan dan aganwati sekalian, ane Erwin tapi biasa di panggil Galih....

Kali ini ane hadir lagi dengan membawa sebuah kisah tentang pengalaman di luar nalar yang pernah di alami oleh orang orang di sekitar ku.

Ane akan menyuguhkan cerita mistis, jadi buat para agan sekalian yang suka dengan kisah kisah horror, rapatkan barisan.

Kalau memang kisah ane menarik, jangan lupa cendol nya.

Ane nggak pandai berbasa basi😁
Jadi harap di maklum in saja ya...

Silahkan duduk manis, dan selamat membaca...
Quote:
Diubah oleh tetes.tinta 12-01-2024 18:08
lovearzfi
yusuffajar123
wir4w4n
wir4w4n dan 60 lainnya memberi reputasi
59
52.2K
1.8K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.5KThread41.6KAnggota
Tampilkan semua post
tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
#143
Part 39
Beberapa teguk cawan air kedamaian membuat Jinan dan Sarip sedikit kehilangan kewarasan, kandungan alkohol yang masuk ke dalam tubuh nya mulai berenang lincah di dalam pembuluh darah menuju ke syaraf otak dan mulai melumpuhkan akal sehat mereka.

Minuman memabukan itu tak masuk ke dalam lambung sendirian, dengan di dorong menggunakan beberapa tusuk sate ayam yang mereka beli di gang depan membuat cairan dengan dominasi rasa alkohol yang pekat di lidah berhasil landing di dalam lambung nya.

Benar benar cara yang cukup mujarab dalam menghilangkan rasa takut yang sempat menggelayut di dalam angan angan mereka sebelum nya.

"Udah lumayan tinggi nih bro, jam berapa ini?"

Dengan suara ngelantur Jinan menanyakan waktu kepada pasangan gila nya Sarip.

"Sudah jam sebelas lewat nan, gimana???"

"Kita beraksi sekarang?"

Sahut nya sambil merogoh hp di saku dan melihat jam yang tertera pada layar hitam putih di sana.

"Sudah habis kan amunisi nya?"

Tanya jinan lagi.

"Nih...."

"Tinggal dua teguk lagi, pas buat join berdua nan."

Sarip menunjuk kan botol air mineral yang di pake untuk mengoplos minuman tak berbandrol depkes kepasa rekan nya.

"Ya sudah, segera kita tuntaskan dan mulai beraksi."

Kata jinan sambil nyender di tembok sebuah rumah yang baru di bangun.

Gelas plastik ale ale yang mereka pake untuk menuangkan minuman tampak sedang di pegang jinan, sarip menuangkan ke dalam nya dengan takaran bagi dua walau tak terlalu pas.

Setelah itu jinan langsung menenggak nya di ikuti sarip yang langsung minum dari botol langsung hingga tetes terakhir.

"Ayo kita berangkat rip...."

Jinan bangun dari duduk nya sembari mengajak sarip untuk beraksi, sarip pun ikut terbangun sambil memegang se tusuk sate di tangan nya.

Mereka berjalan menuju ke pemakaman hampir tengah malam, berjalan membelah kegelapan dan keheningan suasana yang umum nya memang sudah sepi karena orang orang pasti sudah terlelap di jam jam segitu.

Area pemakaman nya tak terlalu jauh, jadi mereka memilih untuk berjalan kaki. Selain untuk mempermudah mobilitas kalau kalau mereka ke gap warga jadi bisa kabur dan mencari tempat persembunyian yang aman, kalau memakai motor kan pasti meninggalkan barang bukti.

Dengan sedikit sempoyongan mereka berjalan menuruni tanggul sungai yang di selimuti rumput ilalang, mereka berjalan memutar melalui sungai supaya bisa masuk melalui area belakang makam.

Gemericik air sungai malam itu tak terlalu deras, cahaya rembulan berpendar di permukaan air nya di iringi suara binantang malam seperti jangkrik dan kodok.

Area belakang makam tersebut cukup luas dan rimbun di tumbuhi oleh tanaman perdu seperti pohon kapuk/randu dan pohon pisang yang cukup rapat.

Di tanggul tepian sungai persis di belakang makam terdapat sebuah pohon randu yang masih tersisa sendirian, pohon itu sebebnar nya sudah di garuk oleh beco saat ada normalisasi dan pelebaran sungai.

Waktu itu ada proyek dari pusat untuk ngatasi banjir dengan cara normalisasi, pekerjaan bernilai belasan milyar itu harus selesai dalam kurun waktu 14 bulan pengerjaan.

Untuk mengejar deadline, sang kontraktor tak tanggung tanggung langsung mendatangkan dua belas alat berat berupa 10 beco dan dua buldozer untuk memperlebar sungai.

Pengerjaan nya juga tidak hanya sampai sore hari saja, malam nya mereka tetap melanjutkan pekerjaan tersebut.

Ketika malam jumat, suasana dingin dan gerimis, pengerjaan sudah sampai di belakang makam tersebut.

Pohon pisang dan pohon randu di tepinya langsung di sapu dengan mudah nya menggunakan pengeruk beco menyisakan satu batang pohon randu berukuran tak terlalu besar, kira kira cuma seukuran paha orang dewasa.

Untuk sebuah alat berat itu bukan lah hal yang sulit untuk menumbangkan nya, namun pada saat operator mengarahkan lengan beco ke batang pohon randu tsraebut. Sang operator langsung twrperanjat ketika sorot lampi blor dari alat berat nya menyorot sosok wanita dengan rambut panjang terurai menutupi wajah sedang bersandar di batang pohon teraebut seolah menolak untuk merobohkan nya.

Sekop pengeruk beco yang sudah mengarah ke wanita twrsebut tiba tiba juga mengalami lost power pda hidrolik nya sehingga lengan beco tak mampu bergerak dan tergeletak tepat di depan wanita tersebut.

Operator beco yang sudah nerpengalaman dengan hal hal semacam itu hanya sejenak merasa tsrkejut, dia mencoba tenang dan mulai berusaha mengangkat lengan beco yang ia operasikan, namun kali ini beco benar benar tak bisa di gerakan.

Dia melihat kalau bagian bawah wanita tersebut seperti menginjak punggung sekop beco nya sehingga lengan nya benar benar tak bisa di gerakan.

Suara raungan mesin alat berat tersebut membuat beberapa operator lain penasaran.


"Pak, ada apa???"

Teriak salah satu dari mereka.

Sang operator tersebut tak menjwab nya, dia mematikan mesin dan lampu beco.

Sepintas ia melihat wanita itu masih berada di tempat nya berdiri,

Dengan berani ia keluar dari kabin dan dan duduk di atas roda beco nya.

"Mbak, kalau malam ini kami tidak boleh bekerja. Kami akan pulang. Tolong jangan ganggu alat berat nya..."

"Saya tidak akan merobohkan pohon tersebut."

Kata sang operator dengan penuh keberanian.

Dan benar saja, setelah itu spsok wanita tersebut langsung lenyap begitu saja.
Operator itu pun langsung mebyalakan bexo nya lagi , putar balik menemui operator beco yang lain dan mengajak nya untuk pulang.

"Kita pulang saja, lanjutkan besok."

"Soal nya mbah yang ada di sini tak berkenan."

Kata nya kepada yang lain.

"Ya sudah pak, memang malam inu kita ndak bisa lembur mau gimana lagi daripda terjadi hal yang tak di ingin kan."

Kata teman teman nya.


"Ow ya, tolong besok jangan ada yang menyentuh pohon randu itu ya, biarkan saja."

"Biar nanti aku yang ngomong kepada mandor pengawas lapangan."

Tambah nya.

Kisah itu jinan dapat ketika si operator yang bersangkutan sedang ngopi di warung tempat ia biasa nongkrong.

Dan pohon randu tersebut memang masih ada sampai sekarang pwrsis di belakang makam.

Balik ke cerita, jinan dan sarip susah berada di belakang makam. Mereka berhenti di bawah pohon randu yang sendirian itu....

Rasa takut mereka berdua benar benar sudah musnah,

"Cekikikikikikikiiiikkkkk......"

Terdengar suara cekikikan wanita tepat di atas mereka berdua.

"Nan, siapa itu yang ada di atas...."
Kata sarip yang terkejut mendengar nya.

"Halah, sudah biarkan saja rip."

"Kita ndak ada urusan sama mahluk itu."

"Kamu masih ingat kan makam nya yang mana?"

Tanya jinan yang tak menghiraukan sosok wanita penunggu pohon randu di atas nya.

Sarip hanya mengangguk

"Di sana nan, persis di pojok paling utara makam nya di bawah pohon kamboja."

Kata sarip.


"Mulih o le....."

(Pulanglah nak....)

Terdengar suara wanita tersebut dari atas mereka berdua, namun sayang nya junab dan sarip benar benar tak memperdulikan nya.

"Ayo masuk rip...."

Ajak jinan yang mulai berjalan di depan.

"Heeeehhhh tunggu tunggu...."

Dia menahan laju sarip di belakang nya dan menyuruh nya jongkok.

"Ada apa nan?"

Tanya sarip di belakang nya.

"Itu, coba kamu lihat ke arah selatan."

Tunjuk jinan ke sebuah jalan setapak di tepi sungai yang biasa nya di jadikan akses untuk warga mencari rumput. jalan setapak itu lurus mengikuti arus sungai, di kana kiri nya hanya ada ilalang setinggi lutut.

"Lah....."

"Malam malam gini kok ada orang bawa obor di pinggir kali nan?"

Nggak tau, dia kebelet kali mau boker di kali...."
Sahut jinan seadanya.

Mereka berdua melihat sebuah cahaya obor setinggi satu meter an berjalan menuju kearah nya.

Mula mula api obor tersebut seperti sedang di tenteng oleh orang yang sedang berjalan, namun semakin dekat ke arah mereka. Obor tersebut tiba tiba semakin membesar seukuran bola basket dan di tengah tengah nya terdapat tengkorak kepala manusia, kedua mata nya bolong.

"Jiaaangkrikkkkk....."

"Kui banaspati rip....."

Seru jinan yang cukup terkejud mendapati sosok tersebut, sambil jongkok mereka berdua terdiam melihat banaspati yang sudah semakin mendekat.

Namun ketika hampir sampai di pohon randu tadi, banaspati itu tiba tiba saja naik ke atas dan api nya seperti meletup dan sirna.

Kemungkinan itu terjadi karena di dunua mereka terdapat batasan teritori atau wilayah yang tidak bisa di intervensi mahluk satu dengan mahluk yang lain nya.

"Aman rip, sudah hilang....."

Jinan menepuk pundak sarip yang ketakutan sambil menutup kedua wajah nya dengan telapak tangan.

"Syukur lah kalau begitu nan, ayo di masuk...."
Ajak si sarip, saat masuk area makam, sarip berpindah posisi berjalan di depan jinan.

Perlahan mereka melewati batu nisan kuburan di sana.

"Ini nih makam nya nan...."

"Kamu yakin rip?"

"Yakin lah...."

"Nama nya kan fulan bin fulan, kamu lihat aja tanggal lahir dan tanggal wafat nya."

"Ow iya, kata bapak itu kan tanggal nya memang ini."

Ingat jinan sambil melihat tulisan di batu nisan.

"Nih orang kata pak sukirman meninggal karena jatuh dari ketinggian nan, wajah nya menghantam batu dan rusak parah. Hiiii...."

Celetuk sarip, jinan tak menanggapi nya. Ia jongkok dan mulai merapalkan bacaan ynf di berikan si pembeli pada nya dengan khusyu' sementara sarip mengawasi situasi sekitar.

Semerbak aroma bunga khas pemakaman tercium oleh mereka melalui hembusan angin. Beberapa kuntum bunga kamboja putih juga tampak berguguran ke bawah.


"Sudah rip, cepat kamu ambil cuilan nisan nya...."

Kata jinan sambil mengeluarkan kain putih di saku dan mengepal tanah makam yang masih basah bercampur bunga tabur di dalam nya.

"Doooookkkkkkkk......"

Sarip njumbul karena kaget mendengar suara gedoran pertama dari dalam makam tersebut.

"Tenang rip, fokus...."

"Cepat kamu seset kayu nisan nya."

Ucap jinan.

"Duoookkkkkkkkk....."

Suara kedua kembali terdengar.

"Sreeettttt, ceklik."

Cuilan kayu nisan pertama berhasil di ambul oleh sarip dengan tangan gemetaran.

"Dooookkkkkkkk....."

Gedoran ketiga kembali terdengar.

Sarip bwrhasil mengambil cuilan ke dua dan ketiga lalu memberikan nya kepada jinan, dengan cepat ia membungkus nya dan memasukan ke dalam saku celana.


"Duoookkkkkkk...."

"Empat rippp.


"Duoookkkkkk..."

Lima....

"Kaburrrrr ripppp."
Teriak jinan.

"Duokkkkkkkk...."

Enam nan, mereka setengah berlari sambil menghindari patok patok nisan di sana.

Saat beberapa langkah tiba tiba....


"Duaaaarrrrrrrrr...."

Terdengar seperti suara ledakan keras,

Sarip yang mulai panik secara reflek malah menengok ke belakang sambil berlaru di belakang jinan.

"Terus lari rip, kamu jangan menenfok kebelakang gobl*kkkk....."

Teriak jinan, namub sarip terlanjur menengok ke arah makam itu yang tampak berasap. Klebatan putih keluar dari dalam nya dan secepat kilat mengejar mereka.

"Bruuuukkkkkk...."

"Aduh nan, tunggu aku nan...."

Teriak sarip yang terjatuh karena kesandung batu nisan sedangkan jinan sudah cukup jauh sekitar sepuluh meter dari nya, sarip yang memanggil jinan. Pas medep ke kebelakang....

"Huaaaahhhhhhhhh....."

"Nan...."

"Tolong Nan....."

Sosok barbalut kain kafan dengah wajah hancur berdarah darah jongkok tepan di depan wajah sarip yang sedang ndeprok atau terduduk, wajah mereka saling berhadapan hanya jarak sejengkal.

Jinan yang melihat hal itu tak lantas kemudian kabur meninggalkan sarip sendirian di sana.

"Ripppp, tancepin pisau yang kamu pegang ke tanah...."
Teriak jinan kepada nya yang sedang dalam posisi di rejeng oleh sosok pocong di depan nya.

Tangan sarip yang menggenggam pisau sambil gemetaran tanpa pikir panjang langsung menghujamkan nya ke tanah.

"Bbbesssssssssshhhh......"

Sosok buntelan mayit itu perlahan berubah menjadi asap putih dan berpendar kemudian lenyap.

"Hhhooossssshh, hhhooossshhh, hhhosssssshhhh...."

Suara napas sarip yang terengah engah tsrdengar kencang sekali.

"Kamu ndak apa apa kan rip?"
Tanya jinan sambil mendekati nya, ia membantu sarip bangun. Celana nya kotor terkena tanah saat jatuh tersungkur tadi.

"Aman nan, aku ndak apa apa...."

"Ayo kita balik dan lekas berikan barang itu supaya langsung cair."
Kata sarip sambil terpincang pincang.

Dan malam itu juga mereka langsung memberikan nya kepada pak kirman.

Dua juta berhasil masuk ke dalam kantong dan mereka gunakan untuk membayar hutang kepada bang joker tanpa sisa.

Namun menurut cerita, usaha pak sukirman tersebut tak berjalan dengan mulus karena ia di terror oleh sosok pocong pemilik benda benda tadi,

Usaha nya berantakan dan akhir nya dia pulang ke kampung halaman nya.

Menurut cerita sih ada ritual yang salah, seharus nya yang mengambil benda tersebut adalah dia sendiri bukan orang lain, malang tak dapat di tolak untung tak dapat di raih, mungkin itu lah pribahasa yang tepat untuk orang tersebut.

Berkat kejadian itu, jinan dan sarip akhir nya terbebas dari lingkaran sindikat perjudian dan bisa melanjutkan hidup dengan tenang.
Diubah oleh tetes.tinta 01-03-2023 15:12
cos44rm
boesly
belajararif
belajararif dan 18 lainnya memberi reputasi
19
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.