"Aku yang dulu bukanlah yang sekarang...begitulah penggalan lirik lagu yang dinyanyikan oleh Tegar, seorang penyanyi cilik yang awalnya sebagai pengamen jalanan lantas melejit populer serta sempat menjadi penghias layar kaca dan ruang dengar para penikmat musik tanah air. Perumpamaan tersebut nampaknya layak disematkan pada perubahan yang sangat drastis pada corak perpolitikkan di Arab Saudi, sebuah negara yang kental dengan ciri keislaman konvensional. Tapi itu dulu. Sekarang bagaimana? Hmm, 180 derajat.

Perubahan signifikan itu mulai terlihat dan terus dipraktekkan dengan konsisten sejak naiknya Mohammad bin Salman (MBS) sebagai Ketua Dewan Menteri sekaligus putra mahkota kerajaan Arab Saudi. Kerajaan Arab Saudi yang terkenal sangat lekat dengan Wahabi-Salafi itu kini berubah. Kalau dulu dianggap sangat Ultrakonservatif dengan satu mazhab Wahabiyah yang menjadi pedoman pengajaran dan pengamalan nilai-nilai Islam masyarakatnya, kini Arab Saudi bisa dibilang sedang menuju kearah sekuler.

Fenomena demokratisasi masyarakat Arab Saudi terlihat begitu masif dipertontonkan. Kehidupan yang pada mulanya menerapkan aturan yang ketat terhadap perempuan kini aturan nyaris seluruhnya dicabut. Perempuan telah diperbolehkan menyetir, bepergian sendiri, menempuh pendidikan formal bahkan larangan untuk tidak mengenakkan hijab kinipun sudah dilonggarkan. Klub-klub malam, konser musik dan bioskop juga telah menjadi hiburan umum bagi masyarakat. Tidak seperti pada masa-masa sebelumnya yang cenderung terlarang.

Berikutnya, toleransi terhadap umat beragama lain juga sangat baik diterapkan. Sebagai contoh pada perayaan Natal tahun 2022 lalu, pemerintah Arab Saudi sudah memperbolehkan umat Nasrani baik lokal maupun ekspatriat untuk merayakannya secara terbuka di tempat-tempat umum. Atribut-atribut Natal seperti topi santa klaus dan pohon Natal bertebaran di tempat-tempat umum dan tempat-tempat perbelanjaan di pusat-pusat kota di Arab Saudi.

Yang terbaru dan paling spektakuler adalah pemerintah Arab Saudi melalui Pangeran MBS membuka jalan untuk kerjasama investasi dengan Israel. Negara Yahudi yang juga dicap sebagai "musuh" oleh sebagian negara Islam di Timur Tengah karena konfliknya yang berkepanjangan dengan Faksi Hamas di Jalur Gaza dan West Bank, Palestina.

Kerjasama itu berupa pembukaan izin pemberian visa wisata bagi warga negara Israel yang ingin berwisata ke pulau Tiran dan Sanafir di Laut Merah. Dua pulau yang dibeli oleh Arab Saudi dari Mesir itu rencananya akan diplot sebagai destinasi wisata baru bagi turis mancanegara termasuk Israel.

Dan yang spektakuler lagi dari kebijakan MBS itu adalah disediakannya tempat perjudian kasino dan hotel khusus bagi para pelancong yang ingin berkunjung. Demi memuluskan investasi besar itu, pemerintah Arab Saudi mengundang pemerintah dan pengusaha Israel untuk turut kerjasama dan ambil bagian dalam menanamkan modalnya di sana.

Melihat fenomena yang terjadi ini, jelas Arab Saudi sungguh lihai memanfaatkan potensi yang dimilikinya untuk kepentingan jangka panjang dan proses diversifikasi sumber daya alam berupa minyak bumi yang sebentar lagi akan menipis. Kebijakan kontroversial ini tentu saja akan mengundang komentar negatif dari para praktisi di dunia Islam, baik dari dalam negara Arab Saudi itu sendiri maupun dari negara-negara Islam lainnya di luar negeri.

Well, kita tunggu dan liat saja bagaimana perkembangan politik dan ekonomi di Arab Saudi kedepannya. Bagaimana nih menurut agan semua?
Kasih pendapat kalian di kolom komentar! Terima kasih sudah membaca. See you on the next thread.

Narasi : Ulasan Pribadi

Sumber Referensi :
https://www.cnbcindonesia.com/news/2...nvestor-israel

©copyright @albyabby912023