Setelah perkara pembelian jet tempur bekas Mirage 2000 dari Qatar tuntas, dengan persetujuan pembelian oleh Kementerian Keuangan; kini lembaga pimpinan Ibu Sri Mulyani itu dipusingkan dengan wacana pengadaan F-15EX oleh Kementerian Pertahanan. Pasalnya Indonesia akan kembali mengeluarkan uang senilai Rp 148,33 triliun untuk membawa pulang F-15EX. Dengan uang itu Indonesia bisa membeli 36 unit jet tempur buatan Boeing tersebut.

Akan tetapi, pembelian itu masih belum pasti, lantaran antara Indonesia dan Amerika belum menemukan kesepakatan terkait pembayaran F-15EX. Selama acara Indo Defence 2022, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengatakan akan tetap bertekad untuk membeli jet tempur F-15EX meski dengan cara mencicil. Dan terkait dengan masalah mencicil, pihak Boeing dikabarkan telah menolak rencana tersebut.

Artikel yang ditulis oleh BNN Bloombergpada 4 November 2022 menyebutkan jika Boeing menolak rencana Indonesia untuk mencicil pembayaran F-15EX. Hal itu disampaikan seorang sumber internal Boeing yang tidak ingin disebutkan namanya. Lebih lanjut sumber tersebut mengatakan bahwa, Boeing prihatin dengan kemampuan ekonomi negara terbesar di Asia Tenggara untuk membeli F-15EX, di mana Indonesia bersikeras membayar dengan mencicil.

Pertemuan perwakilan Boeing dan Indonesia selama acara Indo Defence 2022 berakhir tanpa hasil konklusif, yang berarti rencana untuk menandatangani kesepakatan sebelum akhir tahun ini kemungkinan akan tertunda. Sementara itu pada Senin (21/11/2022), Menteri Pertahanan Prabowo Subianto bertemu dengan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin. Dalam pertemuan itu mereka juga dikabarkan membahas tentang F-15EX.

“Negosiasi masih terus berlanjut. Saya pikir sekarang tergantung dari keputusan akhir pemerintah,” jelas Menhan Prabowo ketika ditanya tentang pembelian F-15EX saat konferensi pers setelah pertemuan dengan Lloyd Austin pada 21 November 2022. Menhan menambahkan, prioritas utama pemerintah saat ini adalah mengendalikan pandemi Covid-19 dan menghadapi efek inflasi akibat kenaikan harga energi di seluruh dunia. Sementara itu yang menarik, Prabowo Subianto dan Lloyd Austin sudah bertemu sebanyak 4 kali selama dua tahun terakhir. Dan belum ada hasil yang memuaskan dalam pertemuan tersebut, utamanya dalam rangka jual beli F-15EX.
 


Kilas balik pada 10 Februari 2022, Departemen Luar Negeri AS telah menyetujui potensi penjualan 36 unit F-15EX kepada Indonesia, 36 pesawatnya saja dihargai sekitar US$9,5 Miliar (Rp148,33 triliun). Harga itu belum termasuk persenjataan pesawat yang terdiri dari AIM-9X, AIM-120C, AGM-65, JDAM dll. Indonesia perlu menambah dana sekitar US$4,4 miliar atau sekitar Rp 68,7 triliun untuk peralatan terkait beserta suku cadang pesawat guna mendukung operasional F-15EX sebagai bagian dari kesepakatan pembelian dengan Amerika Serikat.

Secara geopolitik, penjualan F-15 ke Indonesia sangat penting bagi kepentingan nasional AS, karena akan memperkuat salah satu mitra utamanya di wilayah tersebut guna membendung agresifitas China. Sementara itu, Indonesia sendiri masih punya tanggungan proyek jet tempur KF-21 yang harus dicicil sampai tahun 2026 kepada Korea Selatan. Indonesia pun juga harus melunasi sekitar 42 unit Rafale kepada Prancis di masa depan. Indonesia juga masih punya tunggakan kontrak 3 unit kapal selam buatan Korea Selatan yang masih tertunda pengadaannya. Jika kita ibaratkan, kondisi negara kita sekarang layaknya sedang dikejar-kejar oleh penagih utang.

Apakah Indonesia akan menjadi negara ke-7 pengguna F-15 ? Jawabannya kini ada di Ibu Sri Mulyani, pasalnya untuk pembelian alutsista (senjata untuk TNI); Kementerian Keuangan yang beliau pimpin punya peran lebih penting dibandingkan Kementerian Pertahanan.





Referensi Tulisan: VOA Indonesia& BNN Bloomberg
Sumber Foto: USAF