- Beranda
- Stories from the Heart
Kisah Seorang Pramugari (True Story)
...
TS
aymawishy
Kisah Seorang Pramugari (True Story)
Di saat kau merasa hidup sendiri
Dalam kerasnya dunia
Tersenyumlah
Bila kau pun harus berputus asa
Berpikir semua kan berakhir
Tersenyumlah
Kau tak sendiri aku di sini
Menantimu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri aku di sini
Berikan tanganmu mari kita hadapi
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang dan tetap melangkah
Kau tak sendiri
Perhatikan sekitar coba kau amati
Hidup bukan sekedar tentang patah hati
Dan semua yang terjadi ambil hikmahnya
Om Iwan pun berkata "ambil indahnya"
Kau tak sendiri aku di sini
Memanggilmu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri kami di sini
Raihlah tanganku bersama kita lewati
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang teruskan melangkah
Kau tak sendiri
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kita inginkan yang kita harapkan
Hadapilah dengan hati tenang
Yakinkan dirimu
Kau tak sendiri yeah yeah yeaah
Dalam kerasnya dunia
Tersenyumlah
Bila kau pun harus berputus asa
Berpikir semua kan berakhir
Tersenyumlah
Kau tak sendiri aku di sini
Menantimu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri aku di sini
Berikan tanganmu mari kita hadapi
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang dan tetap melangkah
Kau tak sendiri
Perhatikan sekitar coba kau amati
Hidup bukan sekedar tentang patah hati
Dan semua yang terjadi ambil hikmahnya
Om Iwan pun berkata "ambil indahnya"
Kau tak sendiri aku di sini
Memanggilmu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri kami di sini
Raihlah tanganku bersama kita lewati
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang teruskan melangkah
Kau tak sendiri
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kita inginkan yang kita harapkan
Hadapilah dengan hati tenang
Yakinkan dirimu
Kau tak sendiri yeah yeah yeaah
Quote:
Hai, aku Anes, nama panggilan dari pemilik akun aymawishy ini. Semasa sekolah, aku tinggal di sebuah Kabupaten di Jawa Timur bagian timur.
Mungkin yang sudah membaca threadku yang menceritakan bagaimana kisahku semasa SMPakan lebih tahu bagaimana kejamnya orang-orang di sekitarku memperlakukanku.
Tapi, seperti yang Papaku bilang, aku harus tetap semangat dan harus terus berperilaku baik meski dijahatin.
Selepas SMA, aku merantau ke Surabaya. Disaat itulah aku benar-benar ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari Papa. Karenanya, aku harus bekerja agar bisa kuliah.
Awal kehidupanku di perantauan, sangatlah penuh perjuangan.
Ngekos di kosan kumuh, aku pernah. Disana aku ngerasain tidur diatas kasur yang basah karena atap kamarku bocor selama musim penghujan. Dan juga kamar mandi yang lantainya meski disikat berkali-kali pakai WPC, tetap berwarna hitam karena lumutan.
Selain itu, selama 3 bulan berturut-turut, tiap harinya hanya makan roti seharga seribuan yang aku beli di warung kopi dekat kantor tempat aku magang. Yaa meski, alhamdulillahnya ada aja orang baik yang ngasih aku makan. Ohya, karena sering banget makan roti tanpa makan nasi, aku jadi punya “maag” hehehe.
Rasanya jika diingat, masih banyak perjuangan-perjuangan yang aku lalui sejak tahun 2012.
Mungkin yang sudah membaca threadku yang menceritakan bagaimana kisahku semasa SMPakan lebih tahu bagaimana kejamnya orang-orang di sekitarku memperlakukanku.
Tapi, seperti yang Papaku bilang, aku harus tetap semangat dan harus terus berperilaku baik meski dijahatin.
Selepas SMA, aku merantau ke Surabaya. Disaat itulah aku benar-benar ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari Papa. Karenanya, aku harus bekerja agar bisa kuliah.
Awal kehidupanku di perantauan, sangatlah penuh perjuangan.
Ngekos di kosan kumuh, aku pernah. Disana aku ngerasain tidur diatas kasur yang basah karena atap kamarku bocor selama musim penghujan. Dan juga kamar mandi yang lantainya meski disikat berkali-kali pakai WPC, tetap berwarna hitam karena lumutan.
Selain itu, selama 3 bulan berturut-turut, tiap harinya hanya makan roti seharga seribuan yang aku beli di warung kopi dekat kantor tempat aku magang. Yaa meski, alhamdulillahnya ada aja orang baik yang ngasih aku makan. Ohya, karena sering banget makan roti tanpa makan nasi, aku jadi punya “maag” hehehe.
Rasanya jika diingat, masih banyak perjuangan-perjuangan yang aku lalui sejak tahun 2012.
Ohya..
Saat nanti aku berbagi cerita di thread ini, tolong jangan dihujat ya.
Sebab..
Aku bukanlah seorang penulis, jadi jangan pernah berharap lebih terhadap tulisan yang aku bagi.
Aku juga bukanlah orang hebat yang hanya ingin berbagi pengalaman yang aku alami.
Saat nanti aku berbagi cerita di thread ini, tolong jangan dihujat ya.
Sebab..
Aku bukanlah seorang penulis, jadi jangan pernah berharap lebih terhadap tulisan yang aku bagi.
Aku juga bukanlah orang hebat yang hanya ingin berbagi pengalaman yang aku alami.
Pokok Isi Cerita
Quote:
#Bagian 1
-Part 1 : Awal Mula
-Part 2 : Menjemput Restu
-Part 3 : Tahap Awal
-Part 4 : Pantang Mundur
-Part 5 : Tentang Cinta Pertama
-Part 6 : Terjebak Nostalgia
-Part 7 : Mungkin Nanti
-Part 8 : Undangan?
-Part 1 : Awal Mula
-Part 2 : Menjemput Restu
-Part 3 : Tahap Awal
-Part 4 : Pantang Mundur
-Part 5 : Tentang Cinta Pertama
-Part 6 : Terjebak Nostalgia
-Part 7 : Mungkin Nanti
-Part 8 : Undangan?
Quote:
#Bagian 2 : Proses Perekrutan Pramugari
-Part 9 : Hi, Jakarta! Be Nice Please!
-Part 10 : Hall of Fame
-Part 11 : Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!
-Part 12 : Papa Yang Makin Menua
-Part 13 : Manis Dan Pahit
-Part 14 : Yok Opo Seh!
-Part 15 : Dikirim Malaikat Baik Yang Menjelma Menjadi Manusia
-Part 16 : Medical Examination
-Part 17 : Curhat Dadakan, Berujung Menyesakkan
-Part 18 : Menjelang Tahun Baru
-Part 19 : Selamat Datang Tahun 2017!
-Part 20 : Made Darma
-Part 21 : Hari Yang Kutunggu
-Part 22 : PANTUKHIR!
-Part 9 : Hi, Jakarta! Be Nice Please!
-Part 10 : Hall of Fame
-Part 11 : Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!
-Part 12 : Papa Yang Makin Menua
-Part 13 : Manis Dan Pahit
-Part 14 : Yok Opo Seh!
-Part 15 : Dikirim Malaikat Baik Yang Menjelma Menjadi Manusia
-Part 16 : Medical Examination
-Part 17 : Curhat Dadakan, Berujung Menyesakkan
-Part 18 : Menjelang Tahun Baru
-Part 19 : Selamat Datang Tahun 2017!
-Part 20 : Made Darma
-Part 21 : Hari Yang Kutunggu
-Part 22 : PANTUKHIR!
Quote:
#Bagian 3
-Part 23 : Kesempatan Kedua
-Part 24 : Accedere
-Part 25 : Tentang Rey!
-Part 26 : Become In Love
-Part 27 : Buket Mawar Merah
-Part 28 : Out Of Control
-Part 29 : Di Zangrandi
-Part 30 : Pantukhir Kedua
-Part 31 : Si Paling Inisiatif
-Part 32 : Agnes
-Part 33 : Cemburu
-Part 34 : Rey!?
-Part 35 : Ternyata…
-Part 36 : Di Puncak Bromo
-Part 37 : Berpisah
-Part 38 : Hasil Pantukhir
-Part 39 : Tyas!
-Part 40 : Di Kampung Halaman
-Part 41 : Berpamitan
-Part 23 : Kesempatan Kedua
-Part 24 : Accedere
-Part 25 : Tentang Rey!
-Part 26 : Become In Love
-Part 27 : Buket Mawar Merah
-Part 28 : Out Of Control
-Part 29 : Di Zangrandi
-Part 30 : Pantukhir Kedua
-Part 31 : Si Paling Inisiatif
-Part 32 : Agnes
-Part 33 : Cemburu
-Part 34 : Rey!?
-Part 35 : Ternyata…
-Part 36 : Di Puncak Bromo
-Part 37 : Berpisah
-Part 38 : Hasil Pantukhir
-Part 39 : Tyas!
-Part 40 : Di Kampung Halaman
-Part 41 : Berpamitan
Quote:
#Bagian 4 : Initial Flight Attendant’s Ground Training
-Briefing and Sign Contract :
-Part 42 : Sekilas Tentang Ground Training
-Part 43 : Kog Begini Amat Sih?!
###
-Part 44 : Drama Perkara Sepatu
-Part 45 - Astaga!!
-Part 46 : KACAU!
-Part 47 : Drama di Hari Pertama
-Part 48 : Apa Benar FA Harus Deketin Pilot Agar Jam Terbangnya Banyak?
-Part 49 : Jawaban Dari Pertanyaan Mia
-Part 50 : Learning By Doing
-Part 51 : Tentang Chapter Lima dan CET
-Part 52 : Rey Datang Lagi
-Part 53 : Tersimpul Luka Kedua Kali
-Part 54 : White Horse
-Part 55 : Menjelang Flight Training
-Part 56 : Overthinking!
-Briefing and Sign Contract :
-Part 42 : Sekilas Tentang Ground Training
-Part 43 : Kog Begini Amat Sih?!
###
-Part 44 : Drama Perkara Sepatu
-Part 45 - Astaga!!
-Part 46 : KACAU!
-Part 47 : Drama di Hari Pertama
-Part 48 : Apa Benar FA Harus Deketin Pilot Agar Jam Terbangnya Banyak?
-Part 49 : Jawaban Dari Pertanyaan Mia
-Part 50 : Learning By Doing
-Part 51 : Tentang Chapter Lima dan CET
-Part 52 : Rey Datang Lagi
-Part 53 : Tersimpul Luka Kedua Kali
-Part 54 : White Horse
-Part 55 : Menjelang Flight Training
-Part 56 : Overthinking!
Quote:
#Bagian 5 : Flight Training
-Part 57 : Junior Selalu Salah
-Part 58 : Briefing Before Flight
-Part 59 : About Preflight Check
-Part 60 : Company Check
-Part 61 : Berjuang Lagi!
-Part 62 : Jungle And Sea Survival Part I
-Part 63 : Jungle And Sea Survival Part II
-Part 64 : Jungle And Sea Survival Part III
-Part 65 : Jungle And Sea Survival Part IV
-Part 66 : CCFA & DGCA Check
-Part 57 : Junior Selalu Salah
-Part 58 : Briefing Before Flight
-Part 59 : About Preflight Check
-Part 60 : Company Check
-Part 61 : Berjuang Lagi!
-Part 62 : Jungle And Sea Survival Part I
-Part 63 : Jungle And Sea Survival Part II
-Part 64 : Jungle And Sea Survival Part III
-Part 65 : Jungle And Sea Survival Part IV
-Part 66 : CCFA & DGCA Check
Quote:
#Bagian 6 : Kehidupan Seorang Pramugari
-Part 67 : Persiapan Untuk Terbang
-Part 68 : My First Flight
-Part 69 : Rian dan Ihsan
-Part 70 : Setan Penjaga Kamar Vs Senior Ala Ala
-Part 71 : Kisah Kasih Tak Sampai
-Part 72 : Padaido
-Part 73 : Hubungan Tanpa Status
-Part 74 : Mimpi Aneh
-Part 75 : Putri Kebaya
-Part 76 : Kamu Mau Jadi Pramugari Yang Seperti Apa?
-Part 77 : Turbulensi
-Part 78 : Hari-hari Bersama Papa
-Part 79 : Papa, It’s My Birthday!
-Part 80 : Duka Yang Bertubi
-Part 81 : Flashback to 2017
-Part 82 : Tentang Aku dan Dia
-Part 67 : Persiapan Untuk Terbang
-Part 68 : My First Flight
-Part 69 : Rian dan Ihsan
-Part 70 : Setan Penjaga Kamar Vs Senior Ala Ala
-Part 71 : Kisah Kasih Tak Sampai
-Part 72 : Padaido
-Part 73 : Hubungan Tanpa Status
-Part 74 : Mimpi Aneh
-Part 75 : Putri Kebaya
-Part 76 : Kamu Mau Jadi Pramugari Yang Seperti Apa?
-Part 77 : Turbulensi
-Part 78 : Hari-hari Bersama Papa
-Part 79 : Papa, It’s My Birthday!
-Part 80 : Duka Yang Bertubi
-Part 81 : Flashback to 2017
-Part 82 : Tentang Aku dan Dia
Diubah oleh aymawishy 02-02-2024 01:38
snf0989 dan 45 lainnya memberi reputasi
46
61.3K
Kutip
1K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32KThread•45KAnggota
Tampilkan semua post
TS
aymawishy
#112
Part 30 - Pantukhir Kedua
Spoiler for Pantukhir Kedua:
11 April 2017, Selasa
// 14.30 Shasa : Kak, aku udah dapet kamarnya ya. Aku tadi minta yang viewnya swimming pool, tapi malah dikasih viewsungai huhu //
// 15.39 Anes : Alhamdulillah kalau gitu. Hahaha yaa gapapa. Besok kita minta ganti kamar kalau kamunya mau banget kamar yang swimming pool view yaa :* //
// 15.45 Shasa : Hahaha okee Kak. Btw Kakak uda di bandara belum? //
// 15.47 Anes : Belum nih Akunya baru dapet izin untuk pulang kantor lebih awal huhu. Jadi aku masih baru banget otw ke bandara. Doain ga macet yak! //
// 15.50 Shasa : Aamiin. Hati-hati ya Kak.. //
// 17.25 Anes : Shasa, sorry baru bales! Ini aku udah boarding ya! See you //
// 17.30 Shasa : Safe flight, Kak.. See you soon :* //
Akhirnya aku ke Jakarta lagi untuk mengikuti pantukhir tahap kedua setelah menunggu sekitar tiga bulan lamanya.
Dan Shasa (masih inget Shasa kan?), alhamdulillah dia ikut perekrutan FA lagi dan kali ini dia lolos sampai di tahap pantukhir.
Kebetulan banget pantukhir pertamanya berbarengan dengan pantukhir keduaku.
Nah untuk menghemat pengeluaran selama di Jakarta, kami pun sepakat untuk menginap di hotel yang sama seperti sebelumnya dengan menyewa hanya satu kamar selama dua malam.
Shasa yang berasal dari Lubuk Linggau itu tiba lebih dulu di Jakarta. Itulah mengapa, dia yang mencheck-in kan kamar hotelnya.
Berarti nanti di Jakarta ketemu Rey dong?? Sayangnya, ENGGAK!!
// Maafin ya Nes, kamu di Jakarta, akunya malah terbang ke Sorong. //
Pesan teks Rey kemarin sore disaat aku memberitahunya tentang jadwal pantukhir yang diinfokan dadakan oleh tim perekrutan FA!
------
Sekitar jam sembilan malam, aku baru dijemput oleh mobil hotel. Padahal aku mendarat di Soetta sudah dari jam tujuh-an. Kata pihak hotelnya sih, fasilitas mobil untuk antar jemput tamu dari dan ke bandara hanya satu yang beroperasi jika sudah memasuki jam lima sore.
"Maaf ya Kak, tadi saya baru antar tamu dari Soetta ke hotel jam enam-an. Lalu balik lagi untuk antar tamu dari hotel ke Soetta jam delapan. Makanya Kakak baru dijemput jam segini.", ujar drivernya berusaha menjelaskan situasi yang terjadi padaku.
"Iya, Pak, gapapa kog hehehe. Makasih ya Pak.", jawabku berusaha menenangkannya.
Di sepanjang jalan, aku melihat lampu-lampu jalanan yang sangat indah. Hal itu membuatku teringat bahwa aku pernah menangis saat menatap jalanan ini beberapa bulan lalu, yakni ketika aku menyadari bahwa aku gagal di pantukhir pertama karena akunya jerawatan. Dan malam ini, aku menatap jalanan yang sama dengan senyuman yang tak kalah indah dengan pesona yang diberikan lampu-lampu yang meneranginya. Sebab, kali ini, aku kembali lagi ke tempat ini karena berhasil menepati janjiku pada Bu Chief FA untuk membuat jerawat-jerawatku musnah!
(Boleh aku sedikit bercerita bagaimana perjuanganku untuk membuat wajahku bisa kembali seperti sebelumnya a.k.a tidak jerawatan??
Jadi, selama beberapa bulan ini, akunya mengkonsumsi obat jerawat yang harus diminum setiap hari. Pilnya aku lupa namanya, tapi aku inget sama harganya : harga satu pilnya lima belas ribu. Udah seharga sebungkus pecel lele huhu
Oleh dokter spesialis yang memeriksaku, aku dilarang makan gorengan, dilarang makan telur juga mie instan, dan dilarang makan pedes. Kata dokter, banyak faktor kenapa aku berjerawat.
Pertama karena akunya ini alergi terhadap protein. Jadi tiap kelebihan protein dalam tubuh, akunya langsung muncul jerawat yang mirip bisul di wajah. Anehnya munculnya di wajah doang!
Kenapa? Wajahku ini sering sekali terkena bahan-bahan kimia, terutama akibat dari melakukan facial treatment berlebih. Jadi wajahku cenderung sensitif.
Kedua karena akunya kurang tidur (aku sering begadang untuk nyelesain skripsi) yang menyebabkan hormon kortisol (hormon steroid yang memengaruhi bagaimana tubuh merespons stress) dalam tubuhku meningkat.
Ketiga karena faktor dari makanan yang ku konsumsi : terlalu banyak makan gorengan, mie instan dan juga telur. Ya gimana ya, namanya anak kos yaa, kan makan mie instan+telur itu paling gampang dan paling nikmat hehe.
Karena itu, selama beberapa bulan terakhir ini, aku mengubah menu makanku hanya dengan tempe orek lalu dicampur dengan sayur sop, nasi, dan krupuk tanpa sambal. Udah itu doang! Untuk buah aku hanya makan apel, terkadang jeruk, dan kadang alpukat. Itu pun ga tiap hari, semaunya aku aja.
Nah itulah kenapa dalam waktu tiga bulan, wajahku udah bisa kembali seperti sebelumnya. Semuanya butuh komitmen dan kerja keras menahan keinginan memakan mie dan telur
Tapi semua itu ada hikmahnya sih, akunya jadi bisa lebih hemat. Tapi engga hemat juga sebenernya, soalnya uang jajan yang tersisa aku pake buat beli obat jerawat. )
12 April 2017, Rabu
Aku yang sudah pernah mengikuti Pantukhir sebelumnya, sama sekali tidak merasakan panik atau deg-deg-an di pantukhir kedua ini. Apalagi dengan wajahku yang udah ga jerawatan, hal itu menambahkan rasa percaya diriku.
Dan benar saja, saat aku dan dua kandidat diminta untuk memasuki ruangan Direktur Operasional, akunya santai-santai saja.
“Silahkan perkenalkan diri kalian dimulai dari Ifa lalu Imas. Juga sebutkan hobi kalian ya!”, ujar Pak Direktur.
“Untuk Anes ga perlu perkenalan lagi. Kita semua sudah tau kalau hobi kamu berenang, kan?”, lanjutnya disambut dengan gelak tawa Chief FA dan para Deputynya juga empat orang HRD yang hari itu mendampingi proses pantukhir.
Hahaha ternyata Direktur Operasionalnya mengingatku gegara aku menjawab hobiku adalah berenang saat itu, padahal kandidat lain memilih untuk menunjukkan bakat dan minatnya.
Setelah Ifa dan Imas selesai memperkenalkan diri dan juga menari (hobi mereka kebetulan sama, bedanya : Ifa menari tarian tradisional, Imas menari tarian modern), Pak Direktur kembali memerintahkan Chief FA dan para Deputynya untuk menilai kami dari jarak dekat. Saat itu, aku yang berpikir akan aman-aman saja, ternyata kembali dicari-cari kekurangannya.
“Anes, coba tolong dihapus make-upnya!”, perintah seorang deputy yang berambut pendek -orang yang sama dengan yang sebelumnya- sembari memberikan kapas, remover make-up, dan cermin. Tanpa ragu dan berlama-lama, aku segera menghapus riasan di wajahku.
“Biar adil, Ifa dan Imas juga hapus make-up ya! ”, celetuk Chief FA.
Wah di pantukhir kedua ini bener-bener diluar dugaan banget. Tapi seenggaknya, mentalku ga terlalu dijatohin seperti di pantukhir pertama. Karena di pantukhir kali ini, yang menjadi 'sasaran empuk' adalah si Imas.
Singkat cerita, hari itu bisa dibilang posisiku aman.
Setelah Chief FA dan para Deputynya memeriksa wajah kami tanpa riasan, kami diminta untuk keluar ruangan dan diminta untuk menunggu pengumuman melalui email tanpa diberitahukan secara jelas waktunya kapan.
"Loh Kak Anes kog make-upnya dihapus?", Shasa menghampiriku ketika melihatku sudah berada di lobby. Kali ini, Shasa mendapatkan urutan lebih dulu dibandingkan aku. Makanya gantian dia yang nungguin aku
"Iyaa nih hehe. Tadi gimana pantukhirnya?", tanyaku sembari merangkul lengan kirinya dan mengajaknya berjalan menuju pintu keluar.
"Tadi ada pengukuran tinggi badan lagi, Kak. Anehnya, tinggi aku jadi 158cm. Padahal dari awal sampe medex kemarin, tinggiku 160cm.", ujar Shasa.
"Hm gituu. Gapapa gapapa, emang kalau lagi pantukhir itu ada aja cara buat jatuhin mental kita, Sha. Ga usah dipikirin yaaa. Berdo'a ajaa terus! Oke??"
"Hehe iya Kak.."
Sepulang dari pantukhir siang itu, aku dan Shasa menghabiskan waktu untuk menjelajahi kota Jakarta.
Beruntungnya moda transportasi di Jakarta sangat memadai, sungguh hal itu memudahkan kami untuk kemana saja tanpa bingung harus naik apa dan juga membuat kami ga perlu mengkhawatirkan biayanya. Apalagi ada commuterline/Kereta Rel Listrik (KRL), yang kemana aja hanya bayar 3000 perak -kalau ga salah inget yaa hehe-
Lumayan, hari itu kami sempat main ke Monas siang-siang, lalu ke kota tua menjelang senja, dan berakhir ke Grand Indonesia untuk sekedar melihat-lihat ada apa aja sih di dalamnya.
"Hua keren kali ya Kak disini...!!", hal yang selalu diungkapkan oleh Shasa kepadaku.
Sekitar jam sepuluh malam, kami akhirnya tiba juga di hotel bahkan aku sudah beberes dan siap untuk tidur.
Saat tengah asik ngobrol dengan Shasa, aku mengingat sesuatu : aku lupa ngabarin Rey seharian ini haha.
"Shasa, aku boleh telpon sebentar ga?", tanyaku memotong obrolan kami yang lagi seru-serunya.
"Gapapa Kak! Shasa juga mau nelpon pacar dulu ini hihihi.."
Kami pun mengakhiri kebersamaan kami dengan menelpon pacar masing-masing. Untung saja, si Rey sudah paham banget sama aku yang suka lupa untuk ngabarin dia.
Berbeda dengan Shasa yang sepertinya lagi diinterogasi sama pacarnya, sedang Rey tidak perlu melakukan itu sebab dia sudah tau aku kemana dan dimana meski seharian aku tak mengabarinya. Kog bisa gitu?
Karena Rey punya mata-mata. Siapa?
Dia adalah Papa.
// 14.30 Shasa : Kak, aku udah dapet kamarnya ya. Aku tadi minta yang viewnya swimming pool, tapi malah dikasih viewsungai huhu //
// 15.39 Anes : Alhamdulillah kalau gitu. Hahaha yaa gapapa. Besok kita minta ganti kamar kalau kamunya mau banget kamar yang swimming pool view yaa :* //
// 15.45 Shasa : Hahaha okee Kak. Btw Kakak uda di bandara belum? //
// 15.47 Anes : Belum nih Akunya baru dapet izin untuk pulang kantor lebih awal huhu. Jadi aku masih baru banget otw ke bandara. Doain ga macet yak! //
// 15.50 Shasa : Aamiin. Hati-hati ya Kak.. //
// 17.25 Anes : Shasa, sorry baru bales! Ini aku udah boarding ya! See you //
// 17.30 Shasa : Safe flight, Kak.. See you soon :* //
Akhirnya aku ke Jakarta lagi untuk mengikuti pantukhir tahap kedua setelah menunggu sekitar tiga bulan lamanya.
Dan Shasa (masih inget Shasa kan?), alhamdulillah dia ikut perekrutan FA lagi dan kali ini dia lolos sampai di tahap pantukhir.
Kebetulan banget pantukhir pertamanya berbarengan dengan pantukhir keduaku.
Nah untuk menghemat pengeluaran selama di Jakarta, kami pun sepakat untuk menginap di hotel yang sama seperti sebelumnya dengan menyewa hanya satu kamar selama dua malam.
Shasa yang berasal dari Lubuk Linggau itu tiba lebih dulu di Jakarta. Itulah mengapa, dia yang mencheck-in kan kamar hotelnya.
Berarti nanti di Jakarta ketemu Rey dong?? Sayangnya, ENGGAK!!
// Maafin ya Nes, kamu di Jakarta, akunya malah terbang ke Sorong. //
Pesan teks Rey kemarin sore disaat aku memberitahunya tentang jadwal pantukhir yang diinfokan dadakan oleh tim perekrutan FA!
------
Sekitar jam sembilan malam, aku baru dijemput oleh mobil hotel. Padahal aku mendarat di Soetta sudah dari jam tujuh-an. Kata pihak hotelnya sih, fasilitas mobil untuk antar jemput tamu dari dan ke bandara hanya satu yang beroperasi jika sudah memasuki jam lima sore.
"Maaf ya Kak, tadi saya baru antar tamu dari Soetta ke hotel jam enam-an. Lalu balik lagi untuk antar tamu dari hotel ke Soetta jam delapan. Makanya Kakak baru dijemput jam segini.", ujar drivernya berusaha menjelaskan situasi yang terjadi padaku.
"Iya, Pak, gapapa kog hehehe. Makasih ya Pak.", jawabku berusaha menenangkannya.
Di sepanjang jalan, aku melihat lampu-lampu jalanan yang sangat indah. Hal itu membuatku teringat bahwa aku pernah menangis saat menatap jalanan ini beberapa bulan lalu, yakni ketika aku menyadari bahwa aku gagal di pantukhir pertama karena akunya jerawatan. Dan malam ini, aku menatap jalanan yang sama dengan senyuman yang tak kalah indah dengan pesona yang diberikan lampu-lampu yang meneranginya. Sebab, kali ini, aku kembali lagi ke tempat ini karena berhasil menepati janjiku pada Bu Chief FA untuk membuat jerawat-jerawatku musnah!
(Boleh aku sedikit bercerita bagaimana perjuanganku untuk membuat wajahku bisa kembali seperti sebelumnya a.k.a tidak jerawatan??
Jadi, selama beberapa bulan ini, akunya mengkonsumsi obat jerawat yang harus diminum setiap hari. Pilnya aku lupa namanya, tapi aku inget sama harganya : harga satu pilnya lima belas ribu. Udah seharga sebungkus pecel lele huhu
Oleh dokter spesialis yang memeriksaku, aku dilarang makan gorengan, dilarang makan telur juga mie instan, dan dilarang makan pedes. Kata dokter, banyak faktor kenapa aku berjerawat.
Pertama karena akunya ini alergi terhadap protein. Jadi tiap kelebihan protein dalam tubuh, akunya langsung muncul jerawat yang mirip bisul di wajah. Anehnya munculnya di wajah doang!
Kenapa? Wajahku ini sering sekali terkena bahan-bahan kimia, terutama akibat dari melakukan facial treatment berlebih. Jadi wajahku cenderung sensitif.
Kedua karena akunya kurang tidur (aku sering begadang untuk nyelesain skripsi) yang menyebabkan hormon kortisol (hormon steroid yang memengaruhi bagaimana tubuh merespons stress) dalam tubuhku meningkat.
Ketiga karena faktor dari makanan yang ku konsumsi : terlalu banyak makan gorengan, mie instan dan juga telur. Ya gimana ya, namanya anak kos yaa, kan makan mie instan+telur itu paling gampang dan paling nikmat hehe.
Karena itu, selama beberapa bulan terakhir ini, aku mengubah menu makanku hanya dengan tempe orek lalu dicampur dengan sayur sop, nasi, dan krupuk tanpa sambal. Udah itu doang! Untuk buah aku hanya makan apel, terkadang jeruk, dan kadang alpukat. Itu pun ga tiap hari, semaunya aku aja.
Nah itulah kenapa dalam waktu tiga bulan, wajahku udah bisa kembali seperti sebelumnya. Semuanya butuh komitmen dan kerja keras menahan keinginan memakan mie dan telur
Tapi semua itu ada hikmahnya sih, akunya jadi bisa lebih hemat. Tapi engga hemat juga sebenernya, soalnya uang jajan yang tersisa aku pake buat beli obat jerawat. )
12 April 2017, Rabu
Aku yang sudah pernah mengikuti Pantukhir sebelumnya, sama sekali tidak merasakan panik atau deg-deg-an di pantukhir kedua ini. Apalagi dengan wajahku yang udah ga jerawatan, hal itu menambahkan rasa percaya diriku.
Dan benar saja, saat aku dan dua kandidat diminta untuk memasuki ruangan Direktur Operasional, akunya santai-santai saja.
“Silahkan perkenalkan diri kalian dimulai dari Ifa lalu Imas. Juga sebutkan hobi kalian ya!”, ujar Pak Direktur.
“Untuk Anes ga perlu perkenalan lagi. Kita semua sudah tau kalau hobi kamu berenang, kan?”, lanjutnya disambut dengan gelak tawa Chief FA dan para Deputynya juga empat orang HRD yang hari itu mendampingi proses pantukhir.
Hahaha ternyata Direktur Operasionalnya mengingatku gegara aku menjawab hobiku adalah berenang saat itu, padahal kandidat lain memilih untuk menunjukkan bakat dan minatnya.
Setelah Ifa dan Imas selesai memperkenalkan diri dan juga menari (hobi mereka kebetulan sama, bedanya : Ifa menari tarian tradisional, Imas menari tarian modern), Pak Direktur kembali memerintahkan Chief FA dan para Deputynya untuk menilai kami dari jarak dekat. Saat itu, aku yang berpikir akan aman-aman saja, ternyata kembali dicari-cari kekurangannya.
“Anes, coba tolong dihapus make-upnya!”, perintah seorang deputy yang berambut pendek -orang yang sama dengan yang sebelumnya- sembari memberikan kapas, remover make-up, dan cermin. Tanpa ragu dan berlama-lama, aku segera menghapus riasan di wajahku.
“Biar adil, Ifa dan Imas juga hapus make-up ya! ”, celetuk Chief FA.
Wah di pantukhir kedua ini bener-bener diluar dugaan banget. Tapi seenggaknya, mentalku ga terlalu dijatohin seperti di pantukhir pertama. Karena di pantukhir kali ini, yang menjadi 'sasaran empuk' adalah si Imas.
Singkat cerita, hari itu bisa dibilang posisiku aman.
Setelah Chief FA dan para Deputynya memeriksa wajah kami tanpa riasan, kami diminta untuk keluar ruangan dan diminta untuk menunggu pengumuman melalui email tanpa diberitahukan secara jelas waktunya kapan.
"Loh Kak Anes kog make-upnya dihapus?", Shasa menghampiriku ketika melihatku sudah berada di lobby. Kali ini, Shasa mendapatkan urutan lebih dulu dibandingkan aku. Makanya gantian dia yang nungguin aku
"Iyaa nih hehe. Tadi gimana pantukhirnya?", tanyaku sembari merangkul lengan kirinya dan mengajaknya berjalan menuju pintu keluar.
"Tadi ada pengukuran tinggi badan lagi, Kak. Anehnya, tinggi aku jadi 158cm. Padahal dari awal sampe medex kemarin, tinggiku 160cm.", ujar Shasa.
"Hm gituu. Gapapa gapapa, emang kalau lagi pantukhir itu ada aja cara buat jatuhin mental kita, Sha. Ga usah dipikirin yaaa. Berdo'a ajaa terus! Oke??"
"Hehe iya Kak.."
Sepulang dari pantukhir siang itu, aku dan Shasa menghabiskan waktu untuk menjelajahi kota Jakarta.
Beruntungnya moda transportasi di Jakarta sangat memadai, sungguh hal itu memudahkan kami untuk kemana saja tanpa bingung harus naik apa dan juga membuat kami ga perlu mengkhawatirkan biayanya. Apalagi ada commuterline/Kereta Rel Listrik (KRL), yang kemana aja hanya bayar 3000 perak -kalau ga salah inget yaa hehe-
Lumayan, hari itu kami sempat main ke Monas siang-siang, lalu ke kota tua menjelang senja, dan berakhir ke Grand Indonesia untuk sekedar melihat-lihat ada apa aja sih di dalamnya.
"Hua keren kali ya Kak disini...!!", hal yang selalu diungkapkan oleh Shasa kepadaku.
Sekitar jam sepuluh malam, kami akhirnya tiba juga di hotel bahkan aku sudah beberes dan siap untuk tidur.
Saat tengah asik ngobrol dengan Shasa, aku mengingat sesuatu : aku lupa ngabarin Rey seharian ini haha.
"Shasa, aku boleh telpon sebentar ga?", tanyaku memotong obrolan kami yang lagi seru-serunya.
"Gapapa Kak! Shasa juga mau nelpon pacar dulu ini hihihi.."
Kami pun mengakhiri kebersamaan kami dengan menelpon pacar masing-masing. Untung saja, si Rey sudah paham banget sama aku yang suka lupa untuk ngabarin dia.
Berbeda dengan Shasa yang sepertinya lagi diinterogasi sama pacarnya, sedang Rey tidak perlu melakukan itu sebab dia sudah tau aku kemana dan dimana meski seharian aku tak mengabarinya. Kog bisa gitu?
Karena Rey punya mata-mata. Siapa?
Dia adalah Papa.
###
Aku dan dirimu sudah jadi satu
Di dalam ikatan percaya
Ini asmaraku ini asmaramu
Sungguh mati sempurna
Oh kau membuatku jadi diriku sendiri
Aku tambah yakin kepada kamu kamu kamu
Kau adalah yang terindah
Yang membuat hatiku tenang
Mencintai kamu takkan pernah takut
Sebab kau terima segala kurangku
delet3 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
Kutip
Balas
Tutup