aneskafiar
TS
aneskafiar
COVID-19 Mengakibatkan Disfungsi Ereksi Pria? Ini jawabannya!

Quote:



Direktur Program Urologi Reproduksi dari Fakultas Kedokteran, Universitas Miami Miller - Florida, Prof. Ranjith Ramasamy mengungkapkan bahwa covid-19 dapat mengganggu kesuburan dan fungsi seksual, terutama kesehatan seksual kaum pria. Ia menjelaskan bahwa Sewaktu infeksi awal, Covid-19 akan menetap di dalam testis pria yang telah terpapar dalam waktu yang lama tanpa diketahui gejala-gejalanya. Covid-19 ini kemudian dapat menurunkan jumlah sperma selama 3 sampai 6 bulan. Dan Covid-19 akan hadir di penis selama 7 hingga 9 bulan dan mengakibatkan disfungsi ereksi atau impoten. Ia mengatakan pula bahwa Vaksin (mRNA Covid-19), tidak akan membawa perubahan pada kesuburan pria.



Sel Sperma (Alodokter.com)


Studi dan penelitian Ramasamy ini sangat kontras dan bertolak belakang dengan hasil studi dan penelitian yang dilakukan ahli urologi James M. Hotaling, Direktur medis unit praktik dan juga Direktur program kesehatan pria dari Universitas Utah, Salt Lake City.

James bersama Rekannya dari China, mengatakan hasil diagnosis mereka pada 34 Pria di China yang terinfeksi Covid-19, tidak ditemukan adanya SARS-Co-V-2 pada cairan spermanya selama sebulan.


Dengan dua data yang berbeda ini, kita semakin bingung dengan diagnosa para ahli medis terkait dampak disfungsi seksualitas pria yang timbul akibat Covid-19. Ya, dua ahli urologi, mengungkapkan hasil diagnosa yang berbeda! Hasil penelitian ini belum bisa meyakinkan dan masih diragukan relevansinya. Lantas hasil penelitian siapa yang dipercaya ?


World Journal of Men’s Health menerbitkan hasil penelitian James dan teman-teman penelitinya. James dan anggotanya mengotopsi 6 orang pria positif Covid-19 untuk meneliti saluran testisnya. Hasilnya? 3 dari 6 orang positif covid tersebut mengalami gangguan spermatogenesis dan 3 orang lainnya normal. Apakah bukti ini sudah cukup meyakinkan ?


Polemik masih berkepanjangan. Pro kontra berlanjut di kalangan ahli urologi.
Beberapa peneliti di studi kohort (pusat pasien covid-19) mengatakan pasien dengan covid-19 mengalami penurunan kualitas testosteron selama menjalani rawat inap dikarenakan efek penyakit dan peradangan. Oleh karena itu, belum jelas apakah penurunan kualitas testosteron merupakan dampak covid-19 atau bukan.


Martin Gross, MD dari Dartmouth-Hitchcock Medical Center, menyoroti banyak artikel yang mempublish penelitian tentang covid-19 dan disfungsi ereksi. Ia mengatakan mereka memposting  pendapat para ahli, studi pengamatan, laporan kasus, kuisioner-responden hingga ulasan artikel. Namun semuanya masing sangat minim tingkat keakuratan ilmiah. Menurutnya makalah yang ditulis hanya bersifat teoritis dengan mengandalkan ilmu medis sebagai pedoman referensi. Ia mempertanyakan, apakah hubungan antara disfungsi ereksi dan covid-19 ?


Sedangkan Omer Rahem, MD, direktur kesehatan pria dari Tulane University School of Medicine, New Orleans, Louisiana, sangat tertarik akan penelitian Ramasamy bahwa 1 dari 2 pria terinfeksi Covid-19 yang dirawat di rumah sakit, mengalami disfungsi ereksi yang hebat, meski covid-19 yang diderita hanya gejala ringan.

Raheem menyimpulkan bahwa Covid-19 mematikan sel endotel sehingga mengakibatkan disfungsi ereksi.


Menurut seorang jurnalis asal Turki, “ada peningkatan jumlah pasien yang memeriksa kesehatan seksual mereka pada saat masa pandemi covid-19,”tulisnya dalam sebuah makalah.


Hossein Sadeghi-Nejad, MD, FACS, profesor Bedah/Urologi di Rutgers New Jersey Medical School dan Hackensack University, mengatakan bahwa sebuah data survey yang melaporkan telah terjadi penurunan aktivitas seksual di masa pendemi ini tak ada kaitan dengan masalah disfungsi ereksi. Ia mengatakan survey tersebut bisa saja mengambil sampel dari pasien muda atau anak remaja yang belum berkeluarga. Sementara penelitian lain membuktikan bahwa orang dewasa atau orang tua giat meningkatkan aktivitas seksual di masa karantina.


Ramasamy menganjurkan kaum pria yang telah terpapar Covid-19, sebaiknya menunggu selama tiga sampai enam bulan lantaran terjadi penurunan kualitas spermatogenesis. Setelah itu barulah dilanjutkan perawatan atau pemeriksaan kesehatan agar kesuburan spermanya kembali normal.


Disisi lain James M. Hotaling menyampaikan bahwa kita harus mensosialisasikan kepada pasien, betapa pentingnya mengambil bagian dalam vaksinasi, dengan cara membocorkan dampak disfungsi ereksi ini kepada mereka. Ia berpesan kepada pasangan yang hendak merencanakan kehamilan, agar sebaiknya mengikuti vaksinasi.


Nah, dari sejumlah pro-kontra para ahli urologi ini, manakah yang dapat dipercaya? Silahkan anda simpulkan sendiri, argumen, observasi, studi penelitian mana yang anda pilih! Yang jelas, pro-kontra masih berlanjut hingga sekarang!



Y.K

Ref : Satu





joeco123nomoreliesareszzjay
areszzjay dan 4 lainnya memberi reputasi
-3
1.1K
9
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
669.2KThread39.7KAnggota
Tampilkan semua post
kenthir13
kenthir13
#4
Tapi selama pandemi ibu hamil makin banyak aja..
aneskafiar
aneskafiar memberi reputasi
1
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.