vizum78Avatar border
TS
vizum78
 [COC SFTH -2022 ] Cintamu Kan Membawaku Kembali.


Astrid tampak tersenyum kecil melihat buah hatinya tampak berjuang keras tuk belajar berjalan dengan kedua kakinya.

Gita sang buah hatinya terlihat cantik saat wajahnya terlihat serius tuk berdiri dan mencoba melangkah namun kembali terduduk.

Terdengar sebuah ketukan di pintu kamar sewaannya.
Astrid pun langsung menggendong putri cantiknya lalu menghampiri pintu tuk melihat siapa yang datang.

Ketika dia membuka pintu tersebut tampak sosok pria berkacamata menatapnya dengan tajam.
Gita langsung tertawa girang melihat sosok pria tersebut.
Tangannya langsung menjulur ke depan tanda dia minta di gendong pria tersebut.
Sang pria tersebut langsung menyambut nya dan menggendongnya penuh kasih sayang.

"Anak papa rupanya kangen ama papanya!"

Pria tersebut itu langsung menciumi kedua pipi Gita dan memeluknya dengan hangat.

"Ada apa mas Dharma, biasanya kamu datang di hari sabtu sama minggu tuk menengok Gita?" Tanya Astrid dengan suara datar.

"Aku kangen ama Gita, toh dia putriku dan wajar aku kangen ama putriku sendiri!".jawab Dharma dengan senyum termanisnya.
Senyum khas dia, saat menggoda Astrid saat mereka pertama kali bertemu saat perjodohan yang di lakukan oleh kedua orang tua mereka.

Kemudian Dharma pun langsung masuk ke kamar tersebut dan duduk di atas tempat tidur di kamar tersebut.

Astrid hanya menghela napas kemudian menutup pintu kamar tersebut.
Dia pun mengambil sebotol air mineral di kulkas lalu menaruhnya di hadapan Dharma.

"Astrid, aku ingin kita rujuk tuk membina rumah tangga kita kembali!".

Astrid tampak tak acuh dan menyibukan diri dengan lembaran-lembaran tugas kerja di meja kecilnya.

"Astrid....!". Dharma sedikit mengeraskan suara karena merasa mantan istrinya tersebut acuh tak acuh dengan perkataannya.

Astrid hanya menengok sebentar ke arahnya dengan senyum sinis lalu kembali mengerjakan tugas kerjanya.

Dharma pun tampak kesal melihat sikap Astrid.
Dia kemudian meletakan Gita di pembaringan.
Dia berdiri lalu menghampiri Astrid.

Sebuah tangan menarik kunciran rambut Astrid dengan cukup keras.

"Aku ingin kita baikan dan menikah lagi Astrid!". Bentak Dharma sembari menarik rambutnya agar astrid bisa perduli dengannya.

"Sakit....mas!".jerit Astrid kesakitan.

"Salahmu sendiri, ketika aku ngomong baik-baik.
Kamu acuh tak acuh padaku!".kata Dharma membisik di telinganya.

Astrid tampak meronta dan menarik tangan Dharma yang mencengkram rambutnya hingga dia terbebas dari jambakan Dharma.

Dengan langkah mundur dan wajah memerah menahan amarah, astrid pun meradang dan membentak

"Siapa yang mau kembali denganmu mas, kamu kasar dan cemburuan!.

"Aku cemburuan...Ha..Ha...Ha!"sahut Dharma sambil tertawa.

Gita yang ada di tempat tidur pun ikut tertawa melihat papanya tertawa.

"Pria mana di dunia ini yang tidak cemburu bila istri yang sangat di cintainya, menyimpan pria lain di seluruh ruang hatinya hingga tidak ada satu ruang pun tuk suaminya!!". Bentak Dharma keras sambil menangis.

Gita Sastranegara....

Putra tunggal seorang konglomerat terkaya.
Sosoknya yang berwajah tampan dan bertubuh atletis.
Mungkin pria idaman banyak wanita cantik.
Dengan senyumnya saja mampu membuat wanita terkagum-kagum dan langsung jatuh hati kepadanya.

Kini pria tersebut tampak bangkit dari sebuah tempat tidur di sebuah hotel mewah.
Dia sebentar melihat ke arah sosok wanita tanpa busana yang tidur lelap di sebelahnya.

Kemudian dia berpakaian kembali dan menaruh sejumlah uang di atas meja lalu beranjak pergi dari kamar hotel tersebut.

Keesokan harinya, dia menjalani rutinitasnya yaitu meneruskan perusahaan keluarganya.

"Pagi...Melani!".sapanya kepada seketaris pribadinya.

Sang seketaris tersebut langsung memberondong tugas-tugas yang akan di lakukan oleh bosnya yang tampan tersebut.

"Pak Huda meminta waktu anda tuk berkunjung ke rumahnya tuk membicarakan proyek lanjutan!".

"When...?".

"Saya harap secepat mungkin pak, karena ini proyek lanjutan sangat penting!".

"Now....?".

Melani tersenyum dan mengangkat tas kerjanya.

Gita dengan senyum memaksanya akhirnya bangkit dari kursi kerjanya.

Sebuah rumah besar dengan design sederhana tampak di hadapannya.
Yang membuat Gita sedikit mengkerutkan keningnya tampak ada sebuah bangunan di sebelah rumah tersebut yang berisikan banyak balita.

"Istri pak Huda itu suka dengan anak kecil, makanya pak Huda mendirikan sebuah rumah penitipan anak dengan gratis tuk orang-orang di sekitar rumah beliau!". Melani menjelaskan kepada bosnya yang tampak heran.

Seseorang kemudian menghampiri mereka.
Kemudian membawa mereka ke rumah penitipan anak tersebut.
Tampak pria tinggi besar dengan kumis tebal tampak menyambut kehadiran mereka.

"Ahhh...Pak Gita dan mbak melani, selamat datang!".Sambut pria tinggi besar tersebut sambil bersalaman dengan mereka.

"Apa kabar pak Huda?". Tanya Gita sambil menjabat tangannya.

"Baik, pak Gita. Maap saya sedikit sibuk pagi ini membantu istri tercinta yang di sibukan dengan barang keperluan anak-anak asuhnya, mari ke ruang kerja saya yang ada di belakang rumah asuh ini!".

Mereka melewati sebuah jalan di tengah rumah dan tempat penitipan anak tersebut menuju sebuah kantor kecil tepat di ujung jalan tersebut.

Matahari tampak mulai penuh menyinari bumi.
Gita kecil tampak sedikit lepas dari pengawasan orang-orang yang biasa mengawasi para balita di rumah asuh tersebut.
Dengan langkah terhuyung-huyung, dia melangkah pelan menyusuri jalan di depannya.
Sebuah tangan langsung menyambutnya takkala dia mulai menjauh dari para pengawasnya.

"Ayoo...gadis cantik ini mau kemana berjalan!"Pria tersebut langsung menggendongnya sambil memamerkan senyum manisnya.

Gita kecil tersebut langsung tertawa menatap pria tersebut.

"Widiih...jarang-jarang dia mau di gendong orang asing tanpa menangis meraung-raung pak Gita!".Kata pak Huda terheran-heran.

"Oyaa pak Huda...?

Gita tampak memeluk hangat dan mencium pipi Gita kecil.

"Siapa namanya Pak Huda ?". Tanya Gita yang masih menggendong Gita kecil.

"Gita Sastranegara!".

Gita tersontak kaget dan menatap wajah Gita kecil keheranan.

"Kog sama dengan nama saya!".

Mata Gita dan mata Gita kecil saling menatap penuh makna.



Gita tampak duduk di sebuah meja cermin di ruang tidurnya.
Nampak dia sedang memandangi sebuah foto yang di dalamnya ada dirinya beserta seorang gadis yang sedang mencium pipi kirinya.

Dengan menghela napas, dia terus memandangi foto tersebut.

"Astrid.....dimanakah dirimu kini, aku sangat merindukanmu.
Astrid....maapkan atas sikapku dulu!".
Airmata mengalir di kedua belah matanya sambil mendekap foto tersebut.

Quote:


Astrid tampak memandangi putri kesayangannya yang sedang tertidur pulas.
Kemudian dia mencium kening putrinya lalu beranjak bangun dari tempat tidurnya.

Dia membuka lemari dan mengambil sebuah kotak lalu membukanya.
Tangannya meraih sebuah foto, dimana foto tersebut tampak dia tersenyum manis.
Di sebelahnya tampak seorang cowok sedang mencium pipi kanannya.

"Gita....Aku kangen banget sama kamu.
Maapkan atas keangkuhan dan kemarahanku saat itu!".

Astrid lalu mendekap foto tersebut sambil menangis.


Astrid tampak buru-buru memarkir motor maticnya.
Dia terlambat menjemput putrinya karena mesti menyelesaikan pekerjaannya di kantor yang menumpuk.

Gita kecil tampak duduk di pangkuan istri dari pak Huda.

"Aduh....Maap Ibu, Astrid telat datang tuk jemput Gita karena lagi banyak kerjaan di kantor!".

"Nggak pa-pa Astrid, Gita ini dah ibu anggap cucu sendiri". Kata Nyonya Huda sambil menyerahkan Gita ke Astrid.

"Ayah Huda tampaknya sedang kedatangan tamu yaaa bu...?".

"Iyaa...Soal kerjaan. Nah rekan usahanya itu seorang pria muda tampan dan masih singel loh Astrid.
Kali aja ada jodoh!" Canda Nyonya Huda.

"Mana mungkin bu, dia mau dengan janda satu anak!".Kata Astrid tersenyum.

"Oya, lupa ibu. Kata bapak, kalo kamu kesini di suruh ketemu bapak.
Katanya ada perlu sedikit dengan kamu soal pekerjaan gitu!".

"Masih ada tamunya bu. Besok sore aja gimana?".

"Tadi bapak dah titip pesan ama ibu, katanya kalau Astrid datang, di suruh langsung ke kantornya!".

Astrid pun tersenyum dan mengiyakan.
Kemudian Nyonya Huda mengambil Gita darinya sembari menyuruhnya menghadap suaminya.

Setibanya di ruang belakang atau tepatnya kantor pak Huda.
Dia mengetuk pintu kantor tersebut.

"Masuk...!!". Perintah suara pak Huda dari dalam.

Astrid pun membuka pintu tersebut.

"Selamat sore ayah!".

"Sore Astrid, ayo duduk!".

Saat Astrid duduk, tubuhnya langsung gemetar, jantungnya langsung berdebar kencang melihat sosok di hadapannya.

Sebuah senyuman manis khas orang yang sangat dia cintai selama ini.

"Oooo....Jadi ini ibu dari gadis kecil cantik tersebut, pak Huda!".

"Iyaaa pak Gita. Perkenalkan ini Astrid yang saya maksud, dia akan saya jadi asisten saya dalam proyek ini!".

"Long time no see angry girl!"

"Long time no see too busy boy!".

"Lha saling kenal toh kalian..Ha..Ha..Ha!".canda pak Huda.

"Iya...Pak Huda, kami dulu satu kampus di Sidney". Kata Gita sambil tersenyum melirik Astrid.

Astrid menatap dengan pandangan juteknya.

"Nah Astrid, ayah ingin kamu kerja dengan ayah mulai minggu depan.
Jadi kamu bisa kerja dekat dengan putrimu dan ini sesuai dengan perjanjian kita bulan lalu !".

"Terimakasih Ayah, Astrid sudah mengirimkan surat pengunduran diri minggu lalu.
Perusahaan ingin dalam minggu ini semua tugas Astrid harus di selesaikan terlebih dahulu baru bisa berhenti kerja disana!".

"It's okay...semua sudah sesuai yang kita perkirakan".

"Welcome Astrid in our bisnis!". Sambut Gita sambil mengedipkan mata kanannya ke arah Astrid.

Astrid hanya menatap tajam ke arah Gita.

Astrid mulai di sibukan oleh pekerjaan barunya setelah berhenti dari kerjaan lamanya.
Hatinya kadang bahagia namun kadang sedih.
Di satu sisi, dia bahagia bisa sering melihat Gita namun di sisi lainnya, dia kini hanyalah seorang janda yang tidak pantas tuk mengharapkan seorang Gita yang masih single.

Keakraban mereka perlahan namun pasti mulai terjalin lancar.
Astrid terkadang harus mampir ke kantor Gita tuk memberikan laporan progres proyek tersebut.
Gita sendiri di mata Astrid tampak berlaku seperti tidak ada masalah dengan hubungan mereka yang dulu kandas.
Gita tetap ramah dan suka bercanda seolah-olah mereka masih berpacaran dulu.

Gita sendiri mulai akrab dengan putrinya.
Hampir tiap sore, Gita singgah hanya meluangkan waktunya tuk bermain dengan putrinya.
Gita kecil kini bak mempunyai seorang peri penolong.
Segala kebutuhan Gita kecil selalu di penuhi oleh Gita.
Segala macam boneka dan mainan lainnya kini nampak menumpuk di kamarnya.
Astrid tanpa dia sadari mulai larut dalam hubungan ini.
Merasa dia kini mempunyai keluarga yang lengkap karena kehadiran Gita di tengah dia dan putrinya.

Hujan tampak turun dengan derasnya malam.
Sebuah ketukan keras tampak menggetarkan pintu kamar astrid.
Suara Dharma terdengar keras sambil menggedor pintu kamarnya.
Gita Kecil pun terbangun dan menangis karena terkejut dengan suara keras tersebut.
Tak lama pintu itu roboh karena di dobrak Dharma.

Dharma dengan wajah memarah, langsung menghampiri Astrid dan merenggut rambutnya.

"Berani-beraninya kamu menolak pinanganku tuk kita menikah lagi!".

"Aku nggak mau kembali denganmu lagi mas!. Aku tidak cinta denganmu dan kamu sering menyakitiku secara fisik mas!!" Jerit Astrid sambil menangis.

Gita kecil melihat ibunya menangis langsung menangis meraung-raung dengan kerasnya.

"Aku terusir dari keluargaku karena menolak tuk rujuk denganmu mas!.
Lebih baik aku mati daripada harus hidup bersamamu!". Jerit Astrid sambil meronta-ronta mencoba melepaskan cengkraman mantan suaminya.

Mendengar hal tersebut, Dharma semakin emosi dan menyeret Astrid menjauh dari Gita kecil.
Kemudian dia melepaskan cengkramannya lalu menampar wajah Astrid.

"Kamu itu milikku Astrid....!!!.
Ibu dari Putriku, jadi kamu harus menjadi istriku dan percayalah ini yang terakhir bila kamu kembali menjadi istriku lagi, aku akan menurut apa kata-katamu Astrid!".

"Aku tidak mau mas !!. Biarkan aku dengan putriku hidup tanpamu lagi mas!!".pinta Astrid dengan sorot mata marah.

"Kamu milikku Astrid!!..Ingat itu!!"

Dharma yang kalap lalu mencekik leher Astrid.
Astrid terus meronta dan berteriak minta tolong.

Sebuah sergapan langsung menyerang Dharma.
Kemudian sosok tersebut berkelahi dengan Dharma dengan sengitnya.
Perlahan sosok itu mulai unggul dan terus memukul dan menendang Dharma yang mulai sempoyongan.

"Sudah Gita....cukup!!".jerit Astrid lalu berlari memeluk sosok tersebut agar tidak lagi memukul lawannya.

"Gita...please!".

Wajah Gita tampak beringas menatap sosok Dharma yang terkapar lemah.

"Kemasi barang-barangmu Astrid, malam ini kamu menginap di rumah orang tuaku saja. Biar binatang ini tidak bisa mengganggu kalian lagi!".

Astrid langsung mengemas barang yang di perlukan, sementara Gita membantunya sembari menggendong Gita kecil.
Tak lama berselang, pihak kepolisian datang.
Dharma di bawa pergi oleh mereka dan Astrid beserta putrinya pun pergi dari sana dengan mobil Gita.

Pagi itu tampak suasana di kediaman tuan Sastranegara sangat ramai di penuhi gelak tawa.
Ayah Gita tersebut tampak sibuk bermain dengan Gita kecil.
Sementara Ibu Gita sibuk menyuapin makanan ke mulut Gita Kecil yang sibuk bermain dengan ayahnya Gita.

Astrid dan Gita tampak mengobrol di beranda belakang rumah.

"Sementara kamu tinggal di sini dulu Astrid hingga semuanya mereda!".

"Terimakasih Gita, aku merasa tidak enak karena takut menjadi beban keluargamu bila terlalu lama disini!".

Gita hanya tersenyum lalu berkata "Astrid...Aku mengajakmu tinggal disini bukan tanpa maksud terselubung...He..He..He!".

"Maksudnya?".Tanya Astrid dengan sorot mata tajam ke arah Gita.

"Aku ingin merayu dirimu, menyentuh hatimu dan ingin memilikmu lagi Astrid.
Beri aku kesempatan tuk memulai hidup baru denganmu lagi!".

"Aku hanya seorang janda..Gita. Apa mungkin orang tuamu mau menerima menantu seperti diriku!".

"Ahhhhh....sangat mungkin, bahkan menjurus pasti di terima malahan". Kata Gita sambil tersenyum memandangi wajah Astrid.

Astrid hanya terperangah dan mencari sesuatu dari tatapan Gita.
Kemudian dia langsung mencubit lengan Gita dan berlari masuk.

Gita hanya tersenyum menatap punggung wanita yang sangat dia rindukan tersebut.
Tak lama Astrid muncul kembali dan berkata "Jangan bilang you know what i know Gita!".

Gita hanya mengangkat kedua bahunya, seolah-seolah tidak tau maksud dari Astrid.
Astrid menjulurkan lidahnya seolah-olah mengejek Gita.

"Jangan pura-pura dalam perahu Yank!"

Kemudian kembali masuk ke dalam rumah.

"Salah woyyy....itu kura-kura bukan pura-pura pribahasanya".jerit Gita sambil berlari menyusul Astrid ke dalam rumah.
Quote:




Spoiler for Ruang Rindu:
Diubah oleh vizum78 05-07-2022 18:39
bukhorigan
bukhorigan memberi reputasi
14
1.8K
23
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread41.4KAnggota
Tampilkan semua post
kenditzAvatar border
kenditz
#2
Meninggalkan jejak di thread fenomenal
extreme78
extreme78 memberi reputasi
5
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.