• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Pengasuh Ponpes di Subang rudapaksa Santriwati 10 Kali, Terbongkar dari Tulisan Korban

hvzalfAvatar border
TS
hvzalf 
Pengasuh Ponpes di Subang rudapaksa Santriwati 10 Kali, Terbongkar dari Tulisan Korban




Pondok pesantren merupakan sebuah wadah pendidikan yang berorientasi islami. Maka dari itu, pesantren menjadi opsi bagi sebagian masyarakat untuk menitipkan anaknya agar mendapatkan pendidikan yang lebih baik dan bernilai agamis.

Pesantren memang sudah menjadi bagian dari pendidikan masyarakat Indonesia. Karena kehadiran ponpes di negeri ini sudah ada sejak dahulu, bahkan tidak sedikit pesantren yang telah berdiri sudah lama masih tetap eksis dalam ranah dunia pendidikan islami.

Kegiatan di pesantren memang cukup padat dan telah terjadwal. Seluruh aktivitas santrinya sudah disusun secara rapi serta tertib. Hal ini bertujuan agar para peserta didik di sana menjadi pribadi yang disiplin dan bertanggung jawab. Pesantren memang memiliki nilai jual yang lebih dari lembaga pendidikan islami yang non pesantren.



Dewasa ini, pesantren di Indonesia telah menjamur. Tak hanya di kota-kota, namun sudah sampai pelosok desa baik yang secara kuantitas masih kecil atau sudah besar, keberadaan pesantren sudah merata dan mudah sekali dijumpai.

Biasanya di pesantren dipimpin oleh seorang kiai yang memiliki ilmu agama luas. Mereka juga memiliki beberapa pengasuh yang ditugaskan untuk memantau kegiatan santri, sebab tak mungkin sang kiai memperhatikan anak didiknya selama 24 jam maka dari itu ditunjuklah orang-orang kepercayaannya untuk mengawasi.

Pondok pesantren memang bertujuan untuk memperdalam ilmu agama. Namun, apa jadinya jika beberapa lembaga Islami tersebut ternyata menjadi tempat kriminalitas yang mana dilakukan oleh oknum pesantren itu sendiri. Tentu hal ini akan mengurangi minat dan kepercayaan masyarakat terhadap pesantren.



Sebuah kejadian memilukan sekaligus memalukan kembali menerpa pesantren. Setelah sebelumnya heboh berita pimpinan pesantren di Bandung yang mencabuli belasan santrinya. Kini, di Subang seorang pengasuh salah satu pondok pesantren dengan tega merudapaksa santrinya sendiri.

Seorang pengasuh pondok pesantren di Kecamatan Kalijati, Kabupaten Subang ditangkap polisi karena telah terbukti bersalah atas pemerkosaan seorang santrinya yang berusia 15 tahun.

Diketahui bahwa pelaku berinisial DAN (45) dengan tega merudapaksa santrinya sendiri sebanyak 10 kali. Perbuatan tak senonoh itu dilakukannya dalam kurun waktu satu tahun. Selain menjadi pimpinan pesantren, ternyata pelaku juga bekerja sebagai salah satu staf di Kementerian Agama (Kemenag), Subang.



Terbongkarnya perilaku jahat pelaku diketahui setelah ibu korban membaca tulisan anaknya sebanyak enam lembar yang di dalamnya terdapat permintaan maaf karena sudah tidak suci lagi sebab kehormatannya telah direnggut oleh gurunya sendiri. Adapun modusnya ialah pelaku memanfaatkan statusnya sebagai guru dengan alibi agar mendapat ridhonya.

Mendapati hal itu, orangtua korban melaporkan kejadian tersebut kepada kepolisian dan tersangka di tangkap di kediamannya tanpa perlawanan.

Kini, korban mengalami trauma akibat kejadian memilukan tersebut sehingga perlu dilakukan pendampingan dari unit Perlindungan anak dan perempuan.



Apa yang terjadi pada santriwati tersebut haruslah menjadi evaluasi bagi pendidikan khususnya dunia pesantren. Sebagai orang tua paling tidak perlu melakukan beberapa langkah ketika memutuskan anaknya masuk ke dalam pesantren, yakni :

1. Kenali pesantrennya

Sebelum memasukkan anak ke pesantren, baiknya orangtua mengenali pondok tersebut. Lakukan observasi mengenai siapa pimpinannya, kegiatan pesantren, visi dan misi dan sejarah dari pondok itu sendiri. Hal ini guna menjadi penilaian agar kita bisa meminimalisir tindakan semacam ini.

2. Lakukan kunjungan rutin

Konten Sensitif


Setelah anak masuk pesantren baiknya dilakukan kunjungan rutin paling tidak tiga bulan sekali. Hal ini agar bisa memantau perkembangan anak dan bertanya tentang perasaannya selama di pesantren serta kegiatan yang dilakukan.

3. Lakukan pendekatan kepada civitas pesantren

Hendaknya orang tua dan segenap pengasuh pesantren adanya pendekatan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan komunikasi terhadap keberadaan sang anak di pesantren tersebut. Selain itu juga agar anak benar-benar dijaga dengan baik.

4. Lakukan komunikasi intensif kepada anak saat mereka pulang dari pesantren



Saat anak libur dari pesantren, orangtua bisa melakukan komunikasi intensif kepada anaknya. Orangtua bisa bertanya soal pergaulan mereka, cara belajar, dan sikap pengasuh pesantren dalam mendidik.

5. Berdoa

Langkah kelima ini harus selalu dijalani setelah usaha yang maksimal telah dilakukan. Doa meminta agar sang anak dijauhkan dari hal-hal yang tidak baik.

Sumber :

Opini pribadi

1
ratmadi
darmawati040
GodaimeHokage
GodaimeHokage dan 27 lainnya memberi reputasi
26
14.9K
338
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.7KThread82.1KAnggota
Tampilkan semua post
eyzadotz87Avatar border
eyzadotz87
#44
Negara apa berani ngebiri? emoticon-I Love Indonesia
k3nm4st3r
hvzalf
hvzalf dan k3nm4st3r memberi reputasi
2
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.