darmawati040Avatar border
TS
darmawati040 
[True Story] Temu Pisah di Alas Lali Jiwo
Sumber Gambar


Welcome to My Thread


Hallo, Gansist, apa kabar, nih? Lama ane tidak menyuguhkan cerita di platform tercinta ini. Semoga semuanya sehat dan baik-baik saja, ya. Bay the way,kali ini ane akan berbagi kisah mistis yang dialami oleh beberapa pendaki Gunung Welirang. Bagi penduduk di tanah jawa, tentunya sudah tahu, dong, di mana letak dan ketinggian gunung tersebut.

Quote:


Sebelum masuk ke cerita, perlu ane jelaskan bahwa, kisah ini merupakan kisah nyata yang dialami orang lain. Ane hanya menulisnya karena merasa cerita tersebut cukup menarik dan seram. Mungkin gansist dimari juga ada yang tertarik membaca cerita horor. Khususnya kisah para pendaki.

Untuk waktu kejadian asli beserta nama para tokoh tidak ane cantumkan, ya, Gansist. Karena narasumber tidak mengizinkan. Tetapi, agar mudah dipahami dan ceritanya mengalir, anggaplah kejadian itu terjadi sebelum adanya COVID-19.

Sebut sajaPanca, pria asal Banyuwangi yang berdomisili di Surabawa. Suatu hari, Panca dan salah satu teman dekatnya yang ia sapa Dhika, mengadakan Open Trip ke Gunung Welirang, dan akhirnya diikuti oleh 23 orang. 10 di antaranya merupakan kenalan dari Dhika.

Panca dan Dhika menyewa bus Travel untuk menjemput rombongan yang ada di Malang. Usai dari Malang, mereka menuju Pasuruan dan menunggu rombongan yang dari Mojokerto.

Bay the way, Gunung Welirang adalah gunung yang masih satu jalur dengan Gunung Arjuno. Memiliki medan yang cukup sulit. Bahkan, ada salah satu tanjakan terkenal dan disebut Tanjakan Asu. Bagi pendaki yang sudah pernah ke Gunung Welirang, mungkin tidak asing lagi, ya. Welirang sendiri memiliki arti Belerang. Diketahui, masih ada aktivitas penambakan Belerang di gunung tersebut.

****

Rombongan telah berkumpul. Dari 23 yang ikut, hanya ada 6 perempuan. Ditambah Panca dan Dhika, rombongan menjadi 25 orang. Dikarenakan terlalu banyak, akhirnya rombongan dibagi menjadi dua. Rombongan 1 berisikan 12 orang. 9 laki-laki, 3 perempuan.

Rombongan 1 dipimpin oleh Dhika. Dari ke tiga cewek, ada satu yang merupakan kenalan Dhika. Sebut saja namanya Mira. Mira juga memiliki kenalan, bukan lagi kenalan, sih, melainkan bestie yang ia sapa Shasa.

Mira dikenal kuat, berani, punya rasa ingin tahu yang besar. Ia juga sudah sering kali mendaki. Hal itu menjadikan ia pendaki yang kerap membuat temannya tidak sanggup melanjutkan debat saat terjadi sesuatu. Mira termasuk gadis yang cekatan. Ia ingin cepat-cepat sampai ke Pos 3 (Pondokan) untuk mendirikan tenda. Sementara Shasa, kebalikan dari Mira. Ia lebih santai, senang memotret, mendokumentasikan moment perjalanannya saat mendaki. Jadi, Shasa ikut ke grup 2 yang diketuai oleh Panca. Grup 2 berisikan 13 orang. 10 laki-laki dan 3 perempuan.

Rombongan memutuskan naik jalur Tretes, Pasuruan. Dhika dan Panca jadi Sweeper untuk grup masing-masing. Barisan depan dipimpin oleh laki-laki, kemudian diikuti yang perempuan, dan yang paling akhir adalah Dhika. Begitu juga dengan grup atau rombongan 2. Barisan ditutup oleh Panca.

Mereka menuju Pasuruan dan sampai sekitar pukul 11 siang. Kemudian menuju Tretes. Sampai di sana sekitar pukul 12. Rombongan beristirahat sejenak, melakukan Simaksi (pembayaran tiket mendaki). Kemudian packing.

Rombongan 1 memutuskan untuk jalan lebih dulu. Sementara rombongan dua masih beristirahat di Basecamp. 10 menit setelah rombongan 1 berlalu, rombongan 2 akhirnya mengikuti.

Dhika dan Panca memiliki Montable (alat komunikasi atau Walkie). Sebagai ketua grup, keduanya menyiapkan alat tersebut untuk berjaga-jaga, kalau-kalau terjadi sesuatu di tengah perjalanan saat mendaki.

Menuju Pos 1 (Pet Bocor), Pendakian lumayan mudah, melewati tanjakan halus yang cukup rapi, tetapi berbatu. Semakin ke depan, miringnya meningkat.

Sumber Gambar

Untuk sampai ke Pet Bocor, rombongan 1 belok kiri setelah pertigaan. Tidak lama, mereka sampai dan bisa istirahat sejenak. Tak ingin berlama-lama di Pos 1, Dhika mengajak rombongan langsung menuju Pos 2. Namun, sebelum itu, Dhika bertanya pada yang perempuan,

"Kalian ada yang lagi dapet, nggak?"

Serentak dijawab tidak oleh dua perempuan yang sedang bersandar di bebatuan. Lantas Dhika melihat ke arah Mira.

"Tenang, Dhik, gue juga enggak, kok. Tadi pagi gue udah mandi besar," jelas Mira.

"Okay, baguslah. Kalau gitu, yuk, kita lanjut," ajak Dhika.

"Eh, tunggu. Gue ke toilet bentar." Mira berlari menuju toilet.

Beruntung di Pos 1 masih tersedia kamar kecil. Tak sampai lima menit, Mira kembali dengan wajah sedikit gugup.

"Ada apaan?" tanya Dhika heran.

Mira pun memberitahu Dhika, kalau masa mestruasinya ternyata belum benar-benar berakhir.

"Duh, gimana, dong? Gue belum pernah bawa rombongan yang sedang mestruasi sebelumnya," kata Dhika sedikit panik.

Dhika mengabarkan keadaan Mira ke Panca, Panca hanya menyuruhnya tenang, banyak-banyak berdoa dan lanjut berjalan. Rombongan 1 pun ikut arahan Panca. Mereka lanjut ke pos 2.

Dari pos 1 menuju Pos 2, jalanannya masih cor-coran semen. Semakin maju treknya berubah bebatuan, tanjakan, dan berkelok-kelok.

"Duh, capek banget!" seru salah satu pendaki perempuan yang bernama Fany.

"Naik gunung emang capek, Say!" sahut Mira dengan napas ngos-ngosan.

"Gila! Ini treknya parah, deh. Udah berkelok-kelok, nanjak, bebatuan pula!" keluhnya lagi.

"Sebenarnya kita nyenengin diri atau cari masalah, sih?" ujarnya lagi sambil tertawa.

Mira ikut cekikikan dan terus melangkah.

"Anggap saja melewati trek berkelok ini bagian dari nyenengin diri, Guys!" sahut Dhika diiringi tawa Mira dan yang lain.

Sumber Gambar

****

Setelah lama berjalan, rombongan 1 akhirnya sampai di Pos 2. Pemandangan di Pos 2 sangat bagus. Areanya luas dan cocok untuk ngecamp tipis-tipis. Di sana juga terdapat warung kecil. Jadi, bisa jajan sebelum lanjut mendaki. Usai istirahat sebentar, Dhika mengabari Panca, bahwa mereka akan langsung menuju Pos 3 (Pondokan).


"Ya Tuhan, ini treknya kenapa harus bebatuan gini, sih?" Fany kembali mengeluh.

"Duh, gue ajah yang sering naik gunung, baru kali ini, deh, nemu trek kayak gini," timpal Mira.

"Ini dia, Guys, yang disebut-sebut Tanjakkan Asu," ujar Dhika.

"Oh, pantesan, Mas!" Serentak ketiga gadis yang ada di depan Dhika bernada keras.

"Apa kabar bestie gue di bawah, gue nggak yakin dia kuat ngabadiin moment." Mira teringat akan Shasa.

"Kalau gue, nih, ya, boro-boro buat ngabadiin momen, buat bernapas ajah rasanya nggak bertenaga," ungkap gadis yang ada di depan Fany.

"Tapi masih bisa ngomong, ya, Say," lontar Mira membuat semua rekan tertawa.

Sumber Gambar

Mira memang seperti itu orangnya. Bisa cairkan suasana. Tidak peduli sedang berjalan dengan siapa. Padahal, Fany dan satu gadis di depannya baru ia kenal hari itu.

Setelah lama melewati trek membosankan, rombongan 1 kini memasuki Alas Lali Jiwo.

Waktu kini menunjukan pukul 05:35. Sudah sangat sore. Rombongan 1 memutuskan untuk beristirahat sambil menunggu rombongan 2. Mereka akhirnya bisa berfoto-foto dengan tenang.

"Mas Dhik, Shasa, sama yang lain, kok, belum nyampe-nyempe juga, sih? Apa mereka ngecamp di pos 2?" celetuk Mira tiba-tiba.

"Nggak tahu, nih. Coba gue tanya dulu," kata Dhika dan mengambil Walkie.

"Tes ... tes ..., Bro, udah di mana?"

Tidak ada jawaban, Walkie Dhika hanya mengeluarkan suara aneh. Seperti tidak berfungsi. Dhika kembali mencobanya beberapa kali,

"Tes ... tes ... Halo, Bro!"

Hanya terdengar suara nyaring nan melengking keluar dari Walkie. Bikin telinga sakit.

"Kenapa, Mas?" tanya Mira mulai panik.

"Nggak tahu, nih. Banyak-banyak berdoa, Guys. Kita sedang di Alas Lali Jiwo. Jangan ada yang melamun," Ujar Dhika serius.

"Eh, kalian nyadar, nggak, sih, ternyata ini hari jumat, loh." Salah satu pendaki pria yang juga kenalan Dhika dan Mira, bersuara.

Mereka pun saling bertatap-tatapan. Antara kaget dan takut.

"Biasa ajah, dong, Fan. Hari jumat, mah, sama ajah kali sama hari biasa," sahut Dhika menenangkan.

Fandy terdiam, begitu juga yang lain.

"Yuk, lanjut jalan! Tapi pelan-pelan ajah, sambil nungguin grup 2," ujar pria yang dari awal berada di baris depan.

Semua beranjak dari duduknya. Namun, tiba-tiba ...,

"Tuu-tunggu ... iiiin!"

Samar-samar terdengar suara perempuan dari balik Walkie Dhika.

"Hei, Ca! Di mana lu? Tes ... tes ...," tanya Dhika lagi.

Beberapa saat kemudian Walkie Dhika berbunyi.

"Di Pos 2, bentar, kaki Shasa keseleo."

Mira tampak kaget. Ia mendekat ke Dhika.

"Tenang aja, Mir. Shasa bakal baik-baik ajah," hibur Dhika.

"Duluan ajah, Dhik. Cari space tenda di pos 3. Gue nyusul, Insya Allah nyampe, kok." Walkie Dhika kembali berbunyi.

Hening, Mira membungkuk di bawah pohon besar bersama Carriernya.

"Mas, gue tungguin Shasa ajah, ya, di sini?" celetuk Mira.

"Loh, jangan, dong, Mir. Masa iya kita lanjut ke pos 3 dan ninggalin lu sendirian di sini? Shasa juga, kan, temen gue Mir." tolak Dhika.

Namun, Mira masih ngotot mau menunggu Shasa.

"Mir, jangan rese, deh! Lu kebiasaan, ya. Sana lu nyusul Shasa di bawah kalau mau. Ini tuh hutan Mir, di jawa. Bukan kayak tempat lu di kota." Kali ini Fandy bersuara.

"Emang kenapa, Bang? Salah? Lu kalau mau naik, ya naik ajah sana!" balas Mira.

Mira dan Shasa berasal dari Jakarta, namun mereka kerja di Surabaya bersama dengan Dhika, Panca juga Fandy. Jadi, mereka sudah sangat akrab satu sama lain.

"Udah, udah! Kalian kok malah ribut, sih? Lu jangan egois gitu, dong, Mira. Kita nggak mungkin ninggalin lu di sini. Lu juga Fan, nggak usah kasar." Dhika menengahi.

Namun Mira masih saja ngotot. Ia mau tetap menunggu Shasa. Akhirnya Dhika kembali duduk sambil nyebat rokok.

Tak terasa waktu menunjukkn pukul 06:15, hari mulai gelap. Tiba-tiba saja muncul 4 pendaki dengan keadaan wajah pucat serta carrier yang sobek-sobek. Dua laki-laki, dan dua perempuan.

Bersambung ....


Tunggu lanjutannya. Jangan lupa rate, cendol, dan share. Terima kasih sudah mampir.

emoticon-terimakasihemoticon-terimakasihemoticon-terimakasih

Penulis: @darmawati040
djibrani
bungamempesona
mincli69
mincli69 dan 27 lainnya memberi reputasi
28
7.7K
104
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread41.5KAnggota
Tampilkan semua post
darmawati040Avatar border
TS
darmawati040 
#38
Part 4
Suasana hening. Dua orang basecamp itu masih tidak percaya akan pernyataan Dhika. Sebut saja namanya Pak Tio dan Syam. Setelah berusaha tenang, keduanya mengajak Dhika dan Panca untuk ikut mereka.

"Kalian, coba lihat ini," ujar pak Tio sambil menunjukkan sebuah buku yang mulai ia buka.

"Hah? Serius, Pak? Hanya ada kami yang naik?"

Pak Tio mengangguk.

"Terus, yang nemuin Mira, siapa, Ca?" Dhika menatap ke arah Panca.

"Ranger, katanya Mira tertidur di bawah pohon Alas Lali Jiwo."

Dhika mengingat kembali kejadian kemarin. Mira memang duduk di bawah pohon besar saat ia meninggalkannya bersama empat pendaki misterius itu.

"Lain kali hati-hati, ya. Beruntung selamat. Dan juga, di pos 3 memang ramai di hari-hari tertentu. Tapi ya itu, yang ramaiin bukan manusia," papar pak Tio lagi.

"Duh, saya jadi merinding, Pak. Pantes ajah pas malem saya dengar di luar tenda suasananya ramai. Pas pagi malah sepi," ujar Dhika.

"Oh ya, Pak. Tentang enam pendaki yang ditemui teman-temanku, apa dulu ada orang hilang?" Panca yang penasaran memberanikan diri untuk bertanya.

"Sudah lama, sih, Mas. Sudah lama banget insiden itu. Bertahun-tahun lalu. Ada rombongan terakhir yang jumlahnya enam orang, tetapi, dua orang balik, dan yang empatnya nyasar entah ke mana," Jelas pak Tio.

"Terus, Pak? Nggak ditemukan sampai sekarang?" tanya Dhika yang juga tak kalah penasaran.

"Ya, begitulah. Sudah dicari-cari tapi tetap tak ditemukan."

Dhika dan Panca lantas saling tatap lagi. Keduanya tetap merinding meski di siang hari.

Setelah lama beristirahat, dua rombongan itu pun memutuskan kembali ke Surabaya.


Sampai di Surabaya, Mira di antar ke ustad oleh Dhika dan Shasa, berharap Mira bisa pulih. Dua hari setelah balik dari Welirang, Mira belum juga sadar. Ia masih linglung dengan pandangan kosong. Selama dua hari berobat, belum tampak perubahan apa-apa. Namun, di hari ke tiga, Mira membuat Dhika dan Shasa terkejut.

Saat itu, mereka baru saja akan pulang dari rumah Pak Ustad. Tiba-tiba ...,

"Loh, kok aku di sini? Kita udah pulang, ya, dari Welirang?" tanya Mira sambil memandang Shasa dan Dhika secara bergantian.

Ia juga melihat sekeliling, memastikan bahwa ia benar-benar sudah turun gunung.

"Kita pulang dari tiga hari yang lalu, Mir. Gila lu, ya!" umpat Dhika.

"Lu yang gila! Orang gue diajak duluan sama empat pendaki itu ke puncak Welirang. Gue lewat lapangan tahu?!" jelas Mira ngotot.

Ia bahkan menjelaskan banyak hal, seperti pemandangan dan keramaian di puncak Welirang. Banyak orang yang ia temui di sana.

Sumber Gambar

Padahal, kenyataannya dua rombongan itu tidak jadi ke puncak Welirang.

"Wah, emang dah gila lu, Mir! Lu itu ngilang tahu?! Bikin panik semua orang!" seru Dhika lagi.

"Dhik, nggak usah marah-marah gitu, kali," ujar Shasa.

"Gue serius, Sha. Lu nggak percaya sama gue? Gue dari Pondokan terus ke lapangan dan naik bareng empat pendaki itu." Mira masih ngotot memberi penjelasan.

"Iya, iya. Gue perca--."

"Terus, kenapa lu nggak bareng kami? Padahal kami udah di pondokan. Lu itu teringgal di Alas Lali Jiwo, Miraa!" Dhika tak mau kalah berdebat.

"Sudah, sudah ..., Mbak Miranya dianter sama penghuni sana sampai ke puncak. Diajak jalan-jalan sama mereka," ujar pak Ustad tenang.

"Nah, sekarang Mbak Miranya baru kembali. Jadi wajar dia heran, kok, tiba-tiba sudah di rumah," kata ustadnya lagi.

"Mereka itu manusi--"

"Gila lu, Mir. Bisa-bisanya lu disukai makhluk halus. Udah ngotot, bikin ribet, cerewet lagi!" canda Dhika tanpa menunggu Mira menyelesaikan ucapannya.

Mira lantas diam. Antara percaya dan tidak yang baru saja ia dengar.

Dhika dan Shasa pun pamit ke pemilik rumah. Kemudian Shasa menggandeng lengan Mira, takut kalau-kalau bestienya itu masih dalam keadaan linglung.

"Sha, yang gue dengar barusan, itu cuma karangan kalian, kan?" tanya Mira usai membelakangi rumah ustad.

"Ya kali, ustadnya juga ikut ngarang, Mir?" Shasa terkekeh.

Ia lega melihat Mira yang sudah pulih. Sudah bisa cerewet dan berdebat lagi dengan Dhika.


End ...

Terima kasih buat gansist yang setia hadir di kolom komentar. Terima kasih sudah membaca juga. Nantikan cerita horor lainnya dari ane. See you, Gansist emoticon-terimakasihemoticon-Big Kiss
Diubah oleh darmawati040 27-05-2022 06:12
doelviev
miftah9898
mincli69
mincli69 dan 14 lainnya memberi reputasi
15
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.