Dengan banyaknya persyaratan tersebut, kita jadi mengetahui betapa sulitnya mengurus pernikahan atau harus bolak-balik hanya untuk memenuhi persyaratan pernikahan itu sendiri. Apalagi jika masuk dalam taraf ekonomi biasa saja dan mencari nafkah, serta memiliki pasangan yang berdomisili di kota berbeda dengan kita. Pastinya akan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit alias cukup menguras kantong hanya untuk kepengurusan kelengkapan administrasinya saja.

Kenapa saya tergerak menulis artikel ini? Alasan tepatnya karena kemarin saya datang di acara yang menggugah hati saya. Ada fakta yang membuka mata hati saya, bahwa terkadang penyatuan dua insan agar tercatat di agama dan negara itu ternyata butuh proses dan biaya yang cukup lumayan banyak. 



Beruntung kemarin saya menyaksikan pernikahan massal yang diadakan oleh Yayasan Pondok Kasih di Gereja MDC. Dimulai dengan menikahkan 40 pasangan, acara ini sebenarnya sudah sering di adakan oleh Yayasan Pondok Kasih sejak tahun 2001. Bahkan jika ditotal, sudah lebih dari 10.000 pasangan yang disatukan oleh Yayasan Pondok Kasih dari berbagai agama.

Yayasan Pondok Kasih adalah yayasan yang dibuat oleh Mama Hana sejak tahun 199. Yayasan ini berfokus untuk membantu masyakarat kurang mampu dan kurang beruntung dari berbagai lokasi. Sudah banyak penghargaan kemanusiaan yang di dapat oleh Mama Hana dan Yayasan Pondok Kasih, salah satunya adalah Satya Lencana Khusus untuk Pelayanan Bencana Tsunami Aceh (2005) dan Penghargaan Dharma Karya Kencana melalui BKKBN (2006).