• Beranda
  • ...
  • Games
  • Ini buruknya Kondisi Mikro-Transaksi dan Pay To Win di Industri Game Saat Ini

bangjessieAvatar border
TS
bangjessie
Ini buruknya Kondisi Mikro-Transaksi dan Pay To Win di Industri Game Saat Ini


Karna Bulan Puasa tuh enaknya Main Game, ane iseng - iseng nyari game di Android. Hampir semua game yang ane temuin isinya Mikro-Transaksi, bahkan game - game premiumnya juga sama isinya Mikro-Transaksi. Beberapa item dibandrol cukup mahal, dari 199 Ribu sampai ada yang Jutaan. 

Semakin kesini ane semakin khawatir dengan MT yang udah kelewat batas, ada game Single Player yang maksa pemainya Untuk Online hanya untuk mencegah Para pemainya Melakukan Cheat. Kalau game Online sih wajar, ada yang ngecheat gameplay jadi gak Kompetitif lagi. Tapi game single-player harusnya bisa dimainkan kapan aja, termasuk saat lagi gak ada internet. Lagian kalau kita nge-cheat juga gak bakalan ada yang keganggu. Contoh kasus terbaru yang mirip itu GT7, Polyphony secara misterius memaksa playernya Untuk Online, mau di Mode single-player ataupun Multi-player. Polyphony juga mencatat setiap perubahan data, jika ada perubahan data yang tidak masuk akal akan diperiksa Lebih lanjut. Kesanya kayak game Kompetitif seperti PUBG atau CSGO, padahal ini game Single-player. Jawabanya kenapa Cheat dilarang di GT7 itu karena sistem Mikro-Transaksi yang mereka implementasikan dari GT Sport. Kalau Cheating diperbolehkan seperti Dulu, otomatis gak bakalan ada yang beli tuh Mikro-Transaksi.


Anti-Cheat untuk Gameplay VS Uang




Beberapa game emang di design untuk dimainkan tanpa cheat, seperti Resident Evil yang melarang pemainya untuk melakukan cheating dengan Valve Anti Cheat, yup meski gak guna seperti Meme diatas tapi setidaknya si Capcom memikirkan Gameplay dari si pemain, mereka ingin Game tersebut dimainkan dengan Benar, mereka ingin pemainya mendapatkan Pengalaman terbaik. Dan itu masuk akal, bayangin aja main Resident Evil dengan Unlimited HP, ya gak rame, disitulah peran Developer memaksimalkan Pengalaman kita bermain.

Berbeda dengan Game Timeline seperti Resident Evil, Grand Turismo itu Simulasi Karir. Gak ada yang namanya Spoiler, kita mau mainin gameplay pertama kita Tanpa Cheat, lalu game kedua pake cheat gak bakalan ada masalah. Grand Turismo itu simulasi karir yang seratus persen sama kaya game - game Sport lainya. Kita hanya dibekali elemen Prosperity (Kekayaan) dan Progress (Proses Level), gak ada yang namanya Cerita A dan B. Yap, mungkin si Polyphony punya tujuan yang sama seperti si Capcom yang pingin gamenya dimainkan dengan benar, Cuma ALASAN. Satu - satunya alasan Mereka melarang penggunaan Cheat itu biar sistem Mikro-Transaksi mereka gak Mati. Masalah anti - cheat saya maklum, karena cheating itu merusak game. Tapi Convenient? itu kelewat batas. Mereka mengorbankan Kenyamanan pemainya dengan memaksa 24 jam harus Online untuk bisa memainkan Game yang sudah kita beli mahal - mahal. Alasanya apaan? balik lagi Biar kita gak bisa nge-cheat.


Mikro-Transaksi Yang Mengorbankan Kenyamanan



Mengesampinkan masalah harus online 24 jam sehari, 4 minggu dalam sebulan dan 365 hari dalam setahun. Rasanya gak mungkin Mikro-Transaksi itu bisa bikin Kualitas gaming kita jadi makin ancur, SALAH. Mikro-Transaksi di industri game itu jadi tulang punggung perusahaan Mania.  Makin lama developer itu makin maksa buat kita beli Item A dan B yang mereka jual. Caranya? mereka menciptakan ketidak seimbangan antara pemain yang membeli dan tidak. Sama cerita dengan Meme diatas.


Ketidak seimbangan tersebut sering kita definisikan dengan Pay To Win. Tapi bukan berarti Mikro-Transaksi itu harus Merusak game, bikin game jadi tidak seimbang dan uang jadi menghilang, nonono. Harusnya developer lain itu mencotoh game - game yang bisa mendapatkan pendapatan tanpa menciptakan ketidak seimbangan. Contohnya seperti PUBG, mereka bisa masuk salah satu Game dengan pendapatan terbanyak tanpa merusak gameplay dari gamenya sendiri. PUBG itu gak pay to win, Mereka cuma jualan kosmetik yang sama sekali gak berpengaruh pada gameplay.  Atau contohlah si CSGO, ini game punya mekanisme Skill to Credit, jadi gak ada lagi tuh Beli Cash biar dapet senjata A atau B seperti di Point Blank.

Buruk - buruk lagi sistem gatcha, udah harus bayar ratusan ribu untuk bisa dapet crate eh si crate tersebut isinya Hal - hal gak jelas. Otomatis kita yang bego beli lagi crate tersebut sampai dompet dan balance di bank Minus. Ujung - ujung tuh item yang didapetin berjuta - juta kemana? kita udah bosan atau gamenya udah sepi ya terbuang sia - sia. Siapa yang kaya? Perusahaan game tersebut! Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin tuh kesalah kita sendiri, bukanya dipake modal malah habis ngegatcha. 


Kasus Kelewat batas Terkait Mikro-Transaksi 

Semenjak Mikro-transaksi merajalela di Industri game yang kita cintai ini, ada beberapa laporan kasus Anak kecil yang Menghabiskan Puluhan juta Rupiah Uang orang tuanya. Jadi giniloh, sekarang transaksi online itu kan makin mudah, beli buku sampai tiket pesawat aja cuma butuh 2 sampai 3 menit. Anak - anak kan gak ngerti kalau 20 juta itu gede atau bahkan mereka belum bisa baca, mereka cuma ngikutin Guide yang dikasih aplikasi tersebut untuk bayar Pesanan. Paling susah mungkin cuma disuruh masukin Pin, ah Ponakan saya yang baru 4 tahun aja udah bisa nginget Pola dan Pin smartphone ane. Jadi bayangin, mereka bisa ngabisin Ribuan dollar cuma dari klik A dan klib B. Makanya kasus - kasus konyol dibawah ini bisa terjadi.

16 Desember 2020, Gamerant merilish artikel berjudul[url=<font] [color=#101010][size=5][font=Khand][b]6 Year Old Spends $16,000 on Microtransactions Using Mom's Credit Card[/b][/font][/size][/color][/url]. Kronologinya sebenernya simpel. Pada 9 July 2022, Jesica Jhonson ibu dari anak terkait sadar kalau ada yang salah dari penagihan kartu kredit mereka. Awalnya dia gak mikir kalau anaknya baru aja ngabisin puluhan juta dari Video game, dia mikirnya ada bau - bau penipuan. Dari yang awalnya hanya 2.500 USD, tagihan tersebut melonjak ke angka 16.293 USD.  Setelah berkonsultasi dengan Costumer service dari Apple, ibu dari anak berumur 6 tahun tersebut sadar, jika anaknyalah yang menghabiskan Puluhan juta dari Video game. Menurut laporan The New York Times, Jhonson mengatakan jika Apple tidak bersimpati terkait masalah yang ia alami. Perusahaan tersebut tidak melakukan apa - apa meskipun saat mereka mengatakan tidak mampu membayar tahigan tersebut. Untuk kronologi lengkapnya silahkan baca di gamerant, hiks.

Penyebab Mikro-transaksi merajalela
Gak ada penyebab yang bisa kita hindari, mikro-transaksi lahir dari perkembangan internet dan sistem keuangan yang semakin membaik. Industri game mungkin kedengaran sebagai hal sepele, padahal Industri perfilman itu punya gap yang terbilang tipis dengan industri video game. Mulai dari budget pembuatan sampai pendapatan, industri perfilman dan game sama - sama kuat. Melansir boxofficemojo.com Rekor pendapatan dari satu judul film dipegang oleh Avatar yang ada di angka 2.8 Milyar USD sementara itu pendapatan dari Game paling populer di Android Candy Crush Saga mencapai 7.1 Milyar USD disitu bisa dilihat kalau industri game itu bisa lebih menguntungkan, datang dari mana uang tersebut? Mikro-Transaksi!

Developer seperti Bethesda mendapatkan pendapatan dari penjualan game yang mana semakin lama semakin menipis karena perkembangan Piracy di industri game. Mereka melihat peluang dari game - game simpel seperti candy crush saga yang bisa mendapatkan pendapatan yang sama besarnya dengan judul triple A. Maka dari itu dirilishlah game Fallout 76 yang kental dengan Mikro Transaksi. Atau kasus yang lebih buruk bisa dilihat dari Korporasi besar seperti Konami. Mereka mengambil keputusan besar untuk menghentikan Judul legendaris Metal Gear solid dan PES. Kenapa? karena Uangnya sedikit dan budget pembuatanya besar. Gak ada yang namanya Mikro-Transaksi di MGS Original, makanya merka kategorikan sebagai Game yang tidak menguntungkan. Kenapa PES gak dilanjutkan? karena mereka sadar kalau MyClub lebih menguntungkan daripada Master League. Makanya mereka buat game yang free to play, dimana mereka bisa mendapatkan lebih banyak pemain plus Sistem mikro-transaksi yang lebih optimal, yang mereka sebut ePES.


Apa yang bisa Kita lakukan sebagai gamer?
Jadi pahlawan? Demo disana - sini? Huh emangnya Politik. Ini Permainan pasar, satu - satunya cara biar Industri game balik ke jaman dulu ya jangan mainin game Pay To Win, yang mana mustahil. Kalau pasarnya sepi ya otomatis Perusahaan gak bakal ngeliat itu sebagai peluang, balik lagi lah mereka ke Judul triple A sama seperti yang dilakukan Bethesda. Bethesda tergiur pundi - pundi dari mikro-transaksi, mereka bikin game yang kentel banget sama mikro-transaksi yang ternyata gak semenguntungkan yang mereka bayangkan, apa yang terjadi? mereka balik lagi ke triple A dengan judul baru mereka Starfield yang saya harap gak ada bau - bau mikro-transaksi seperti GT7.  Satu - satunya cara yang bisa kita lakuin ya jangan download game bajakan, Beli game asli itu sama aja kaya mendukung Developer dari game tersebut. Kecuali kalau kamu punya kekuatan Druig dari Eternals yang bisa mengendalikan Pikiran. Rubah pikiran Bos - bos studio game dari cari uang untuk jadi bikin Karya seni!


Sumber :


The Life time Grosses - Movies


Seberapa Buruk Mikro Transaksi Di Dunia Game Saat Ini dan Apa Penyebabnya?


6 Year Old Spends $16,000 on Microtransactions Using Mom's Credit Card


To All Our Players - Kazunori Yamauchi
prabas
mamduh1985
gagadlee
gagadlee dan 21 lainnya memberi reputasi
22
6.6K
86
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Games
Games
icon
38.9KThread15.4KAnggota
Tampilkan semua post
YaksJamesAvatar border
YaksJames
#21
Gw better Pay to Play kayak jaman Nexia The Kingdom of The Winds
0
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.