Yunie87Avatar border
TS
Yunie87
Anak Sambung

Tidak pernah terbayangkan sebelumnya aku akan punya anak sambung, walau dulu pernah sih bercita-cita punya banyak anak asuh. Namun, Allah mentakdirkanku menikah dengan duda beranak dua. 


Beruntungnya aku mereka--Fadil dan Adel, anak-anak periang. Mereka cepat sekali akrab denganku. "Ibuk lagi apa?" sapa Adel untuk pertama kalinya. Ya, justru dia yang pertama kali menyapaku. "Nggak ada. Panggil ibu aja, ya, Sayang! Tanpa k," jawabku sambil tersenyum. 


Makin hari kami pun semakin akrab. Terlihat mereka memang sangat merindukan kasih sayang seorang ibu. Bunda mereka meninggal tiga tahun yang lalu, ketika Fadil berumur empat tahun dan Adel tiga tahun. Ayah dan keluarga ayahnya lah yang mengurus mereka selama tiga tahun belakangan ini. 


Adel biasanya akan dibawa ke tempat kerja sama ayahnya, sedangkan Fadil dibawa tante--adik ayahnya ke tempat dia mengajar. Nenek dan kakeknya sibuk berjualan dari pagi hingga sore. Jadi mereka memang terbiasa pada malam hari saja menghuni di rumah.


"Istri ayah ada dua 'kan, Yah? Satu udah meninggal, satu lagi ibu." Mendengar ucapan Fadil, ayahnya hanya terdiam. Ada-ada saja memang anak kelas satu SD ini.


Lain lagi dengan si kecil Adel, "Suami ibu, Abang Indra 'kan, Bu?" Mukaku berubah manyun. "Ondeh, anak oy, apalah yang ditanyakan ni?" Dia hanya ngakak.


"Ibu ini luculah." Adel senyum-senyum menatapku. Si rambut kriwil ini memang sering sekali menggoda dan mengerjai aku. Mulai main drama pura-pura nangis, cari perhatian ketika aku megang HP atau berbicara dengan orang lain. Bahkan ketika aku lagi duduk santai, dia dengan santainya menjatuhkan pinggulnya di pahaku. Sungguh terasa sekali bagi orang yang minim daging sepertiku.


"Ibu nggak bisa marah?" tanya Adel penasaran. "Bisa." Aku pun membesarkan bola mata.

"Marah gitu, aja?" Dia tertawa. "Haha, ibu ini benar-benar lucu."


"Jadi, ibu harus gimana?" Aku pun pura-pura nangis. Adel pun semakin terbahak-bahak. "Ibu palebe." 


Ketika kami memulai hidup di lingkungan baru, orang tidak akan menyangka jika Adel dan Fadil bukan anak kandungku. Perlakuan mereka, pun sebaliknya aku pada mereka, jauh sangat berbeda dengan yang terjadi di sinetron pada umumnya. 


Fadil yang hanya dua kali sekali seminggu tinggal denganku, juga sangat manja. "Abang mau juga disuapin, Bu?" Padahal dia baru saja selesai makan. Dia iri ketika aku menyuapi adiknya. Namun, aku bahagia mendengarnya.


anak sambung (2)

Anak Sambung (3)

Anak Sambung (4)

Anak Sambung (5)

Anak Sambung 6





Diubah oleh Yunie87 20-02-2022 04:34
jiyanq
bukhorigan
sargopip
sargopip dan 12 lainnya memberi reputasi
13
2.3K
48
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.6KAnggota
Tampilkan semua post
Yunie87Avatar border
TS
Yunie87
#15
Anak Sambung (5)

"Abang, belum bisa melupakan bunda anak-anak, Yun." Pengakuannya membuatku kecewa. Kenapa setelah menikah selama tiga bulan baru mengakuinya? Padahal sebelum menikah aku sudah berkali-kali menanyakan hal tersebut. Selalu dia jawab, "Udah move on, kok."

"Jadi, sebenarnya tujuan abang menikah apa?" tanyaku pada suatu malam, setelah dia menceritakan impiannya--yang tidak ada aku di sana. Hanya anak-anak. "Lho, kok, nanya seperti itu, Yun? Tujuan abang ya, nyari ibu untuk anak-anak," jawabnya sambil mengerutkan kening.

"Ya, Allah, bang. Kenapa nggak cari baby sitter aja, sih? Pantesan Yun belum ngerasa jadi istri abang. Hanya jadi ibu anak-anak aja. Kalau itu tujuan abang, selamat abang tujuan abang tercapai." Rasa kecewa yang sangat mendalam kembali menyelimutiku. Kenapa dia jahat sekali?

Jika tahu dari awal tujuannya menikah seperti itu, tidak sudi aku menerima lamarannya. Sungguh dzholim sekali dia melibatkan aku dalam kehidupannya. Pantas saja hubungan kami bagai orang lain.

Perlakuannya dingin sekali padaku, jangankan diperlukan sebagai pendamping hidup, jadi temanpun tidak. Apa yang kuperbuat seringkali salah saja di matanya.

Benar kata orang, "Jika sudah cinta, sebesar apapun perbuatan pasanganmu, akan selalu dimaklumi. Namun, sebaliknya. Jika tidak ada rasa, kesalahan sekecil apapun, pasti akan terlihat besar."

jiyanq
Rainbow555
Rainbow555 dan jiyanq memberi reputasi
2
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.