deni.kaAvatar border
TS
deni.ka
Sejarah yang Terlupakan: Noda Merah di Kota Magetan
Ada sejarah bangsa Indonesia yang terlupakan, sejarah tersebut bisa dibilang kelam. Dan sejujurnya sejarah tersebut masih "abu-abu" sampai saat ini, apalagi sejarah tersebut berhubungan dengan partai berlogo "Palu Arit", atau yang dikenal sebagai "Partai Komunis Indonesia." Selama 12 tahun menuntut ilmu di sekolah, kita dicekoki kisah kelam tentang pembrontakan PKI tahun 1965. Insiden ini dalam sejarah Indonesia dikenal sebagai G30S (Gerakan 30 September), ada juga yang menyebutnya sebagai "Gestapu" (Gerakan September Tigapuluh).

G30S adalah kejadian yang paling banyak diingat sebagian masyarakat Indonesia, karena kejadian ini merenggut nyawa para jenderal TNI AD waktu itu. Motor dari G30S waktu itu adalah Letkol Untung, salah satu komandan Cakrabirawa, yang merupakan pasukan khusus pengaman presiden Soekarno.

Jauh sebelum insiden G30S tahun 1965, mundur jauh ke 17 tahun sebelumnya, pada tahun 1948 PKI sudah mulai melakukan aksi pembrontakan di Madiun, Jawa Timur. Peristiwa ini turut merenggut nyawa gubernur Suryo, gubernur pertama Jawa Timur. Pembrontakan PKI di Madiun sendiri dimotori oleh Musso, murid dari Tjokroaminoto sekaligus rekan satu kos Soekarno sewaktu menuntut ilmu di Surabaya.

Mundur jauh lagi, sekitar 22 tahun sebelum aksi di Madiun, PKI tercatat melancarkan aksi pembrontakan pertama pada tahun 1926. Setahun sebelum aksi pembrontakan dilaksanakan, pada 25 Desember 1925, PKI melakukan rapat besar yang mengundang seluruh cabang PKI di Indonesia. Hasil rapat itu memutuskan bahwa, akan ada aksi pembrontakan terhadap pemerintah kolonial Hindia Belanda di seluruh penjuru kota Indonesia.

Pemberontakan PKI berawal di Jakarta dan Tangerang pada tanggal 12 November 1926, kemudian meluas sampai Bandung, Pekalongan hingga Kediri. Pada tahuh 1927 pembrontakan meluas sampai pulau Sumatera, pusat pembrontakan tersebut berpusat di Sawah Lunto, Sumatera Barat. PKI menyerang polisi Belanda dan memutus sambungan telepon guna menyulitkan jaringan komunikasi. Tapi pembrontakam tahun 1926-1927 gagal total. Beberapa anggota berhasil dipenjarakan, dieksekusi, serta diasingkan ke daerah lain.

Praktis PKI tidak melakukan gerakan apa pun setelah kegagalan pembrontakan tahun 1926/1927. Dan 22 tahun kemudian, tepat 3 tahun setelah kemerdekaan republik ini, PKI kembali merencanakan pembrontakan. Kali ini pusat pembrontakan berada di Jawa Timur, tepatnya di kota Madiun. Selain Madiun, kota Magetan yang jadi tetangganya juga menjadi tempat aksi pembrontakan itu.

Jejak pembrontakan PKI di Madiun dan Magetan ini seolah terlupakan dari catatan sejarah Indonesia, dan sebagai orang yang lahir dan dibesarkan di Magetan, saya tertarik untuk menelusuri jejak sejarah tersebut. Hari Sabtu, 22 Januari 2022 saya pergi ke desa Soco, kecamatan Bendo di kabupaten Magetan. Di sini terdapat sebuah monumen peringatan tentang aksi PKI di kota kelahiran saya. Dan pada kesempatan kali ini izinkan saya berbagi sedikit cerita yang saya dapatkan dari penelusuran saya kali ini kepada agan dan sista. Semoga bisa menambah wawasan baru untuk kita semua.


Quote:



Sebenarnya gan sist saya tidak begitu tertarik akan sejarah Indonesia di masa lalu, karena saya pikir selama 12 tahun bersekolah, buku pelajaran tidak menceritakan secara keseluruhan sejarah tersebut. Hal itu saya sadari ketika masuk sekolah menengah atas, beberapa buku hanya menceritakan srdikit saja sejarah.

Meski pada awalnya tidak tertarik pada sejarah, kini pemikiran saya telah berubah. Apalagi di era digital ini, semakin mudah mencari informasi terkait sejarah Indonesia di masa lalu dari berbagai sumber. Dan isu terkait PKI yang selalu jadi bahan gorengan setiap tahunnya membuat saya gerah, dan ingin mencari tahu seperti apa partai tersebut di masa lalu.

Saya tidak menyangka jika kota kelahiran saya juga menjadi tempat bersejarah terjadinya perang saudara yang kelam. Dan bicara soal aksi pembrontakan PKI di Magetan, maka desa Soco yang terletak di Kecamatan Bendo adalah tempat untuk napak tilas sejarah kelam tersebut.

Kecamatan Bendo di kabupaten Magetan merupakan wilayah dataran rendah, di wilayah ini sampai sekarang masih banyak ditanami tebu. Pada zaman Belanda di wilayah Magetan, Ngawi, Madiun dan Ponorogo banyak pabrik gula. Gula-gula dari Ponorogo, Ngawi dan Magetan tersebut diangkut menggunakan kereta ke Stasiun Kanigoro yang ada di Madiun. Dari stasiun ini gula lalu akan dikirim menuju Surabaya.

Dan para buruh pabrik gula di Magetan tersebut adalah orang-orang yang direkrut menjadi simpatisan Partai Merah, bisa dibilang basis dukungan dari partai tersebut berasal dari para buruh pabrik. Sementara itu para alim ulama (kyai/ustaz), polisi, tentara dan pejabat daerah waktu itu adalah golongan yang menentang PKI.


Quote:



Kepulangan Musso ke Indonesia pada Agustus tahun 1948 dari Soviet adalah awal dimulainya rencana pembrontakan PKI di Madiun, pada saat itu Musso berencana mengganti Pancasila dengan ideologi komunis. Pada waktu itu Musso mendapat dukungan dari Amir Sjarifuddin, yang kebetulan sudah tidak lagi menjabat sebagai Perdana Menteri setalah ditanda tanganinya perjanjian Renville yang merugikan Indonesia.

Setelah tidak lagi menjadi Perdana Menteri, Amir membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang kemudian bekerja sama dengan organisasi berpaham kiri seperti Partai Komunis Indonesia. Amir Sjarifuddin dan Musso bercita-cita menyebarkan ajaran komunisme di Indonesia. Kekecewaan terhadap Perdana Menteri selanjutnya yakni Kabinet Hatta akibat programnya untuk mengembalikan 100.000 tentara menjadi rakyat biasa dengan alasan penghematan biaya, juga menjadi faktor penyebab pembrontakan PKI waktu itu.

Di Magetan sendiri, PKI berusaha menyebarkan paham komunis sekaligus menjabarkan rencananya untuk mendirikan negara Republik Soviet Indonesia kepada para alim ulama di pondok pesantren di daerah Takeran. Musso sendiri mendeklarasikan berdirinya Repiblik Soviet Indonesia pada 18 September 1948 di Madiun. Untuk mewujudkan ambisinya, PKI sadar bahwa dengan dukungan para buruh saja tidak akan cukup. Mereka juga mencoba mencari dukungan dari kelompok pemuka agama serta pejabat setempat, karena mereka adalah kelompok yang punya hubungan dekat dengan masyarakat.

Jadi, jika PKI berhasil mendapat dukungan para ulama serta para pejabat, maka mereka bisa menanamkan ideologinya semakin luas. Tetapi para ulama di Takeran waktu itu menolak usulan PKI, sementara itu para pejabat daerah pun juga satu suara dengan para ulama. Mereka tetap berpegang teguh pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.


Menyingkirkan Mereka yang Tak Sepaham dengan Kekerasan


Karena mendapat penolakan, maka PKI pun berusaha menyingkirkan mereka yang menghalangi jalannya. Orang-orang yang tidak sepaham dengan PKI lalu diculik dan dikumpulkan di "loji", rumah dinas Belanda yang ada di kawasan pabrik gula. Menurut informasi yang saya dapatkan dari beberapa orang di sekitar Bendo dan Goranggareng, ketika pagi sampai sore, aktivitas menggiling gula berjalan normal seperti biasanya.

Akan tetapi ketika malam hari, para tawanan yang diculik oleh PKI kemudian diinterogasi lalu disiksa. Namun, tidak semua tawanan di siksa di loji tersebut. Tawanan-tawanan itu berasal dari berbagai golongan, mulai pejabat sampai alim ulama. Aksi PKI di Magetan tersebut berbarengan dengan aksi pembrontakan PKI di Madiun, aksi tersebut dilakukan pada bulan September 1948, tepatnya di desa Kresek. Para sejarawan menyebut aksi tersebut sebagai "Madiun Affair."

Di Magetan sendiri, para tawanan yang menolak rencana PKI bakal dilenyapkan untuk selama-lamanya. Maka pada malam hari para tawanan mulai diangkut menggunakan gerbong kereta api. Satu gerbong bisa berisi 30 sampai 40 orang. Gerbong yang digunakan mengangkut para tawanan tersebut adalah gerbong yang biasanya mengangkut gula menuju Stasiun Kanigoro di Madiun. Para tawanan diikat tangannya dan kepalanya ditutup menggunakan kain.


Quote:



Menjelang magrib, warga desa Soco berbondong-bondong mengungsi dari desanya. Mereka pergi ke rumah kerabat di desa lain, karena para warga sudah mendengar kabar akan eksekusi tawanan tersebut. Warga memilih pergi karena takut jika dirinya atau pun keluarganya ikut menjadi korban juga.

Di dalam gerbong yang sempit dan pengap serta hanya berlantai kayu, puluhan tawanan diangkut dari pabrik gula di daerah Goranggareng. Tujuannya adalah desa Soco, wilayah ini dipilih karena dulu jauh dari keramaian serta ada beberapa sumur yang tersebar di sekitar rel tersebut. Selain itu wilayah Soco juga dekat dengan jalur provinsi serta rel kereta, meskipun terpencil, sebenarnya kawasan tersebut starategis.
`
Setelah tiba di Soco, para tawanan dikeluarkan dari gerbong, mereka lalu di arak mendekati kawasan sumur. Menurut kabar yang beredar, tempat eksekusi para tawanan tersebut berada di lapangan yang ada di sebelah timur monumen Soco. Para tawanan dieksekusi dengan cara yang tidak manusiawi, yakni dengan digorok (ditebas) lehernya memakai senjata tajam. Setelah itu para korban dimasukkan ke dalam sumur.

Total ada 8 sumur di kawasan Soco, yang digunakan untuk membuang para tawanan tersebut. Tapi sumur yang paling banyak dijadikan tempat pembuangan berada di kawasan yang saat ini dijadikan monumen. Dengan total korban mencapai 108 orang.


Quote:



Para Korban Baru Ditemukan Dua Tahun Kemudian


Para korban PKI di Magetan baru ditemukan dua tahun setelah kejadian, pasalnya pada Desember 1948 Indonesia sedang menghadapi agresi militer Belanda II yang terjadi pada 19 Desember 1948. Setelah situasi mulai kondusif, akhirnya pencarian para korban pun dilanjutkan. Dan akhirnya di daerah Soco para korban PKI ditemukan, namun kondisi jenazahnya sudah berupa kerangka. Hanya 67 orang yang berhasil diidentifikasi, sementara lebih dari 40 orang lainnya tidak teridentifikasi.

Selain menemukan para korban, sebuah gerbong yang menjadi saksi bisu kekejaman PKI juga ditemukan. Sementara beberapa gerbong lainnya sudah dihancurkan oleh PKI. Salah satu gerbong yang tersisa kini masih bisa kita jumpai di desa Soco.

Madiun Affair berhasil diredam oleh pasukan TNI dari Divisi Siliwangi, pada tanggal 30 September 1948 kota Madiun berhasil direbut dari PKI. Berlanjut pada Oktober 1948, giliran Blora dan Pati yang berhasil direbut oleh Divisi Siliwangi.

Musso sendiri tewas dalam baku tembak dengan pasukan TNI di sekitar wilayah Ponorogo, sementara itu Amir Sjarifuddin dan 10 orang tokoh PKI lainnya dieksekusi oleh regu tembak di desa Ngalian, di kota Solo. Eksekusi dilakukan pada pagi hari tanggal 19 Desember 1948, beberapa jam sebelum Belanda melancarkan agresi militer yang kedua kalinya.


Quote:



Sedikit informasi tentang monumen Soco, monumen ini lokasinya tidak jauh dari Lanud Iswahyudi serta juga tidak jauh dari jalan raya Maospati-Solo, yang merupakan jalur provinsi penghubung Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kira-kira sekitar 20 sampai 30 menit untuk menuju monumen yang saya maksud dari jalur nasional tersebut.

Untuk lokasi desa Soco ini memang agak sedikit terpencil, jauh dari keramaian kota. Hal itu membuat saya bisa membayangkan bagaimana keadaan desa ini di masa lalu. Meski sebenarnya sudah mulai banyak rumah warga dibangun di sekitar monumen, tapi ciri khas pedesaan yang aman dan tentram masih bisa saya rasakan.

Untuk masuk area monumen ini tidak dipungut biaya alias gratis, saat masuk ada bangunan berupa pendopo bernama "Loka Pitra Dharma"menyambut kita. Di sebelah utara pendopo ada gerbong yang diberi nama "Kertapati." Inilah gerbong yang dipakai mengangkut para tawnanan PKI, gerbongnya masih orisinil. Hanya dilakukan pengecatan ulang pada bagian yang terbuat dari besi.


Quote:



Di sebelah utara gerbong Kertapati adalah sumur tempat dibuangnya para tawanan PKI, bekas sumur itu kini sudah dibangun sebuah monumen dengan patung burung garuda berada di puncak monumen. Hal itu memberi pesan jelas bahwa Pancasila adalah ideologi bangsa kita sampai akhir dunia.

Di monumen ini juga terdapat nama para korban yang dihabisi oleh PKI, hanya 67 orang yang berhasil diidenrifikasi. Sementara di sebelah utara monumen juga ada semacam pendopo lagi, tapi bentuknya lebih sederhana. Sementara do sebelah timur ada lapangan yang cukup luas, setiap hari kesaktian Pancasila selalu dilakukan upacara di monumen Soco ini. Monumen Soco ini sendiri diresmikan pada 15 Oktober 1989.


Quote:



Dan begitulah sedikit kisah sejarah yang bisa saya sampaikan pada kesempatan kali ini, dan sampai saat ini masih ada banyak hal yang belum saya ketahui tentang sejarah bangsa saya sendiri. Tapi satu hal yang saya cermati, bahwa Indonesia pernah bermandikan darah dalam sebuah perang saudara.

Pembrontakan PKI 1948 dan PKI 1965 adalah wajah kelam bangsa kita di masa lalu, meski sudah berlalu, kita tidak boleh melupakan hal tersebut. Perang saudara hanya akan menimbulkan dendam dan tumpahnya darah dari saudara kita. Semoga perang saudara tersebut tidak kembali terulang.

Sampai saat ini masih banyak informasi yang belum saya ketahui, tapi garis besar dari pembrontakan PKI di Madiun dan sekitarnya kurang lebih seperti yang saya sampaikan di atas. Jika ada kekurangan, silakan agan dan sista menambahkan di bawah. Dan jika suatu hari kalian mampir ke Magetan atau Madiun, entah untuk urusan kerja atau lamaran. Silakan sempatkan untuk mampir ke monumen ini, sampai jumpa emoticon-Hai


JAS MERAH



Spoiler for Sekilas video saat saya berkunjung ke monumen Soco:



Referensi Tulisan: warga sekitar monumen Soco, ditambah referensi dari Historiadan Tirto
Gambar dan video milik pribadi, kalau mau reupload izin dulu ya sama saya emoticon-Big Grin
Diubah oleh deni.ka 30-01-2022 02:24
kronggahan
EriksaRizkiM
yoseful
yoseful dan 30 lainnya memberi reputasi
31
6.8K
64
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
Sejarah & Xenology
icon
6.5KThread10.3KAnggota
Tampilkan semua post
SiegeAvatar border
Siege
#2
Oh sekelumit cerita PKI madiun.... kalo dari teritorinya memang masuk akal.... tapi hal ini jd kebalikannya.... saat simpatisan/terduga simpatisan PKI nantinya juga digorok.... n dilempar ke bengawan solo....
deni.ka
sposolo
bukan.bomat
bukan.bomat dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.