riandyogaAvatar border
TS
riandyoga
Mengapa Turki Sekarang Tidak Bisa Sebesar Ottoman dan Bizantium?
Hai GanSis! Setelah kemarin saya sudah buat thread berjudul Mengapa Ottoman Menyerang Konstantinopel? Kini saya jadi kepo dengan wilayah tersebut di masa Sekarang. Apa kabarnya Turki sekarang?

Quote:


Turki, sebuah negara yang belakangan banyak dibicarakan karena ada keluarga artis pulang dari Turki, beberapa terjangkit Omicron setibanya di Tanah Air. Hadeeh, Omicron bikin OmyGod!

Oke itu hanya intermezzo saja. Selain itu Turki memang tengah jadi perhatian dunia, sebab krisis ekonomi yang melanda negara tersebut. Sebab Pandemi sebagian besar negara di dunia memang mengalami krisis moneter. Namun kondisi lebih rumit tampaknya dialami Turki. Dari informasi yang saya baca (cek sumbernya dibawah) mata uang Lira mengalami pelemahan yang cukup besar dan terjadi inflasi besar. Kondisi ini disebut-sebut karena kebijakan pemerintahan Erdogan yang enggan menaikkan suku bunga. Sementara kehadiran mata uang asing dan kripto mulai digunakan (tidak resmi) karena mata uang lokal dinilai kehilangan nilainya. Kondisi demikian tentu tidak diharapkan, karena merusak sistem keuangan. Ya kita doakan agar kondisinya semakin membaik.

Saya, sebagai netizen biasa yang awam ini menjadi tergelitik setelah tahu kondisi demikian. Mengingat wilayah Turki di masa lalu pernah berdiri Kekaisaran yang  sangat disegani di masanya. Ya kita tahulah bagaimana hebatnya Ottoman dan Bizantium dahulu.

Layaknya bertanya mengapa Indonesia tidak bisa kaya raya dari jual rempah-rempah?sementara VOC dulu bisa.

Kini pertanyaannya juga mirip-mirip, mengapa Turki tidak bisa sekuat, sebesar, sejaya, makmur dan sejahtera seperti halnya penguasa terdahulu di wilayah tersebut, yakni Bizantium dan Ottoman.

Setelah ditelusuri di Google, terus terang saya belum temukan artikel yang secara khusus membahas ini. Jadi mohon maaf jika isi thread ini tidak begitu valid.

Agaknya saya menemukan jawabannya dari mempelajari sebab keruntuhan Kesultanan Turki Usmani. Secara garis besar, kemunduran Turki Usmani ini kalau boleh saya nilai ini mirip dengan apa yang menimpa Nokia. Bahwa keduanya kalah meski tidak melakukan kesalahan fatal.

Contoh, Nokia bertahun-tahun menguasai pasar ponsel dunia. Mereka melakukannya dengan baik dan tanpa kesalahan berarti. Tapi pesaingnya melakukannya dengan lebih baik, cepat dan mengikuti zaman.

Begitupun Turki Usmani, bahkan selama berabad-abad mereka berkuasa. pada 3 Maret 1924 mengalami keruntuhan. Kesultanan yang berdiri kurang lebih 625 tahun lalu itu dibubarkan lewat Majelis Nasional Agung dalam sidangnya sejak Februari 1924. Majelis memutuskan menghapus jabatan khalifah dan mempersilakan khalifah terakhir, Abdul Majid II meninggalkan Turki.

Bisa dibilang mereka melakukan itu (berkuasa) dengan baik. Bahkan sebenarnya mereka masih bisa eksis sampai sekarang, andai Ottoman tidak kalah di Perang Dunia I. Atau lebih tepatnya mereka tidak salah memihak di PD I.

Kesultanan Ottoman memang telah berkuasa selama beberapa abad dan melewati berbagai zaman. Namun mereka dinilai tidak mengikuti perkembangan zaman. Sementara Eropa berkembang pesat dengan perkembangan industrinya.

Ottoman kala itu dinilai masih terlalu agraris, tidak mengembangkan industri, pendidikan yang tertinggal dan perkembangan pesat negara pesaing yang melemahkan mereka.

Revolusi industri sudah dimulai sekitar tahun 1700-1800 di Eropa. Sementara Turki Usmani saat itu masih kekurangan pabrik untuk mengimbangi Inggris, Prancis dan Rusia. Sehingga tiba waktu berperang Kesultanan belum siap. Industri Kesultanan belum siap untuk memproduksi senjata, meriam, besi dan baja guna membangun rel kereta api untuk mendukung perang. Ditambah mereka yang berperang dipihak Jerman, dinilai keputusan yang keliru.

Disamping itu, kondisi masyarakat kala itu berperan melemahkan Kesultanan dari dalam. Daerah kekuasaan yang luas dari Timur Tengah, Afrika Utara, hingga Eropa Timur membuat kondisi masyarakat yang sangat heterogen. Kenyataannya mereka tidak terlalu bersatu. Diperparah dengan tingkat pendidikan penduduk yang rendah.

Jadi bila ditanya mengapa Turki sekarang tidak bisa semakin Ottoman dan Bizantium? Menurut saya sama dengan bertanya mengapa Indonesia bisa tidak semashur pada era Hindia Belanda atau Majapahit sekalipun? Jawabnya Karena zaman yang telah berubah.

Beda zaman, beda juga sistem pengolahannya. Zaman berubah, berubah juga cara sukses dan menjadi kaya raya. Turki Usmani di zamannya memang sangat disegani. Armada perang yang tangguh pada masanya, hasil pertanian yang baik, dan menguasai jalur perdagangan internasional. Namun ketika dunia berubah, hal yang demikian tidak lagi cukup untuk membuat Kesultanan terus eksis.

Dulu, butuh berapa hektar lahan sawah atau kebun untuk menghasilkan uang miliaran? Coba bayangin, di tahun 2022 kini seorang pemuda yang sudah menghasilkan milyaran Rupiah dari hasil jual foto selfie dirinya dalam bentuk NFT. Ialah Gozali Everyday.

Quote:


Maksudnya bukan berarti kita meninggalkan tradisi, seperti meninggalkan sawah atau memunggungi laut. Hanya saja disini cara mengolah potensi yang berbeda. Harus banyak inovasi dan kreatifitas.

Zaman memang telah berubah. Yang telat beradaptasi maka Ia akan tertinggal. Dunia terus berputar, kadang diatas, kadang dibawah.

Tidak hanya membandingkan Turki dengan Ottoman dan Bizantium. Juga Indonesia dengan kolonial dan kerajaan terdahulu. Status negara adidaya juga berganti sesuai masa, Spanyol pernah menyandang status itu, lalu Amerika Serikat (mantan jajahan Spanyol) dan apakah China selanjutnya? Kita lihat nanti.

Dari sini jika boleh saya berkesimpulan. Bahwa wilayah strategis, luas wilayah kekuasaan dan sumber daya melimpah, bukanlah jaminan untuk menjadikan sebuah negara maju dan kuat.Setidaknya itu yang berlaku dimasa sekarang. Disinilah bedanya dengan di masa lalu.

Sehingga salah jika kita masih berpikir seharusnya Turki bisa seperti Ottoman dan Bizantium, karena mereka punya sejarah yang kuat, wilayah strategis dan sumber daya yang mendukung lainnya. Tapi mengapa sekarang mereka krisis ekonomi? Padahal para pendahulu mereka merupakan penguasa yang disegani dunia.

Tanyakan juga pada diri kita sendiri (bangsa Indonesia), mengapa kita tidak sekuat dan sehebat para nenek moyang kita yang terkenal tangguh di lautan dan daratan? Why?

Rianda Prayoga
Salam dari Binjai, 17 Januari 2022


Spoiler for sumber & referensi:
Diubah oleh riandyoga 18-01-2022 01:46
kirran
amdfreak
hayley.quinn
hayley.quinn dan 29 lainnya memberi reputasi
24
8K
106
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
Sejarah & Xenology
icon
6.5KThread10.3KAnggota
Tampilkan semua post
riandyogaAvatar border
TS
riandyoga
#4
@sammycengwaduh asumsinya terlalu jauh. Itu bukan karena ketidaksukaan. Maksudnya itu agar penyampaian informasi lebih gampang. Kebetulan sejarah Indonesia dan Turki memiliki kemiripan dalam hal ini sama² pernah berbentuk kerajaan yg kuat.

Ada juga diatas yg menyinggung budaya Tionghoa soal generasi ketiga yg konon bikin bisnis hancur. https://www.kaskus.co.id/show_post/6...b7ff31d62bfd50

Tidak ada maksud ketidaksukaan pada Indonesia. Bahwa kemunduran di generasi turunan itu permasalahan banyak negara, kelompok, etnis hingga keluarga.
Diubah oleh riandyoga 22-01-2022 23:24
0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.