Bagi penggemar olahraga Bulutangkis, Tenis meja, atau Voli dan lainnya, pukulan tanggung adalah blunder. Dimana, lawan mempunyai banyak opsi untuk memukul sehingga 80% poin untuk mereka.

Inilah sedikit gambaran dari karya Choi Hang-Yong. Pada dasarnya mereka memberikan harapan dan sentuhan yang menarik dengan menghadirkan cerita luar angkasa. Tetapi, eksekusinya terasa tanggung.

Jadi, penonton bisa melakukan apa saja seperti berhenti menonton atau menghujatnya di media sosial, hal itu membuat mereka sulit berkutik. Walaupun jumlah penontonnya cukup tinggi di Netflix namun tetap menjadi nomor satu, sayangnya belum bisa bersaing dengan squid game atau Hellbound.

Poin yang sangat disayangkan adalah ceritanya kurang menyentuh. Beberapa adegan sisi drama memang dihadirkan tetapi, tidak sekuat di squid game. Emosi yang terbangun, rasa simpati terhadap satu karakter benar-benar terasa. Disini seperti angin berlalu saja.

Kondisi tersebut senakin parah karena, terus diulang. Ibarat kata, ciri khas drama korea yang penuh air mata dan menguras hati dihilangkan. Mencoba menggunakan trik baru tetapi, masih belum sempurna.

Jika boleh menyarankan, sebenarnya poin yang kurang dari film ini adalah eksplorasi. Bagaimana melakukan riset kecil terlebih dulu, mengenai sisi dramatis baru coba di buat, ada beberapa momen yang seharusnya bisa mengambil simpati penonton tetapi ujung-ujungnya hambar begitu saja.

Bukan ceritanya yang kurang bagus, melainkan koneksi antara sebab A menghubungkan akibat B kurang berjalan dengan baik. Inilah yang mematahkan hati penonton, sehingga mereka hanya bertahan setidaknya di episode 3 atau 4.

Sejujurnya mulai episode 5, 6, dan 7, cerita dan seluruh tampilannya sudah mulai menyenangkan dengan hadirnya plot twist. Tetapi, sekali lagi pada episode finale semua rasa ingin tahu itu runtuh karena, kurangnya unsur dramatis.

Peran Gong Yoo yang biasanya memukau dengan berbagai aksinya, disini tampak kurang greget. Sikapnya yang dingin dan penuh misteri hingga keputusan mutlaknya dalam memimpin tidak diberikan ruang lebih dalam.

Ada satu adegan dimana tokoh tersebut tetap berpegang teguh pada keputusannya, tetapi di adegan lain berubah tanpa ada penghubung dan alasan yang menunjukkan kualitas dari series ini. Hal itu juga terjadi pada Bae Doona.

Motivasinya untuk mengikuti misi kurang di eksplor lebih lanjut. Pada dasarnya, dia pantas mendapatkannya, karena keseluruhan kisah di film ini menceritakan tentang dirinya. Rasa emosi, kesal, dan ingin tahu, seakan hanya diceritakan sepenggal tanpa membekas sama sekali.

Mungkin saja, Sang Sutradara takut bila penonton bingung, lantaran dirinya menggunakan teknik alur maju mundur. Sehingga, dua karakter utama tersebut seperti diberi ruang yang sangat sedikit untuk diceritakan.

Begitu juga dengan villain utama yang secara eksplorasi cerita kurang diberikan pendalaman. Seharusnya, ada sedikit konfrontasi, tetapi semua itu berjalan di tempat tanpa ada jalan naik atau turun.

Walau banyak meragukan dan memberikan penilaian buruk, The Silen Sea masih tetap drama korea yang bisa dinikmati. Mulai dari pengungkapan kasus, teknologi yang dibuat, hingga penggunaan CGI yang mampu memberikannya nilai 7.

Pada akhir cerita berjalan sedikit mengambang, mungkin akan menghadirkan season ke dua untuk menjawab secara gamblang siapa Villain utama yang menjadi otak dari kejadian di Pangkalan Balhae. Sudah siap menonton Series Netflix The Silent Sea ini, bagaimana menurutmu? Sependapat dengan saya atau punya teori lain?