si.matamalaikatAvatar border
TS
si.matamalaikat
Rapor Pesawat Eropa Tahun 2021: Rafale Laris, Typhoon dan Gripen Cuma Bisa Meringis
Tahun 2022 baru saja dimulai, di segmen industri militer khususnya pesawat tempur, ada beberapa berita yang memarik untuk dibahas. Pada kesempatan kali ini TS akan membuat semacam rapor tentang performa pesawat tempur buatan Eropa, dan pada thread kali ini akan memasukkan 3 pesawat tempur yang sama-sama punya konfigurasi sayap delta dan canard.

Rapor versi TS ini menggunakan beberapa data berdasarkan kesepakatan penjualan yang berhasil diraih, operasional, serta pengiriman pesawat. Tentu ini adalah opini dari TS, mungkin akan berbeda dari opini dan pandangan agan. Tapi setidaknya, dalam beberapa poin, agan pasti akan setuju dengan opini TS kali ini. Lagsung saja kita mulai dari Rafale emoticon-Cendol (S)


Quote:


Inilah pesawat tempur yang lagi naik daun saat ini gan, pesawat tempur buatan Prancis ini benar-benar berhasil menjadi "super star" sepanjang tahun 2021. Kegemilangan Rafale bahkan dimulai sejak awal tahun 2021, di mana pada bulan Januari, Yunani sepakat untuk membeli 18 unit Rafale dengan nilai kontrak US$ 3 miliar. Pesanan itu terdiri dari 12 unit F-3R bekas pakai Angkatan Udara Perancis dan 6 unit F-3R versi terbaru yang akan diproduksi Dassault Aviation. Unit pesawat Rafale pertama diterima oleh Angkatan Udara Yunani pada 21 Juli 2021, sementara pada September 2021, Yunani kembali menambah pesanan 6 Rafale (entah bekas atau baru).

Pada 11 Februari 2021 giliran Indonesia, negara kita kedatangan perwakilan Dassault Aviation dalam rangka membahas kesepakatan ofset terkait pengadaan Rafale. Kedatangan perwakilan Dassault tersebut sebagai tindak lanjut atas Lettern of Intens (LoI) yang disepakati oleh Pak Prabowo dan Ibu Flowrence Parly pada Agustus 2020. Sampai saat ini Indonesia masih dalam proses negosiasi.

Lanjut pada 23 April 2021 giliran India, negara ini mengumumkan terbentuknya skadron pertama Rafale, setelah mereka menerima empat unit jet Rafale terakhir dari total 18 unit pesawat tempur untuk komposisi satu skadron. Prancis kini sedang menuntaskan pengiriman gelombang kedua yang terdiri dari 18 jet tempur ke India, di mana Negeri Anak Benua telah sepakat memesan 36 Rafale pada September tahun 2016 dengan nilai kontrakmUS$ 9,5 miliar.

Bulan November 2021 giliran Kroasia yang mengorder selusin Rafale bekas dengan nilai kontrak mencapai 1 miliar euro. Kesepakatan ini pun semakin melambungkan nama Rafale, tetapi puncak kegemilangan Rafale datang ketika UAE memesan 80 unit Rafale pada awal Desember 2021. Kontrak itu bernilai sekitar €17 miliar (Rp 270 trilun), menjadikannya kontrak penjualan senjata terbesar yang diraih oleh Prancis sejauh ini.

Bisa dibilang Rafale adalah pesawat tempur Eropa terbaik 2021, dan sepanjang tahun 2021 tidak ada berita negatif terkait Rafale dari negara yang sudah mengoperasikannya. Dibanding Typhoon dan Gripen, Rafale punya nasib yang baik sepanjang tahun 2021 baik dari segi penjualan, pengiriman sampai operasional.


Quote:


Di peringkat kedua ada Eurofighter Typhoon, pesawat tempur yang dibuat oleh Jerman, Spanyol, Inggris dan Italia ini tidak mencetak hal yang fantastis sepanjang tahun 2021. Typhoon sama sekali tidak mencetak kontrak penjualan sama sekali. Ada kabar jika pada bulan November 2021, jika Yunani tertarik membeli 30 Typhoon bekas Inggris, namun kabar itu masih belum pasti. Meski Inggris mengabarkan pensiunnya Typhoon pada Septmber 2021, pesawat-pesawat yang masuk kategori Tranche 1 ini resminya bakal pensiun tahun 2025.

Meski tidak mencetak kontrak penjualan, tapi jet tempur buatan konsorsium Eropa ini telah melakukan penyerahan pesawat pertama kepada Kuwait. Penyerahan pesawat itu dilakukan pada hari Selasa (07/12/2021), serah terima berlangsung di fasilitas Caselle Grup Leonardo di dekat Turin. Sementara dua jet lagi akan dikirim seminggu setelahnya. Typhoon pertama untuk Kuwait adalah pesawat dua kursi, yang menyelesaikan penerbangan perdananya dari Caselle pada 15 Oktober 2021. Typhoon tersebut merupakan standar terbaru yang disebut sebagai multirole Tranche 3 (P3Eb) dari Typhoon, dilengkapi dengan radar Captor-E AESA dan upgrade lainnya. Pemerintah Kuwait menandatangani kontrak akuisisi senilai US$ 8,7 miliar dengan Finmeccanica (sekarang disebut sebagai Leonardo) pada April 2016.

Bisa dibilang inilah salah satu pengiriman jet Typhoon dari konsorsium Eropa sepanjang tahun 2021. Sementara itu pada bulan Desember 2021, Typhoon juga mencatat sejarah penting yaitu dengan menembak drone musuh untuk pertama kalinya. Typhoon milik Angkatan Udara Inggris menembak jatuh sebuah drone musuh di atas Suriah pada 14 Desember 2021, insiden tersebut merupakan keterlibatan serangan udara-ke-udara pertama yang dikonfirmasi untuk jenis pesawat ini dalam layanan Inggris.

Setidaknya dengan kejadian tersebut bisa meningkatkan sedikit popularitas Typhoon, selain itu jet tempur ini juga tidak mendapat isu atau kabar negatif sepanjang tahun 2021. Faktor penghalang penjualan Typhoon adalah harga yang sedikit lebih mahal dari Rafale, serta proses akuisisi yang sulit, karena jet tempur ini merupakan pesawat buatan anggota NATO. Hanya negara berduit yang tetarik mengakuisisi Typhoon, seperti Arab Saudi, Oman dan Qatar.


Quote:


Dan daftar terakhir adalah Gripen, sepanjang tahun 2021 memang tidak banyak kontrak penjualan yang dihasilkan jet tempur buatan Swedia ini. Pukulan telak datang kepada Swedia pada Desember 2021, ketika tetangga dekat mereka, yakni Finlandia memutuskaan untuk membeli 64 unit F-35. Padahal sebelumnya Swedia telah menawarkan 64 pesawat Gripen E, dua GlobalEye, paket senjata, dan program partisipasi industri yang akan memastikan keamanan pasokan untuk Finlandia dari waktu ke waktu.

Bulan Desember menjadi bulan kelam bagi Swedia, setelah Finlandia tidak tertarik membeli Gripen, masalah operasional mendera armada Gripen milik Afrika Selatan (Afsel). Negara itu dikabarkan sudah tidak menerbangkan Gripen C/D sejak bulan Oktober 2021, karena kontrak dukungan yang tidak diperbarui tepat waktu. Afsel mengatakan jika Gripen di grounded sampai akhir Januari 2022.

Afsel dikenal sebagai satu-satunya negara di benua Afrika yang mengoperasikan Gripen, berdasarkan kontrak pengadaan tahun 1999, Afrika Selatan memesan 26 unit Gripen C/D. Di mana setengah dari armada Gripen telah dikanibal suku cadangnya untuk digunakan pesawat yang lain. Meski hal ini bukan merupakan kesalahan Saab sebagai pihak manufaktur, akan tetapi kabar tersebut sedikit mencoreng wajah Gripen. Grounded yang dilakukan Afsel pada armada Gripen-nya menjadi kabar kurang baik bagi Swedia menjelang akhir tahun 2021.

Sementara pada bulan Desember juga, Kepala Staf Angkatan Udara Thailand Marsekal Napadej Dhupatemiya juga mengatakan jika harga F-35 lebih murah dari Gripen E varian terbaru, dan mereka siap membuat proposal dan rencana untuk membeli F-35. Hal itu mengindikasikan jika Saab akan kehilangan pasar pesawat potensial, mengingat Thailand merupakan pengguna 12 unit Gripen.

Terlepas dari kabar tidak enak yang diterima Swedia, pada tahun 2021 negara itu telah mengirimkan 3 pesawat Gripen E pesanan Brazil. Dua Gripen E dikirimkan dari Swedia ke Brazil menggunakan kapal laut pada November 2021, di mana satu bulan sebelumnya satu unit Gripen E juga telah dikirimkan melalui kapal laut.

Brazil sendiri total membeli 36 Gripen E/F pada 2015 yang terdiri dari 28 Gripen E dan 8 Gripen F, yang disertai transfer teknologi ke Brazil. Di mana 13 unit akan diproduksi di Linköping, Swedia dan 23 sisanya akan dibanngun di fasilitas produksi di Brazil. Sesuai kontrak, pengiriman 36 Gripen E/F akan dilaksanakan Saab hingga 2024. Sebelumnya, pesawat pertama Gripen E telah dikirimkan Saab pada September 2020. Sementara itu juga ada kabar ketertarikan pada Gripen pada September 2021 dari Filipina, tapi belum jelas apakah mereka akan membeli pesawat tersebut atau tidak kelak.


Kesimpulan:


1. Rafale masih menjadi produk pesawat tempur terlaris Eropa saat ini, dengan persyratan yang tidak berbelit-belit untuk proses akuisisinya.
2. Typhoon sulit menemukan pelanggan baru, seolah tidak ada keseriusan dari masing-masing anggota konsorsium untuk menawarkan pesawat ini kepada negara lain.
3. Gripen bisa beralih ke pasar Amerika Selatan untuk menawarkan produknya, sementara pasar Asia dan Eropa kemungkinan akan dikuasai oleh Rafale. Gripen juga masih punya peluang di kedua benua itu, selama mereka mau terus berinovasi meningkatkan fitur pada avionik pesawatnya untuk melawan dominasi Rafale.


-------



Nah, demikian sedikit opini dan pandangan TS seputar pesawat tempur Eropa pada tahun 2021. Dan pesawat terbaik dari Eropa sepanjang tahun 2021 kemarin jatuh kepada Rafale. Terima kasih sudah membaca thread ini, sampai jumpa emoticon-Cendol (S)


Referensi Tulisan: Airspace Review, TheDrive.com& Defence Web
Sumber Foto: sudah tertera di atas
bukan.bomat
gabener.edan
jlamp
jlamp dan 8 lainnya memberi reputasi
9
3.7K
25
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Militer dan Kepolisian
Militer dan Kepolisian
icon
2.2KThread2.1KAnggota
Tampilkan semua post
nowbitoolAvatar border
nowbitool
#5
Kok bisa gripen lebih mahal dari f-35?

Bukannya f-35 pespur termahal saat ini yah?
bukan.bomat
yoseful
jlamp
jlamp dan 6 lainnya memberi reputasi
7
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.