MartincorpAvatar border
TS
Martincorp
PACARKU HIDUP KEMBALI

Permisi Gan/Sis pembaca setia cerita cinta Hayati dan Asnawi, dalam trit baru ini ane mau cerita lanjutan petualangan Hayati setelah berpisah sama Asnawi.
Spoiler for Sinopsis:


KARAKTER


Spoiler for Karakter Utama:

Spoiler for Mahluk Gaib dan Bangsa Siluman:

Spoiler for Karakter Pendukung:



Quote:


Soundtrack cerita biar kayak film-film ANIME....emoticon-Embarrassmentemoticon-Embarrassment

Spoiler for Opening Song:


 
BAGIAN 1
ALAM BAKA
part 1



Malam itu setelah petarungan besar antara Bendoro dan Hayati, keadaan tampak sangat memilukan. Asnawi dan Hayati saling berpelukan dalam waktu lama, tubuh Hayati yang masih mengeluarkan darah tidak menjadi batu sandungan buat dirinya untuk memeluk Hayati.

Hayati menangis tersedu sedu dalam pelukan Asnawi. akhirnya setelah sekian lama, dia bisa bersatu dengan Asnawi tanpa harus mengalami berbagai gangguan. Bendoro yang selama ini muncul di kehidupannya, telah lenyap begitu saja. Memang Bendoro mempunyai tujuan yang baik demi membela kamu arwah penasaran yang diperbudak oleh bangsa siluman bangsawan, namun dia telah merenggut kebahagiaan Hayati dengan memaksanya untuk ikut berjuang. Bagi diri Hayati, Asnawi berperan sebagai pahlawan besar dalam kahidupannya sebagai arwah penasaran. Dimulai dengan pertemuan pertamanya yang sangat menyeramkan sampai mereka menjadi satu seperti sekarang ini. Banyak lika liku kehidupan cinta diantara mereka berdua ditengah jurang perbedaan yang menganga.

Hayati merasa sangat bahagia kala itu, hatinya merasa sangat tenang dan jiwanya berbunga bunga. Tubuhnya mulai menghangat seperti manusia hidup. Detak jantungnya mulai terasa dan aliran darahnya mulai menggelora. Tiba tiba seberkas cahaya berwana keemasan muncul dari langit dan menerpa tubuh Hayati yang masih beperlukan dengan Asnawi. Hayati langsung kaget dengan cahaya itu dan melapaskan pelukannya dengan Asnawi.

“mas...sinar ini?”

“maksudnya apa Hayati?”

“hatiku sekarang tenang banget dan jiwaku juga terasa hangat...jangan jangan ini tanda tanda...”

“maksudnya arwah kamu udah nggak penasaran lagi?”

“iya mas ku...huft..huft..mas.....mas..........gimana ini?”

“Hayati....kamu jangan tinggalin aku... kita udah berjanji mau hidup bersama”

“aku juga sama mas aku...hiks ...hiks...aku nggak mau pisah sama kamu mas”

Tubuh Hayati menjadi sangat hangat dan perlahan mulai memudar. Panggilan dari alam baka mulai menggema, Hayati mau tidak mau harus pergi kesana dan meninggalkan Asnawi di dunia ini. Asnawi semakin erat memeluk Hayati. Dia histeris dan tidak mau melepas Hayati.

“Hayati....tolong tetap disini, jangan pergi dulu ke alam baka..hiks..hiks”

“maafin aku mas, aku juga nggak bisa berkehendak....ini udah takdir...udah seharusnya aku berada di alam sana”

“HAYATIIIIII...........TOLONG HAYATI....TETEP JADI ARWAH PENASARAN....JANGAN TINGGALIN AKU”

“mas.....kayanya aku udah nggak bisa....aku udah pasrah akan keadaan sekarang..mas...denger aku mas...”

Hayati berusaha menegakkan kepala Asnawi yang tertunduk. Tampak mata Asnawi yang merah karena menangis dan wajahnya yang basah terkena air mata. Hayati berusaha tegar dan menguatkan Asnawi yang tengah jatuh dan larut dalam kesedihan. Hayati harus menyampaikan pesan yang bisa dijadikan bekal hidup Asnawi ditengah waktu yang samakin sempit. Lama kelamaan tubuh Hayati semakin memudar, dia harus berpacu dengan waktu.

“mas....maafin aku yah...mas...aku pengen kamu janji...aku pengen kamu berjanji sebelum aku pergi selamanya ke alam baka”

“nggak mau....kamu harus tetep disini Hayati..”

“mas...ku sayang...tolong aku yah mas.....mas harus ngerelain kepergianku yah...dan aku pengen mas berjanji”

Asnawi terdiam beberapa saat. Dia tampak berusaha untuk ikhlas untuk melepas Hayati pergi ke alam baka. Dia mulai mengatur napasnya dan menghentikan tangisannya.

“hiks...hiks....hiks..............iya aku berjanji”

“aku pengen kamu berjanji untuk menyayangi Cascade sabagaimana kamu menyayangi ku...aku pengen kamu melanjutkan hidupmu bersama dia....aku pengen kamu balikan lagi sama dia.....janji mas!”

“aku janji Hayati.........aku akan melaksanakan janji janjimu Hayati”

“makasih banget mas ku sayang...sekarang aku bisa pergi dengan tenang”

“iya Hayati sayang...aku sayang banget sama kamu...aku cinta banget sama kamu...aku nggak akan ngelupain kamu..Hayati...hatiku udah milik kamu....aku nggak akan ngasihin sama orang lain”

“mas....hiks..hiks....kamu harus tetap sehat yah mas, kamu harus rajin mandi, makan makanan sehat, nggak boleh ngerokok dan rajin olahraga mas....mas.....kayanya waktuku udah tiba...peluk aku mas”

Asnawi kembeli berpelukan dengan erat disertai tangisan yang luar biasa yang membuat suasan semakin menyedihkan.

“mas...walaupun di dunia ini kita nggak bisa bersatu...semoga di akhirat kelak kita akan ketemu lagi dan hidup bersama selamanya”

“iya Hayati..aku janji...aku akan selalu mendoakan mu dan akan melakukan semua yang kamu perintahin ka aku.....Hayati aku akan menemuimu di akhirat nanti...tunggu aku disana yah sayang....capet atau lambat aku juga akan menyusulmu ke alam sana....terima kasih Pacar Kuntilanak Ku tersayang...kamu udah mewarnai hidupku yang menyedihkan ini....”

Hayati pun akhirnya menghilang dari pelukan Asnawi. dan cahaya keemasan yang berasal dari langit pun juga ikut menghilang. Kejadian itu sama persis seperti yang Asnawi saksikan ketika 6 kuntilanak anak buah Wewe Gombel yang juga pergi ke alam baka. Asnawi kembali menangis dan berteriak teriak menyebut nama Hayati. Dia seakan akan tidak sanggup ditinggal Hayati dalam keadaan seperti itu.

Hayati terbang di dalam sebuah pusaran energi dalam tuangan yang tak terbatas. Dia melayang tanpa arah yang jelas, Hayati mencoba untuk berbalik arah melawan arus tarikan gaya,akan tetap usahanya itu gagal. Hayati menangis selama berada dalam pusaran itu. Dalam hatinya dia terus berkeluh kesah dengan keadaan yang dialaminya.

“Oh Tuhan....kenapa Engkau melakukan ini kepadaku?.....aku cuma ingin hidup bahagia bersama kekasihku....kenapa Tuhan??” gerutu Hayati dalam tangisannya.

Tiba tiba seberkas cahaya putih kecil mulai muncul diujung pusaran. Hayati langsung melihat kearah cahaya itu, dia tampak mengernyitkan dahinya. “Mungkin itu adalah pintu alam baka” gumam Hayati dalam hati. Lama-lama cahaya putih itu semakin membesar dan mendekati Hayati. Jantungnya semakin berdebar kencang ketika dia mendekatinya dan akhirnya dia masuk kedalam cahaya putih itu.

Tiba-tiba Hayati berbaring diatas tanah yang tandus. Dia menghela napas dengan kencang dan berusaha membuka matanya pelan-pelan. Hayati mulai berdiri dan melihat keadaan disekitarnya. Ternyata tempat itu adalah sebuah padang tandus yang sangat luas dan memiliki kontur permukaan tanah yang datar. Hayati tampak sangat kebingungan dengan tempat itu. Dia kemudian berjalan untuk mencari tahu tempat yang baru didatanginya itu. Padang tandus itu dipenuhi oleh kabut dan bersuhu panas, seperti suasana Kota Bandung di siang hari.

Hayati berjalan lurus kedepan untuk mengetahui tempat itu. Dia tidak bisa melihat jauh karena terhalang oleh kabut, jarak pandangnya sangat terbatas. Akhirnya dia menemukan sebuah pohon kering yang menjulang cukup tinggi. Hayati memiliki ide untuk memanjat pohon itu dengan tujuan dapat melihat keadaan di sekitarnya. Dia pun memanjat pohon itu dengan susah payah.

Wujud Hayati berubah menjadi seperti manusia, dia tidak bisa melayang dan terbang seperti biasanya, tampak tubuhnya juga memadat. Hayati masih memakai baju gaun putih kuntinya yang berlumuran darah akibat pertarungan dengan Bendoro. Ketika sampai di puncak pohon, Hayati mulai melihat lihat kondisi sekitar yang masih tertutup kabut.

Tak lama berselang, tiba-tiba angin kencang bertiup dan menyingkirkan kabut yang mengahalangi pandangannya. Hayati tampak menutup matanya ketika diterpa angin tersebut. Setelah angin itu hilang, Hayati kembali membuka matanya. Betapa kagetnya dia ketika melihat pemandangan yang ada dihadapannya. Dia melihat orang-orang yang sangat banyak tampak antri untuk masuk ke dalam sebuah pintu besar yang berada di sebuah benteng yang sangat tinggi dan panjang di ujung cakrawala. Orang-orang yang kira kira berjumlah jutaan itu tampak bersabar dalam menunggu antrian masuk ke gerbang itu. Mereka tampak mengenakan kain kafan yang digunakan untuk menutup tubuh. Tergambar berbagai macam ekspresi yang tersirat di raut wajah mereka, ada ekspresi senyum bahagia, sedih, menangis dan penuh penyesalan.

................................................................

Spoiler for Closing Song:



Polling
0 suara
Siapakah yang akan menjadi pendamping hidup Asnawi ?
Diubah oleh Martincorp 06-12-2019 01:04
muliatama007
chrysalis99
gembogspeed
gembogspeed dan 207 lainnya memberi reputasi
196
679.1K
6.3K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread41.4KAnggota
Tampilkan semua post
MartincorpAvatar border
TS
Martincorp
#3852
BAGIAN 58
KENYATAAN YANG PAHIT
part 1

Setelah kejadian nahas yang dialaminya di Makasar, Asnawi memutuskan untuk mengundurkan diri dari perusahaan. Selama dalam perjalanan pulang, Asnawi membuat surat pengunduran diri di dalam pesawat. Ia merasa kesal dan di tipu oleh Anggariti yang hanya ingin mrmbunuhnya.

Setibanya di Kota Bandung, ia langsung pergi menuju kantor yang berada do kawasan Asia Afrika. Pagi itu suasana di sana sudah mulai ramai. Banyak karyawan yang baru memulai aktivitas kerja.

Asnawi berjalan tanpa membalas sapaan dari teman-teman kerjanya. Ia berniat mendatangi Prameswari.

Tanpa mengetuk pintu, Asnawi langsung membuka pintu ruang kerja Prameswari. Sang siluman tanah itu pun terkejut dengan kedatangan Asnawi yang dipenuhi oleh amarah.

Asnawi menghampiri meja kerja sambil memberikan secarik kertas kepada Prameswari yang terlihat tetap tenang.

"Apa ini?" tanya Prameswari.

"Itu surat pengunduran diriku" jawab Asnawi.

"Apa maksudnya ini? Kenapa kamu tiba tiba resign?"

"Aku udah muak sama kalian!! Dasar siluman!! Semua ini akal bulus kalian kan buat ngambil kepalaku untuk dijadiin bahan penelitian?"

"Tunggu Nawi! Kamu salah sangka! Aku butuh kamu di perusahaan ini, mengenai hal yang kamu sebutin, itu urusan Riti"

"Sama aja Pram, kamu dan Riti gak ada bedanya, kalian para siluman pasti alan membuat orang tersesat... aku sekarang udah tersesat"

Asnawi beranjak pergi meninggalkan ruangan, namun dengan cepat Prameswari menahan Asnawi dengan memegang tangannya. Asnawi melepas tangan Prameswari dengan kasar. Ia kemudian langsung berjalan menuju pintu.

Prameswari belum menyerah untuk menahan Asnawi pergi. Ia secara tiba tiba memeluk Asnawi dari belakang. Asnawi terkejut dengan apa yang dilakukan Prameswari.

"Lepasin aku Pram! Aku mau pergi"

"Enggak Wi... aku mohon kamu jangan pergi dariku... aku sebenernya suka sama kamu Wi... aku jatuh cinta sama kamu sejak pertama kali ketemu"

Bagaikan tersambar petir di siang bolong, Asnawi sangat terkejut dengan ungkapan perasaan Prameswari. Tubuhnya seakan lemas dan pikirannya berubah menjadi kacau.

"Maafin aku Pram, tapi aku gak bisa nerima cinta kamu... aku udah lelah berhubungan sama mahluk gaib, aku capek!! Selama ini kaum kalian selalu membuatku menderita... kalian pernah mengirim kuntilanak pembunuh, lalu seekor siluman anjing dan sekarang kamu malah nyatain perasaan sama aku"

"Nawi... aku mohon jangan tinggalin aku! Aku akan melakukan segalanya buat kamu"

"Tidak... makasih Pram atas semuanya... aku berhenti sekarang"

Asnawi melepaskan pelukan Prameswari, lalu ia membuka pintu dan pergi. Prameswari semakin sedih menghadapi kenyataan ini. Ia pun menangis sambil mengelus perutnya yang berisi jabang bayi.

Selama ini, Prameswari sering membuat Asnawi terbuai dengan pesona melalui ramuan cinta yang membuat Asnawi tak sadar. Mereka selalu berhubungan intim di setiap kesempatan sampai akhirnya ia mengandung benih dari Asnawi. Setiap kali mereka selesai berhubungan, Prameswari selalu menyihir Asnawi agar tak mengingat apa yang dilakukannya.

Asnawi bergegas keluar dari kantor. Ia lagi-lagi tak menggubris sapaan dari teman temannya. Hari itu cukup berat baginya. Ketika di tempat parkir, ia mendapati ban motor miliknya gembos. Ia pun semakin kesal.

Asnawi terpaksa mendorong motonya menuju tepi jalan sambil mencari tukang tambal ban. Begitu ia keluar dari pagar gedung, ia melihat lapak tambal ban persis di seberang jalan. Asnawi langsung menggusur motonya menyeberangi jalanan yang cukup ramai.

"Mang, tambal ban!" kata Asnawi.

"Iya Kang"

Tukang tambal ban langsung mengeluarkan peralatannya untuk menambal ban motor. Asnawi duduk di sebuah bangku sambil memandangi motornya yang tengah diperbaiki. Raut wajahnya tampak menyiratkan kesedihan. Hal itu menarik perhatian Abang tukang tambal ban.

"Wah, ini mah bocornya banyak Kang" sahut tukang tambal ban.

"Benerin aja Mang, yang penting motor saya bisa maju lagi"

"Iya Kang... siap"

Abang tambal ban mulai melakukan tambalan pada permukaan ban yang bocor. Ia melumuri ban dengan air sabun untuk mengetahui titik kebocoran, lalu ia menandai titik-titik itu. Sambil bekerja, Abang tambal ban penasaran dengan Asnawi. Ia pun mulai membuka pembicaraan.

"Punten Kang, apa yang Kang lakuin di gedung itu?"

"Ya kerja atuh Mang, emang mau main"

"Oh gitu Kang, kerja apa ya?"

"Kerja kantoran Mang, emang kenapa sih Mamang nanya gitu? Kan ? Mamang pasti tau lah, bukannya ada di seberang lapak ini"

"Iya sih, saya juga dulu kerja di sana jadi OB, tapi Kang... sekarang gedung itu udah terbengkalai lama sejak kebakaran sepuluh tahun yang lalu"

"Terbengkalai? Si Mamang bercanda aja, saya tiap hari ngantor disitu, mewah banget lho kantornya, orang orangnya juga ramah"

"Silahkan Akang liat sekarang gedung itu dari sini!"

Asnawi merasa kesal dengan omongan Abang tambal ban yang menyebutnya berkantor di gedung terbengkalai. Ia pun berdiri sambil memperhatikan gedung tempat kerjanya.

Asnawi terkejut bukan kepalang ketika melihat gedung tempat kerjanya adalah gedung terbengkalai. Saat itu juga, ia langsung pergi menuju gedung itu untuk memastikan pandangannya.

Setibanya di sana, Asnawi terheran heran dengan keadaan kantor yang sangat mengenaskan. Semua jendela telah pecah dan tidak ada satupun perabot yang ada di sana. Tempat oti juga dipenuhi oleh tumpukan sampah dan lantainya tertutupi rumput liar.

Asnawi semakin shock dan tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ia berlari kesana kemari untuk mencari petunjuk. Ia juga menaiki tangga menuju ruangan Prameswari berada. Akan tetapi ruangan itu hanyalah ruang kosong yang lembap.

"PRAAAAAAAM!!! RITIIIII!!! KALIAN DIMANA ANJING!!! SILUMAN GOBLOOOOK!!! KALIAN KEMANA?? " teriak Asnawi yang frustrasi.

Keadaan psikis Asnawi mulai terguncang. Ia sadar bahwa selama ini dia hidup dalam ilusi. Setahun lebih ia bekerja di kantor perusahaan milik Prameswari yamg ternyata hanyalah gedung terbengkalai.

Setelah memastikan keadaan di kantor tempatnya kerja, Asnawi kembali ke lapak tambal ban untuk mengambil motor skutiknya. Tanpa bicara, ia langsung membayar jasa tambal ban dan kemudian langsung pergi secepatnya.

Siang itu, Asnawi berniat mendatangi Anggariti di rumahnya. Rasa amarah kini memuncak dalam hatinya. Ia ingin mendapat penjelasan dengan semua yang terjadi hari ini. Namun, ketika ia tiba di depan rumah Anggariti, ia kembali terkejut.

Rumah mewah yang selama ini ditinggali Anggariti ternyata hanyalah sebuah rumah terbengkalai. Kondisi rumah itu terlihat sangat mengenaskan dengan halaman yang dipenuhi rumput liar dan pagar yang berkarat.

Asnawi mencoba memasuki rumah itu sambil berharap bertemu dengan sang siluman rubah. Akan tetapi semua usaha itu tak berarti. Tak ada kemunculan Anggariti di rumah itu.

Dengan rasa kecewa, Asnawi pun memutuskan pulang ke rumah. Hatinya sangat hancur dan pikirannya kacau balau bagaikan riak air di air terjun.

Anggariti dan Prameswari sebenarnya ada di rumah itu. Mereka melihat Asnawi yang berteriak sambil frustrasi, namun mereka memilih untuk diam dan tak menampakan diri dihadapannya.

"Rit, apa kita terlalu jahat ngelakuin ini sama Asnawi?" tanya Prameswari.

"Kita terpaksa harus melakukannya Pram, karena ini jalan terbaik buat dia dan kita" jawab Anggariti.

"Tapi... tapi... aku gak tega liat dia kayak gitu, menangis sambil manggil nama kita... aku cinta dia Rit"

"Kamu harus tega Pram! Aku juga begitu, aku juga cinta sama dia setelah selama ini kita saling mengenal, dia laki laki yang sangat baik dan membuat perempuan siapapun nyaman didekatnya"

"Hmmm... semoga anakku ini bisa jadi baik kayak dia"

"Pram... apa kamu gak takut mengandung anak Asnawi? Kamu gak mau kan bernasib kayak aku dulu?"

"Aku gak takut Rit... aku akan berusaha melindungi anakku ini, biarpun nyawa taruhannya"

"Iya Pram, aku juga akan gitu, Angga adalah segalanya bagiku, buah cintaku sama Burhan, aku akan melindunginya sampe dewasa nanti... kita gak boleh takut sama Ratu!"

"Rencanamu sekarang apa Rit?"

"Kita bilang aja sama Ratu kalo kita gagal tugas, Asnawi memiliki energi kehidupan yang kuat... kita semua kalah sebelum bertanding"

"Apa dia bakalan percaya gitu aja?"

"Semoga aja Pram, tapi kalo misalnya dia gak percaya dan menangkap kita, maka kita terpaksa membunuh dia sebelum dia menghukum kita"

"Ide bagus, dengan kesaktian kita berdua, kita bisa dengan mudah bunuh dia yang lemah"

"Betul banget... sebenernya Ratu adalah aib besar bagi kerajaan, tapi kenapa dia bisa jadi pemimpin? "

"Karena dia selalu dinaungi keberuntungan dan dijaga sama mahluk mahluk sakti, kita salah satunya"

"Hari ini kita akan kembali ke dunia siluman, kita harus melupakan Asnawi"

"Kenapa Rit?"

"Karena dia membuat kita jadi lemah, dan terbuai perasaan asmara"

"Tapi aku gak bakalan bisa, aku cinta mati sama dia"

"Pram, tadi dia udah nolak kamu mentah mentah! Artinya dia gak mau berhubungan sama kamu, lagian salahmu sendiri, deketin Asnawi pake ramuan cinta"

"Terus kalo anakku lahir gimana?"

"Kita sembunyikan anak ini, aku punya rumah di dunia manusia yang aman, Angga sekarang udah tinggal di sana"

"Baiklah kalo begitu, aku nurut sama kamu aja Rit"

"Hmmm... sekarang jadi kebalik ya, biasanya aku yang selalu nurutin kamu tapi sekarang... Dasar budak cinta!!"

Mereka kemudian membuka sebuah portal pada dinding, kemudian mereka masuk ke dalam portal yang terhubung ke dunia siluman.

Sesampainya di rumah, Asnawi tampak duduk di sebuah kursi sambil melamun. Henry yang berada di pangkuannya pun tampak tak dihiraukan. Beberapa kali Henry mencari perhatiannya, namun hal itu tak membuat Asnawi terbebas dari lamunannya.

Tak lama berselang, Bi Asih dan Jaenal tiba di rumah. Ia terkejut melihat Asnawi tengah melamun sambil memangku Henry yang tertidur pulas.

"Den... sadar Den!!" kata Bi Asih.

"Iya... iya... eh... Bi? Kok udah pulang lagi?" Asnawi terkejut.

"Lha, harusnya aku yang nanya gitu? Kenapa kamu udah pulang siang siang gini? Kamu bolos kerja?"

"Aku resign Bi dari PT Siluman"

"Alhamdulillah... syukur pisan Den, akhirnya kamu sadar juga" ungkap Bi Asih dengan penuh suka cita.

"Kenapa kamu seneng banget Bi?" tanya Asnawi bingung.

"Aku seneng banget Den, akhirnya kamu kembali waras dan normal lagi kayak dulu" jawab Bi Asih sambil mengelus kepala Asnawi.

"Apa kamu bilang? Aku kembali waras? Emang selama ini aku gila?" bentak Asnawi.

"Aku gak bilang gitu Den, aku cuman bilang kamu waras karena selama ini kami selalu berhalusinasi tentang pekerjaan"

"Halusinasi apa?"

Asnawi semakin emosi mendengar omongan Bi Asih. Ia memelototinya dengan mulut bergetar. Bi Asih berusaha menenangkan pemuda itu. Ia mengajaknya untuk berbicara empat mata di suatu ruangan agar tak dilihat oleh anak-anak.

Bi Asih menidurkan Henry di kamarnya, sedangkan Jaenal memilih masuk ke kamarnya untuk istirahat setelah menjalani latihan pencak silat. Setelah semua selesai, Bi Asih menarik tangan Asnawi. Ia membawa Asnawi ke kamarnya.

"Den, ada yang harus ku kasih tau sebenarnya"

"Bi... aku gak gila Bi, aku masih waras... aku kerja di PT Siluman Bangun Persada sebagai staf teknik, aku kerja di sana dari saran temenmu, Anggariti"

"Siapa itu Anggariti?"

"Jangan bercanda Bi, dia itu temen kamu, anaknya satu sekolah sama Jaenal, bukannya kamu kan yang ngenalin aku sama dia"

"Den, sumpah demi Allah, aku gak punya temen yang bernama Anggariti"

"Tidak Bi... kalian begitu akrab! Kalian sama sama janda anak satu... gak mungkin kamu gak kenal! "

"Istigfhar Den!! Kamu harus tenang"

"Bi Asih... aku gak bisa tenang... aku... aku... ngerasa hidup dalam kepalsuan"

"Apa yang kamu alami hari ini Den? Kok bisa bikin kamu begini"

Asnawi tiba tiba menangis ketika mengingat semua kejadian yang dialaminya.

"Pagi ini, aku ngajuin resign dari PT Siluman, ketika pulang, tiba tiba kantornya berubah jadi bangunan terbengkalai... kata si Mamang tukang tambal ban di depan kantor... dia bilang kalo kantor tempat aku kerja udah terbengkalai selama sepuluh tahun sejak kejadian kebakaran... terus abis itu aku pergi ke rumah Anggariti, ternyata rumah dia juga berubah jadi terbengkalai"

Bi Asih merasa simpati dengan Asnawi. Ia mengelus punggungnya sambil mencoba menenangkan Asnawi.

"Den,  sebenernya permasalah yang kamu alami tuh ini... kamu menderita skizofrenia atau sering halusinasi"

"Bi... aku ini gak gila Bi!!! Pliss percayalah!"

"Aku percaya sama kamu Den, kamu gak gila, cuman kamu butuh istirahat"

Bi memeluk tubuh Asnawi yang lemas. Laki-laki itu tak henti hentinya menangisi nasibnya yang mengenaskan.

"Bi... kenapa aku jadi begini? Apa aku gak berhak buat bahagia"

"Sabar Den... semua orang berhak bahagia, Allah lagi ngasih ujian sama kamu"

"Tapi aku usah gak kuat Bi, semanjak aku  ditinggal mati oleh Hayati, hidupku serasa hancur, aku berusaha tegar dan kuat untuk lanjutin hidup, tapi selalu bernasib sial... semua cewek yang aku cintai, hilang satu persatu, Hayati, Cascade, Merry... dan aku sekarang dipermainkan sama Anggariti dan Prameswari yang bikin aku disangka gila"

"Gak semua cewek ninggalin kamu Den... ada seorang perempuan yang selalu mencintaimu dan mengagumimu dari balik bayang bayang, dia sangat tulus mencintai dan menyayangimu, dia selalu ngasih kamu sandaran dikala kamu sedih"

"Siapa perempuan itu Bi?"

"Kamu lagi ngobrol sama dia sekarang?"

"Kamu Bi?"

"Iya Den... seperti itulah aku sebenarnya... aku bukan apa apa tanpa kamu, bahkan hidupku sempat hancur ketika kamu membenciku"

"Tapi kamu hanya pura pura mencintaiku karena kamu disuruh sama Mommy dan Cascade"

"Sumpah demi Allah, aku gak pura pura Den, waktu itu aku jujur mengutarakan isi hatiku, ketika Non Cascade ninggalin kamu ke Perancis"

"Hmmm... Bi... entahlah, perasaanku sekarang lagi kacau, aku merasa kalo aku gak pantas buat dicintai, aku selalu bawa sial bagi cewek yang mencintaiku... aku gal mau kamu jadi ketiban sial gara gara mencintaiku"

"Den... aku udah berkali kali ketiban sial, ketika mencintai seseorang, aku gak takut sama sekali sama kesialan yang akan datang"

Bi asih memegang wajah Asnawi dan memandangnya dalam jarak dekat. Ia menyeka air mata yang keluar dari pelupuk mata Asnawi.

"Den... tatap mataku ini!"

Asnawi memandang mata Bi Asih yang berbinar. Lama-lama ia merasakan suatu gelombang elektromagnetik yang mempengaruhi irama detak jantungnya.

"Bi... kenapa jantungku bergetar"

"Itu adalah reaksi tubuhmu ketika menerima perasaanku"

"Matamu indah banget Bi"

Asnawi terus memandangi mata Bi Asih, hingga akhirnya ia mengucapkan sesuatu.

"Bi... maukah kamu nikah sama aku? Apa kamu bersedia menanggung beban beban yang ada dalam diriku yang kacau ini... aku seorang pengangguran yang gal waras... aku selalu melamun dan berhalusinasi... aku juga jarang tidur dan sering mengigau meneriakkan nama Hayati setiap kali aku tidur"

"Aku bersedia Den... akan kupikul beban berat pada hidupmu, kita akan menjalani kehidupan baru dimana akan saling melengkapi satu sama lain" pungkas Bi Asih.

Akhirnya senyum pun tercipta di wajah Asnawi. Ia langsung memeluk erat Bi Asih dengan penuh tangis haru.

"Aku janji Bi, Aku akan selalu mencintaimu, aku akan mencintai Jaenal dan Henry, kita akan jadi keluarga bahagia"

"Iya Den"

...


tirtaarta
yuaufchauza
galehnova
galehnova dan 41 lainnya memberi reputasi
42
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.