Kisah ini berawal saat aku masih semester tujuh, tepatnya saat aku sedang melaksanakan praktik pengalaman lapangan (PPL) tahun 2018 di sekolah menengah atas (SMA) swasta ternama di Kota Semarang. Aku yang saat itu sedang praktik mengajar mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari guru pamong dan teman pplku yang lain. Di sana selain aku berpraktik mengajar pun aku belajar bagaimana cara memberikan kritik yang baik dari salah satu temanku yang pada saat itu memberiku kritik di depan umum. Singkat cerita, temanku mengatakan bahwa aku bla bla bla dan guru pamongkupun mengatakan hal yang sama bla bla bla bla. Hehehehe intinya tidak mengenakan, dari citra burukku di jurusan hingga aku tidak pantas mengajar namun aku tidak mendapatkan solusi dari itu. Tamparan telak untukku.
***
Dari hal itu kemudian aku sadar dan belajar bagaimana menjadi guru yang baik. Setelah PPL usai kemudian aku bertemu temanku, Fiddin. Ia bercerita tentang pengalamannya mencari uang tambahan dengan menjadi guru les privat di sebuah lembaga bimbingan belajar (bimbel). Aku pun tertarik mendengarkan kisahnya, lalu aku meminta kontak pengurus bimbel tersebut padanya. Allah Maha Tahu, aku seperti diberi petunjuk atas apa yang aku cari. Ya, tambahan praktik mengajar untuk mengasah kemampuanku dalam mendidik serta menyampaikan informasi kepada siswa. Kebetulan pada saat itu lembaga bimbel tersebut membutuhkan tutor laki-laki untuk mengajar membaca, menulis, berhitung dan mengaji untuk anak laki-laki kelas B taman kanak-kanak (TK). Aku ingat murid privat pertama yang kuajar itu bernama Muhammad Excel Baraqbah. Dia sangat aktif, tanggap dan tak malu saat aku datang pertama kali kerumahnya. Pada saat pertama kali aku datang ia baru bangun siang lalu mandi. Jadi masih agak lesu untuk mulai belajar. Seperti biasa pelajaran dimulai dengan berdoa kemudian ngobrol untuk saling mengenal. Excel ini anak yang pandai dia suka bermain piano, bercerita tentang dinosaurus dan hal-hal baru yang ia dapatkan di sekolah. Karena orang tua Excel sibuk bekerja seringnya tante dan jiddahnya lah yang menyambutku. "Mas Risqi suka ngopi ga? Kalo saya suka ngopi, saya bikinin kopi ya?" Tanya jiddah Excel saat menawarkan minuman. Jiddah (nenek) ini meski sudah berumur namun beliau gemar ngopi. Lebih kurang tiga bulan aku mengajar Excel, karena berbenturan dengan kegiatanku yang mengharuskan keluar kota aku menyatakan diri izin mundur meski orang tua Excel menyayangkan.
***
Murid kedua yang kuajar privat selanjutnya adalah Farel. Aku tak ingat nama lengkapnya, Farel anak kelas 5 sekolah dasar (SD). Farel sama sepertiku lemah pada mata pelajaran matematika, sedang ibunya selalu memintaku untuk terus mendorong Farel agar pintar matematika. Aku memiliki prinsip belajar bersama, sebab jika tak ada niat untuk belajarpun rasanya berat menerima pelajaran. Kebetulan tiap kali aku datang ke rumah Farel untuk privat, jajan dan cemilan banyak tersedia di ruang tamu yang sekaligus untuk belajar, jadi kami belajar sambil ngemil. Asik memang, namun Farel tampak ogah bila diajar matematika. Ia selalu pura-pura tidur saat aku mencoba menerangkannya. "Mas, jangan matematika. Please! IPS aja gapapa aku suka kalo Mas Risqi cerita og." Pintanya. "Loh... Rel, masa mau IPS terus? Kan kata mama suruh belajar matematika? Ayo matematika dulu habis itu IPS lagi." Bujukku. Aku mengajar Farel tak lama, suatu ketika hujan turun begitu deras dan sangat lama. Aku terlambat dan saat datang sudah ada tutor baru untuk menggantikanku tanpa pemberitahuan. Setelah tahu aku datang dan menunggu hujan reda di luar, Farel menghampiriku dan seakan menenangkanku dengan mengatakan, "Gurunya diganti ya mas. aku asline ga suka nek yang ngajar perempuan og mas. Mba e serius diem terus ga bisa guyon kaya Mas Risqi og." Ya malah bagus biar kamu ga guyon terus, jawabku. Sambil menahan dingin akibat tubuh yang diguyur hujan. Bersambung... Bagian terakhir https://www.kaskus.co.id/show_post/6...e3f703484ce28d