cangkeman.netAvatar border
TS
cangkeman.net
Fenomena Hutsle Culture: Kerja, Kerja, Kerja, dan Tipes!


Cangkeman.net - Slogan-slogan yang mengarahkan kita ke arah budaya gila kerja kerap kali kita temui di mana-mana. Meskipun slogan-slogan tersebut terkesan memotivasi, tetapi sesungguhnya ini dapat mengarahkan kita ke arah fenomena Hustle Culture. 

Hustle culture saat ini memang menjadi fenomena populer yang banyak dialami anak muda. Budaya di mana manusia dituntut bekerja terlalu keras secara terus menerus yang dapat mendorong kita melewati batas kemampuan yang dimiliki demi mencapai tujuan-tujuan kapitalis seperti kekayaan, kemakmuran, dan kesuksesan di usia muda serta mendapat pengakuan-pengakuan sosial yang kerap menghantui kita.

Fenomena ini populer dikarenakan banyaknya kaum muda yang berpikir bahwa karir yang cemerlang serta beragam kesuksesan harus diraih sedini mungkin. Dan banyak yang berpikir untuk mendapatkan hasil maksimal yah harus bekerja maksimal hingga bahkan kelewat maksimal hingga mengorbankan kesehatan mentyal dan jasmaninnya.

Para penganut hustle culture ini meyakini bahwa apa yang mereka lakukan tak pernah cukup untuk mencapai kesuksesan. Sebentar saja mereka tidak melakukan hal yang sifatnya produktif, mereka akan merasa sangat bersalah dan akan menyalahkan diri sendiri.

Sebenarnya, fenomena hustle culture sudah terjadi atau dimulai sejak masa pelajar atau kala menjadi mahasiswa. Salah satu cointoh awal mula bibit-bibit hustle culture adalah ketika para pelajar atau mahasiswa mulai mengikuti ekstrakulikuler dan organisasi yang bejibun. Enggak sampe situ aja, ada juga yang masih sempet-sempetnya ikut bimbingan belajar tambahan, kursus, les, dan semacamnya. Pokoknya semua dihajar. Di kalangan mahasiswa juga gitu, ikut organisasi kampus ini, UKM, magang, kerja sambilan dan melakukan hal lain sambil terus menyelesaikan studi mereka.

Ada banyak sebab sih yang membuat hustle culture ini berkembang. Salah satunya yah karena kemajuan teknologi. Dengan semakin canggihnya gawai yang kita miliki, kita dapat melakukan banyak pekerjaan secara multitasking pada satu perangkat gawai. Hal itu memacu kita untuk terus menerus bekerja karena dinilai mudah. Yah tapi tetap saja ada faktor di mana kontruksi sosial yang selalu menganggap dan menilai kesuksesan seseorang diukur dari jabatan di perusahaan dan finasial yang mumpuni. Kita dipaksa berlomba-lomba siapa yang karirnya makin cepat dan tinggi maka dia paling bersinar di masyarakat. Belum lagi hal-hal yang sifatnya toxic positivity yang kadang juga turut menyumbang peran dalam fenomena hustle culture.

Dampak nyata dari fenomena ini adalah meningkatkan resiko penyakit dikarenakan jam kerja yang tidak wajar, meningkatkan gangguan kesehatan mental juga. Dan yang tak kalah mengkhawatirkan adalah dapat merusak work life balance antara kehidupan karir dan kehidupan pribadi. Padahal, kesuksesan seharusnya punya definisi sendiri untuk setiap individu. Jangan sampai hal-hal yang kita pertaruhkan untuk kesuksesan justru yang jadi penghancur diri kita sendiri. Alangkah baiknya kita merenungi apa yang sebenarnya yang ingin kita capai, akankah hustle culture membawa kita pada kesuksesan yang kita impikan?

Tulisan ini ditulis oleh Amara Evita di Cangkeman pada tanggal 21 Oktober 2021


a.w.a.w.a.w
ucupthea
nohopemiracle
nohopemiracle dan 20 lainnya memberi reputasi
21
9.3K
175
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.9KAnggota
Tampilkan semua post
razgrizeroAvatar border
razgrizero
#69
Maksud ny krj jam normal?
Masih 8 jm, seminggu 5 hari dgn 2 hr libur kn?
Bukan 12 jam sehari kn?
Bukan juga kerja 1 bulan gk ada libur kn?
Itu berarti masih wajar 😁
Kerjakan sj apa yg harus agan kerjakan, jgn banyak ngeluh apa lagi di medsos
Kl mmg bisa dikerjakan 1 hari, kerjakan 1hari jgn di tumpuk
0
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.