afryan015Avatar border
TS
afryan015
Sepasang Sandal Buat Ibu [Rewritter]


   emoticon-Hai hay agan agan sekalian, kali ini ada sebuah kehormatan bagi aku, karena aku mendapat tanggung jawab untuk menuliskan kisah dari suhu ku yaitu 

@andrerain5 emoticon-Wowintinya bagi kalian yang sudah pernah membaca tulisan ini, memang ini adalah tulisan beliau, dan selama ditulis olehku, tidak terlepas dari pantauan beliau
jadi monggo di simak ceritanya

Quote:


BAB I

Dua tahun sudah aku tidak pernah pulang, tidak juga memberi kabar atau pun tahu bagaimana keadaan keluargaku di kampung halaman. Rasa rindu yang begitu gebu terus saja menggebu dada kiriku, apalagi jika teringat paras ibu.

Awal tahun 2000, aku mencoba untuk keluar dari kampung halaman dan mencari peruntungan di kota orang. Lewat seorang kenalan, aku diajaknya untuk bekerja disebuah pabrik konveksi, namun nahas yang kudapat. Ternyata aku ditipu olehnya, semua barang-barangku dibawanya kabur entah kemana, berikut dengan baju dan segala alat komikasi serta surat tanda pengenal diri, yang tersisa hanyalah yang melekat di badan.

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Jadilah aku gelandangan di kampung orang, hidup terlunta-lunta kesana-kemari tanpa bisa berbuat apa-apa. Niat hati pergi dari kampung agar bisa mencari suaka dan memperbaiki keadaan status sosial, malah sial yang datang silih berganti.

Aku masih teringat kata-kata Ibu sewaktu aku pamit minta restunya untuk pergi. "Seandainya nanti kamu berhasil, Ibu pengen kamu belikan sendal buat Ibu. Liat sendal Ibu, sudah pada butut dan sempit di kaki"

Hari itu, aku bertekad didalam hati dan berniat agar aku bisa berhasil dan mampu membelikan sepasang sandal untuk Ibu, bila perlu, aku akan membelikannya dari berbagai merk dan model, agar nanti Ibu bisa memilih mana yang Beliau sukai.

Namun harapan tinggal harapan, mimpi hanyalah untuk orang-orang berpendidikan. Lantaran ulah seorang teman, aku kini menjadi seorang gelandangan, hidup dari emperan toko ke toko, makan pun sisa orang-orang.

Bagaimana aku bisa pulang dan membawa sepasang sandal buat Ibu? Jikalau aku sendiri pun kini tengah dilanda derita dijauhnya rantau.

Jika saja Bapak masih ada, mungkin nasib kami tidak senelangsa sekarang. Ibu yang dulu periang, sepeninggal Bapak kini menjadi lebih diam. Dan aku, telah kehilangan tongkat petuahku. Semenjak Bapak berpulang, keadaan ekonomi kami semakin hari semakin berkurang, dan karena itulah juga, aku hanya bisa bersekolah sampai jenjang tingkat pertama.

Sampai pada akhirnya aku terdampar dibelantara kota yang kejam dan tak kenal kasihan.

Terkatung-katung selama berbulan-bulan membuatku terbiasa dengan kehidupan baru ini. Entahlah kabar Ibu di kampung, aku tak tahu lagi harus bertanya kepada siapa, sementara untuk pulang, rasanya sangat sukar jika harus berenang menyebrangi laut dan selatnya.

Nasib terus membawaku berjalan, sampai satu tempat dimana aku menemukan selebaran iklan lowongan kerja yang sedang mencari ABK (Anak Buah Kapal) tongkang lintas Asia, tanpa syarat dan dan minimal pendidikan. Hanya tenaga dan mental serta siap berlayar menerjang badai.

Tanpa pikir panjang, kucari alamat yang tertera pada selebaran iklan tersebut dan ternyata memang betul disana sedang mencari pekerja.

Singkat cerita, jadilah aku kini bekerja disebuah kapal tongkang dengan kontrak selama dua tahun, selama itu pula aku berlayar ditengah lautan. Badai dan gelombang tak menjadi soal, asalkan aku bisa membawa uang untuk Ibu, dan bisa membelikan beliau sepasang sandal.

Yang namanya pekerjaan tidak lepas dari yang namanya resiko kerja, walaupun aku dikontrak selama dua tahun, tidak membuatku bisa bernafas lega dengan apa yang nantinya akan aku dapatkan.

Suatu hari saat kapal dimana aku bekerja sedang dalam perjalanan mengirim batu bara ke salah satu pelabuhan di Singapura, sebuah prakiraan cuaca mengatakan akan terjadi badai yang akan melintasi rute dimana kapalku ini melintas.

Langit hitam mulai tampak diujung pandanganku, terlihat sangat pekat hingga nampak seperti gumpalan kapas yang melingkar melayang di udara, angin besar mulai menerpa kapal bersamaan dengan datangnya ombak yang mulai meninggi.

Kapten kapal memberi instruksi pada kami untuk bersiap menghadapi badai yang ada di depan mata kita, percikan air mulai turun satu persatu dari atas langit, yang semakin lama semakin deras menghujani kami.

Ombak mulai oleng kekanan dan kekiri karena diterjang ombak yang mulai meninggi, beberapa orang panik termasuk aku yang tidak memiliki ilmu sama sekali tentang pelayaran, dan kini harus berhadapan dengan badai.

Beberapa awak kapal mulai berlarian mengencangkan tali kapal pada tongkang supaya batu bara yang dibawa tidak terlempar dan berhaburan kedalam laut.

Saat sedang mengikat tali pada kapal, ada seorang rekanku berteriak “terjatuh! Satu Awak terjatuh kapten”, suara itu berasal dari sisi lain kapal, kapten kapal yang berada di deck kapal sepertinya tidak mendengar, para rekan yang lain mencoba mencari sebuah alat untuk menarik satu awak yang terjatuh ke laut itu.

Ada sebuah ban pelampung yang dapat digunakan untuk menolong awak yang tercebur itu, namun karena hantaman ombak dan angin yang semakin kencang melanda, membuat jarak pandang semakin berkurang dan membuat nyali seseorang yang akan menolong menjadi ciut.

Beberapa orang mencari dari atas kapal termasuk diriku, sedangkan sisanya menyelesaikan mengikat tali pada kapal tongkang itu, samar terlihat awak kapal yang terjatuh itu sedang berusaha mengambil udara namun terus dihajar oleh ombak yang datang hingga sesekali rekan ku itu tergulung masuk kedalam air laut.

Karena memang dasarnya kita tidak ada basic berenang, dan dunia perkapalan, hal ini membuat kita kesulitan menentukan apa yang akan kita lakukan saat terjadi seperti ini, memang tidak ada pendidikan pelayaran yang kita tempuh sebelum melakukan pekerjaan ini, aneh memang tapi itulah yang terjadi, dan mungkin inilah resiko yang harus kita terima.

Sebenarnya kita dilarang berlayar pada kapal besar jika kita tidak memiliki lisensi pendidikan pelayaran, namun entah bagaimana perusahaan ini dapat menerima orang seperti aku yang hanya bermodalkan tekat dan nekat saja, demi mendapatkan uang untuk bertahan hidup di kampung orang.

Karena tidak ada yang memiliki basic berenang dan ditambah kondisi lautan yang tidak bersahabat membuat semua awak yang masih diatas kapal kebingungan untuk menolongnya, walaupun sudah ada ban pelampung untuk menolongnya.

Rasa takut mulai menyelimuti benakku, tidak ingin hal naas seperti itu menimpa padaku, bayangan ibu kembali melintas dikepalaku, dan mengingatkanku akan pesan yang pernah dia katakan padaku “jika temanmu sedang dalam masalah, dan jika kamu bisa menolongnya segera tolong dia, kamu tidak akan tahu betapa senangnya mereka dibantu saat sedang dirundung masalah”  terlintas kata itu seolah memanggil jiwaku untuk segera terjun kedalam lautan dan menolong rekanku itu.

Memang kasihan jika tidak segera ditolong, apa lagi dengan keadaan gelombang yang sangat tinggi, terlihat wajah pasrah dari awak yang tercebur itu, langsung ku raih ban pelampung yang tadi sudah ditemukan dan tanpa berfikir panjang aku terjun kedalam ombak yang sedang mengamuk.

To Be Continued...
Diubah oleh afryan015 29-09-2021 08:20
bunda2411
fyrea1037
andi.3301
andi.3301 dan 28 lainnya memberi reputasi
29
4.4K
62
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread41.4KAnggota
Tampilkan semua post
silohAvatar border
siloh
#19
Lanjutin atuhemoticon-Big Grinemoticon-Big Grinemoticon-Big Gringembok
Diubah oleh siloh 02-10-2021 15:40
afryan015
andrerain5
andrerain5 dan afryan015 memberi reputasi
2
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.