Terlebih dahulu harus bisa dipahami bahwa m-e-m-e-k di sini bukan berkonotasi negatif. Namun, m-e-m-e-k di sini adalah nama suatu makanan khas dari Simeulue, Aceh yang seperti bubur. Oleh karena itu, mungkin sebagian orang sudah mempunyai pemikiran negatif dengan arti m-e-m-e-k di sini. Akan tetapi, memang seperti itulah nama makanan khas Aceh yang sudah ada sejak zaman dulu ini.

Memang, harus diakui! Setiap daerah yang ada di Indonesia ini mempunyai makanan khasnya masing-masing. Oleh karena itu, makanan khas pun bisa menjadi salah satu ujung tombak untuk mempromosikan suatu wilayah. Nah, hal tersebut pun seharusnnya bisa dimanfaatkan oleh suatu pemerintah agar wilayahnya bisa terkenal.

Makanan m-e-m-e-k ini terbuat dari ketan yang disangrai lalu dicampur dengan pisang, santan, dan gula. Setelah semua itu terkumpul maka langkah selanjutnya adalah memasaknya. Dalam hal memasak m-e-m-e-k ini memerlukan waktu kurang lebih satu jam. Maka, dalam memasak m-e-m-e-k ini pun harus mempunyai kesabaran yang tinggi. Sebab, waktu satu jam itu pun bisa tergolong lama bagi orang yang tidak bersabar.

Namun di zaman sekarang, sudah banyak yang menjual makanan yang satu ini. Jadi, tak usah lagi untuk menunggu satu jam kalau mau mencicipinya. Kemudian, harganya berapa? Biasanya harga m-e-m-e-k ini kurang lebih Rp5000 dalam gelas plastik. Nah, hal tersebut juga menjadi salah satu kemudahan bagi para penikmat m-e-m-e-k agar bisa selalu bisa memakan jajanan yang satu ini.



Harus diketahui juga bahwa pisang yang sering digunakan untuk membuat makanan ini, bukanlah pisang sembarangan saja. Akan tetapi, pisang yang sering digunakan oleh masyarakat sana adalah pisang kepok ataupun pisang raja. Kenapa memakai pisang itu? Ya, kualitas dalam pisang pun bisa memengaruhi segi rasa yang akan didapatkan. Maka, kedua pisang itu pun sangat direkomendasikan kalau mau membuat makanan yang bernama m-e-m-e-k ini.

M-e-m-e-k pun menjadi salah satu makanan yang spesial di daerah sana. Oleh karena itu, makanan ini pun bisa dibilang menjadi primadona dan mungkin wajib ada di acara tertentu. Maka, tak jarang lagi bahwa m-e-m-e-k ini selalu ada di bulan Ramadan untuk menjadi makanan pembuka. Nah, hal tersebut alangkah indahnya bahwa makanan khas ini masih bisa dilestarikan.



Kemudian, kenapa makanan yang satu ini dinamakan m-e-m-e-k? Ya, ini sudah ada sejak zaman dulu jadi nama itu pun tercipta langsung dari nenek moyang Simeulue yang sering mengunyah beras ketan lalu dicampur pisang, sehingga muncul istilah "m-a-m-e-m-e-k". Setelah itu, nama m-e-m-e-k pun tercipta untuk nama makanan khas ini.

Namun, patut dibanggakan bahwa makanan khas yang satu ini pun sudah diakui atau ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia 2019. Jadi, hal tersebut pun harus bisa menjadi salah satu kebanggaan bagi warga Simeulue bahwa makanan khasnya sudah diakui. Oleh karena itu, m-e-m-e-k pun sudah dapat jaminan bahwa makanan khas ini benar-benar berasal dari Simeulue, Aceh.[]