• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Ketika Politik Ketakutan Jadi Ujian Iman, Berapa Banyak yang Lulus Ujian?

lonelylontongAvatar border
TS
lonelylontong
Ketika Politik Ketakutan Jadi Ujian Iman, Berapa Banyak yang Lulus Ujian?
Kembali lagi dengan obrolan warung kopi, yang sedikit menyinggung politik, sedikit menyinggung agama, campur sedikit filsafat dan psikologi.

Serba sedikit karena TS yang menulis trit ini juga bukan orang terpelajar, bukan profesor, bukan ahli. Jauh pokoknya kalau dibandingkan dengan tokoh-tokoh politik idola kaskuser sekalian, seperti Rocky Gerung, Anies Baswedan, dst. Ilmunya TS masih cetek bangetlah.

Makanya sekali lagi disclaimer TS, ini cuma obrolan warung kopi. Setuju ya boleh, nggak setuju ya monggo. Yang penting, kalau bisa kaskuser sekalian mohon ramai-ramai nimbrung berkomentar. Tidak ada soal kalah atau menang debat di sini, semua boleh mengajukan argumen dan berdebat, kalau bisa dibawa santai. Kalau sudah panas, boleh ngadem dulu nyumbang mulustrasi pemersatu bangsa di kolom komentar.

Selesai dengan basa-basi, sekarang kita masuk ke topik utama.

Sebagai pembukaan TS ingin mengutip sebuah cerita, riwayat Nabi Muhammad SAW.


Quote:

Sumber kutipan : https://www.republika.co.id/berita/q...di-bawah-pohon

Apa yang bisa kita tangkap dari secuplik kisah di atas?

Bagi TS pribadi, cerita di atas menunjukkan salah satu hipotesa TS tentang hubungan antara seberapa besar iman seseorang kepada Tuhannya, dengan tingkat agresivitas orang tersebut.

Semakin tinggi iman seseorang, semakin seseorang itu bisa bersikap damai dan welas asih, karena salah satu pemicu agresivitas adalah rasa takut. Sementara iman yang kuat akan Tuhan yang melindungi, itu menghilangkan rasa takut. Semakin lemah imannya, semakin beringas tindak tanduknya. Logis kan? Karena tidak mengimani Tuhan yang melindungi, maka perlindungan atas dirinya dia serahkan pada otot dan senjata di tangannya.

----

Lalu apa hubungannya dengan politik ketakutan?

Politik ketakutan adalah trik-trik menggalang masa dengan cara menciptakan ketakutan, memunculkan rasa tidak aman, dsb; dengan harapan masa tersebut jadi sulit untuk berpikir dengan jernih. Rasa tidak aman, memicu insting untuk bertahan hidup, memancing herd mentality, dsb.

Pada situasi yang demikian itulah, kemudian si tokoh politik yang menggunakan trik-trik politik ketakutan ini, maju ke depan, menyajikan dirinya sebagai juru selamat dan mengumpulkan masa di belakang dirinya.

Menilik karakteristik dari politik ketakutan ini, maka menurut TS salah satu ukuran apakah seorang tokoh itu mengumpulkan pendukung dengan menggunakan politik ketakutan adalah seberapa beringas tindak tanduk para pendukungnya.

Bisa bentuk beringasnya itu beringas di medsos, atau beringas di jalanan.

----

Lalu mengapa dikait-kaitkan dengan tingkat keimanan seseorang?

Ya kembali ke bagian awal dari tulisan, mestinya seseorang yang imannya sudah tebal, tentunya tidak akan termakan oleh trik-trik politik ketakutan. Harusnya di sebuah negara yang religius, politik ketakutan tidak mendapatkan tempat. Tidak laku sebagai strategi politik, karena rakyat di negara itu sudah memiliki iman yang tebal dan hati yang penuh kedamaian dalam menjalani kehidupan.

Bagaimana dengan Indonesia?
Diubah oleh lonelylontong 18-08-2021 03:20
istijabah
cydol
cydol dan istijabah memberi reputasi
2
859
17
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.8KAnggota
Tampilkan semua post
franco20Avatar border
franco20
#3
pembahasan menarik gan, menurut ane bagusnya berkaca dari sejarah masa lalu yaitu saat golden age of islam. masa itu semua orang mendalami agama dengan benar di barengi juga dengan keingintahuan yg tinggi dalam mempelajari hal baru tanpa memikirkan hal” yg kurang relevan.

berbeda sekarang yg terjadi di sini banyak dengan dalih bahwa hal tersebut telah mutlak dan telah di katakan oleh si A maka tidak bisa di debat ataupun bantah apalagi dengan bumbu agama. sehingga terbiasa membuat orang tidak bisa berpikir jauh dan akan selalu mudah mencari pendukung yg beringas tanpa mereka sendiri mengerti apa yg sebenernya mereka perjuangkan.

karena itu tadi.. secara tidak langsung logika mereka sudah di matikan dari awal
lonelylontong
lonelylontong memberi reputasi
1
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.