Selamat siang agan aganwati. Sehat dan bahagia selalu.

Dimasa pandemi seperti saat ini, banyak sekali orang yang kesulitan dengan masalah keuangan. Bagi mereka yang mampu dan mau membantu, mereka adalah orang yang sangat beruntung sekali bisa bermanfaat bagi sekitarnya. Namun, bagi mereka yang tidak mampu membantu sekitarnya, cukuplah untuk menahan diri tidak merugikan orang sekitarnya. Itu dua opsi yang harus kita pegang sebagai makhluk yang bersosial seperti kita ini.
Namun terkadang kita tidak bisa menghindari petaka yang kita alami. Nasib sial yang terkadang tiba-tiba muncul pada keseharian kita. Seperti yang dialami oleh seorang pedagang telor ini.
Seorang bapak-bapak mengunjungi toko untuk mengisi telur yang dia jual. Saat si bapak masuk toko, sepeda motor si bapak yang berisi bersusun-susun rek telor di parkir di depan toko. Si bapak menggunakan kayu sebagai penyangga motor agar motor dengan rak telor tersebut tidak jatuh. Karena jika hanya menggunakan standar motor, keseimbangan motor tidak akan bisa terjaga dengan baik.

Namun, inilah namanya nasib sial. Tidak ada sinyal apa-apa, terjadi begitu saja. Seseorang pelanggan toko datang dari seberang jalan untuk membeli sesuatu di toko tersebut. Saat pelanggan tersebut mau masuk, dia tidak sengaja menyenggol kayu penyangga motor si bapak pedagang telor tersebut. Akibatnya, kiloan telor yang berada di atas motor jatuh begitu saja dan si penyenggol, hanya menghindari saja dan tanpa memasang perasaan bersalah akibat keteledorannya.
Memang sih, penyenggol tidak sengaja menyenggol motor si bapak sampai jatuh. Namun, jika tidak mengaku bahwa dia yang melakukannya, itu juga merugikan si bapak penjual telor. Komunikasi juga sangat diperlukan meskipun hal-hal yang tidak diinginkan terjadi seperti ini. Padahal, bukti fisik yang terlihat di cctv toko tersebut terlihat jelas bahwa penyenggol melakukan keteledoran menyenggol motor si bapak sampai jatuh dan beruntung masih ada 8 krat telor dan lima butir telor yang terselamatkan.

Namun, alangkah tulusnya si bapak pedagan telor yang diketahui dari Bali ini. Beliau mengikhlaskannya dengan hanya bilang "Biarin. Dianya nggak ngaku ya udah." Di tengah kondisi yang cukup sulit seperti ini, si bapak juga mungkin mengedepankan empatinya karena dia juga tahu bahwa kondisi sekarang ini kondisi sama-sama sulit semuanya. Si bapak yang masih rugi hari ini saja, bisa diganti dengan keuntungan di hari-hari berikutnya, sedangkan mungkin pikir si bapak, pelaku memiliki kondisi yang lebih memprihatinkan dari pada kondisi bapak yang kehilangan telur di motornya.

Ternyata ada hukum yang mengatur tentang tindakan merugikan akibat tidak sengaja. Pelaku bisa digugat secara perdata atas dasar perbuatan melawan hukum (PMH). Gugatan tersebut diatur dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata:


Kalau dilihat dari dasar hukum di atas, menurutku sih mending diikhlaskan saja sekalian hitung-hitung membantu meringankan beban orang lain meskipun secara tidak langsung diri sendiri yang terbebani karena kerugian. Keputusan si bapak pedagang telur adalah yang terbaik menurut bapak. Semoga rejekinya diganti dengan yang lebih baik lagi.