• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • PPKM Darurat Diperpanjang, Rakyat Dilema Antara Takut Terpapar atau Takut Lapar

hvzalfAvatar border
TS
hvzalf 
PPKM Darurat Diperpanjang, Rakyat Dilema Antara Takut Terpapar atau Takut Lapar


gambar

Belum juga habis masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat jilid satu yang ditetapkan mulai tanggal 3 Juli-20 Juli 2021, kini pemerintah sudah membuat kebijakan baru dengan memperpanjang masa PPKM hingga akhir Juli 2021. Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy.

Baca Juga : Sidang DPRD Solok Ricuh

Menteri PMK itu menginformasikan bahwa presiden Jokowi sudah memutuskan untuk memperpanjang masa PPKM hingga akhir Juli 2021 dalam rapat kabinet terbatas (Ratas). Pada pertemuan kali ini, selain menambah waktu PPKM darurat area Jawa-Bali Jokowi juga menyampaikan penyeimbangan disiplin warga tentang protokol kesehatan, standar PPKM, serta bantuan sosial kepada masyarakat.



gambar

Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) ini memang dijadwalkan pada 3 Juli hingga 20 Juli 2021 hal tersebut diambil pemerintah guna mengurangi dan menekan angka penyebaran Covid-19 yang melonjak penularannya pada dalam waktu dua tiga bulan terakhir. Untuk itu, kebijakan PPKM darurat dianggap keputusan paling tepat yang diambil oleh pemerintah. Tak hanya di area Jawa-Bali, PPKM darurat juga diterapkan di daerah luar pulau Jawa dan Bali.

Sejak PPKM darurat diberlakukan, pemerintah mulai menertibkan aktivitas masyarakat. Petugas keamanan mulai dari TNI, Polri, hingga Satpol PP mulai diturunkan untuk membantu proses penertiban. Namun, semua itu tidaklah berjalan mulus. Selalu ada hambatan yang terjadi di lapangan.



gambar

Aturan yang dibuat oleh pemerintah jelas sangat membatasi aktivitas masyarakat. Sejumlah perusahaan yang kategori non esensial harus menerapkan WFH 100 persen, kegiatan belajar mengajar mesti lewat daring, acara seni dan olahraga ditiadakan, transportasi umum kapasitas dibatasi hanya 70 persen, resepsi pernikahan dibatasi dengan tak lebih dari 30 orang yang hadir, serta toko makanan hanya menerima delivery atau take away dan tidak makan di tempat.

Baca juga

Risiko dari PPKM darurat ini tentu menjadi dilema bagi rakyat. Hal ini disebabkan antara takut terpapar dan takut lapar. Sedangkan di satu sisi, pemerintah belum memberikan solusi atas dasar masalah perut rakyatnya sendiri. Karena itu masih banyak masyarakat yang melanggar aturan dengan tetap berjualan melewati jam yang telah ditetapkan tentunya atas dasar ekonomi dan sesuap nasi.



gambar

Tetapi, masalah lain muncul ketika wabah Corona menjadi ancaman. Apalagi yang meninggal sebab virus ini bukan lagi di rumah sakit namun mereka yang sedang isoman pun ada yang meninggal. Wabah mematikan satu ini memang membuat pusing tujuh keliling, meski sejumlah kebijakan telah diputuskan.

Lalu, manakah yang harus dipilih antara takut terpapar atau takut lapar? Akankah isilah PPKM ini akan berubah menjadi Pelan-Pelan Kita mati.

Sumber :

Opini Pribadi
Diubah oleh hvzalf 20-08-2021 09:06
emineminna
motortuamalang
abahekhubytsany
abahekhubytsany dan 41 lainnya memberi reputasi
38
17.1K
502
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.8KAnggota
Tampilkan semua post
nomibAvatar border
nomib
#4
Saya mencoba memposisikan diri sebagai kepala negara atau pemerintah, memilih ppkm dampaknya rakyat susah, ekonomi anjlok, angka kriminalitas naik dll. Memilih hentikan ppkm, berdamai dgn covid, pertimbangannya apakah masyaralat dan negara sudah siap? Andai katakan kasus sudah turun, atau balik nol lagi sblm corona, trus anggep aja ada varian rasa baru muncul, tp rakyat ttp prokes alakadarnya saja atau bahkan full berdamai. Pasti ttp ada korban dan ga mungkin sedikit, walau persentase koitnya kecil. Rumah sakit penuh lagi dong, apakah sudah mampu negara ini bikin faskes spt wuhan cina dlm waktu singkat, apakah sdm nya cukup, trus yg paling utama ITU BIAYA SIAPA YANG NANGGUNG? Selama ini rakyat covid itu masuk faskes, vaksin dll dibayar pakai duit negara, oke lah pada bilang lah kan hak rakyat? Iya, tp kan alokasinya ga cuma buat kesehatan doang, lagian brp sih kita bayar pajak, brp sih premi bpjs kita per bulan? Sementara 1 pasien covid itu klo dah masuk bangsal intensif, sehari aja udah ngabisin 5-10jt, dan aku yakin di masa pandemi ini bpjs sudah ampir bangkrut krn klaim covid. Skrg aja denger2 dah ditake over ma kemenkes. Jadi gimana coba klo ente jd pemerintah?
1. Biarin negara bangkrut, dengan berdamai dengan copid.
2. Lakukan kebijakan dgn efektifitas rendah spt ppkm psbb, yah sekedar formalitas biar ga bangkrut tp juga nyelametin rakyat walau kecil.
3. Ketatin pengeluaran negara, mulai tegas dgn tikus2 negara dan benalu negara. Berdamai dgn covid, hapus covid dr bpjs. Jadi dikembalikan lagi ke rakyat, high risk high return. Berani tempuh resiko beraktifitas bersama covid, berani menanggung dengan uang pribadi jika kena covid. Pejabat negara diganti aja dgn tenaga kontrak klo ga mau kerja wfo, mereka udah dpt high return dr dulu skrg saatnya hadepin high risk nya, brace ur self.
Makasih udah buang2 waktu kalian. Hehe
pengennyusu
jiresh
blacktroya
blacktroya dan 48 lainnya memberi reputasi
45
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.