valkyr9Avatar border
TS
valkyr9
Pendekatan Indonesia ke Israel Perlu Diubah Jika Ingin Bantu Palestina Lebih Jauh


JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia disarankan untuk melakukan terobosan pendekatan jika ingin membantu menyelesaikan konflik Israel-Palestina dengan pemerintahan baru Israel. Terlebih mengingat cara lama Indonesia terbukti tidak efektif.

“Cara-cara yang dipakai Indonesia sejak 1948 terbukti tidak efektif, sudah mentok bahkan. Karena kekuatan Palestina sebagai suatu entitas politik pun makin tercerai berai,” ujar Dinna Prapto Raharja, Praktisi dan Pengajar Hubungan Internasional kepada Kompas.com pada Senin (14/6/2021).

Menurutnya, membangun hubungan dengan Israel menjadi suatu hal yang tidak terhindarkan saat ini.


Adapun dalam kenyataannya, sudah bertahun-tahun Indonesia dan negara-negara pesaing di Asia, menggunakan produk dan teknologi Israel yang memang terdepan di tingkat global.

Falam kenyataannya juga, menurut pandangan ahli membuka hubungan diplomatik tidaklah sama dengan mengakui, bahwa tindakan Israel kepada Palestina adalah benar.

“Hubungan diplomatik itu ada banyak dimensi, yang penting adalah kita punya strategi jelas, sigap dan taktis,” ujar Dinna yang juga pendiri Synergy Policies.


Posisi Indonesia dalam konflik Israel Palestina saat ini juga dinilai bisa lebih berpengaruh dan berpotensi mampu menekan "Negeri Zionis", yang kini dibawah pemerintahan Perdana Mentri baru Israel Naftali Bennett.

Hal itu terlihat dari sejumlah faktor seperti kondisi neraca perdagangan Israel yang defisit dengan Indonesia dan negara-negara ASEAN. Artinya, Indonesia memiliki keunggulan tertentu yang bisa dijadikan kekuatan untuk menekan Israel.

Selain itu, pasca terpilihnya pemerintahan baru Israel saat ini, kondisi di dalam “Negeri Zionis” sedang koyak persatuannya.

Masuknya kubu Arab ke koalisi pemerintah, dikhawatirkan justru membuat mereka kehilangan alasan untuk berbeda pendapat dengan kubu-kubu partai kanan di dalam Israel.

Faktor ketiga yang bisa menguatkan posisi Indonesia adalah karena Liga Arab dan OKI terbukti tidak bisa mengangkat isu Israel-Palestina. Apalagi saat ini, perekonomian mereka tertekan akibat Covid-19 dan kegagalan melakukan diversifikasi ekonomi.

“Indonesia bisa menjadi kekuatan alternatif di luar negara-negara Arab itu,” terang Dinna.

Jika serius membantu Palestina lebih jauh, Indonesia menurutnya sudah punya jalur untuk berinteraksi dengan berbagai pemangku kepentingan di dalam Israel dan Palestina.

Terlebih ketika jalur komunikasi, ekonomi dan politik dibuka.

“Indonesia juga punya alasan untuk lebih sigap dan akuntabel tentang perjuangan membela Palestina, dibandingkan kalau pasif saja seperti sekarang.”


https://www.kompas.com/global/read/2...page=all#page2

The definition of insanity is.. doing the same thing over and over.. and expecting different results.

--Albert Einstein--


Quote:




emoticon-Ngakak (S)emoticon-Ngakak (S)emoticon-Ngakak (S)
Diubah oleh valkyr9 15-06-2021 04:00
37sanchi
rajin.meremas
pakisal212
pakisal212 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
779
47
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
669.8KThread40.2KAnggota
Tampilkan semua post
The.Lord.of.UniAvatar border
The.Lord.of.Uni
#10
@angopmaksimal
Quote:

Kok versi masing masing . . . .
Elu buta sejarah, atau sengaja membutakan akal sehat elu sendiri?

Membutakan akal sehat elu karena udah terhipnotis dogma “tanah perjanjian” dan “bangsa pilihan tuhan”?

Quote:

Memang nggak bakalan selesai, karena pembentukan negara haram illegal Israel di wilayah Palestina dengan menginjak injak nilai moral, kemanusiaan, keadilan dan demokrasi. Biadab, kebiadaban yang didukung pula oleh AS dan Inggris, juga oleh kaum cebong kayak elu.

Quote:

Analogi elu kemana?
Analogi itu berdasarkan fakta yang ada, bukan dengan berhalusinasi kayak elu begini.

Kapan juga Indonesia mengklaim wilayah Singapura, Malaysia, Brunai, Philipina dan Timor Leste. Analogi elu, analogi di luar akal sehat, sesat pikir, logical fallacy, faulty comparison.

Gagal otak elu.
0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.