hugomaran
TS
hugomaran
Senja Hadirkan Dia Walau Sebentar






Genap seratus hari perpisahan, berbalut sedih antara ketiadaan dan getir hati yang merasuk memori hati ku saat itu. Ada yang menyebut perpisahan itu begitu sesak dalam bilik perasaan. Ada juga yang menyebut perpisahan adalah kenyataan yang sulit sekali untuk diterima.


Lalu, mengapa diri ini masih terpikul beban akan perpisahan yang sudah terlewati? Genangan pertanyaan yang terus tumpah disetiap lembaran hari yang kian berganti. "Apakah, kau merindukan dia?" tanya yang terus membunuh ku perlahan.


Hati manusia memang mudah layu dan meremuk patah, walau dipaksakan untuk menerima semua kenyataan yang terjadi.


Benar bahwa, kita memang memiliki cara untuk bersedih berbeda-beda. Seperti halnya diriku yang tidak dapat menerima setiap kenyataan, tetapi selalu mencoba diam untuk merelakan sebuah kepergian dengan sesak yang dalam.


Keabadian itu memang milik kita bersama. Tetapi merelakan kepergian seseorang yang begitu istimewa dalam hidup, nyatanya itu sungguh menyiksa hati.


Mau bagaimana, roda kehidupan terus berputar dan pada titik waktu tertentu. Akhirnya kita hanya dipisahkan dengan butir-butir air mata yang jatuh.


Mungkin itulah ekspresi atas kesedihan yang begitu dalam. Aku mengenang setiap kisah dengan dia yang telah pulang kepada kehidupan abadi. Kisah cinta yang baru tumbuh, kemudian redup seketika. Tuhan sungguh tidak adil !


Melia, gadis desa yang cantik, baik hati, yang memiliki jutaan kebaikan dalam dirinya. Aku sungguh merindukan hadirnya pada kehidupan ku sekali lagi, walau bermimpi saja aku akan bahagia.


Kisah cinta kita memang sederhana, namun ketulusan hati mu menerima setiap kekurangan pada diri ini membuat ku terus dihantui sosok dirimu.


Aku tahu, kini kau benar benar merasakan kebahagiaan di keabadian. Kau bahkan menertawakan aku yang begitu sedih mendengar kenyataan saat itu. Namun aku bisa apa?


Ragamu tidak lagi merasakan sakit, wajah manismu tidak lagi meneteskan air mata. Setiap hari aku hanya berpangku tangan, tanpa sadar mataku pun meneteskan air mata, akan kehilangan sosok dirimu.


"Mel, apa kabarmu?" Terpikirkah kau pada ku, di saat senja begini? Aku sedang menghangatkan air untuk kubuatkan secangkir kopi, Mel.


Ingatanku padamu tidak pernah selesai. Sesak sekali rasanya aku hidup tanpamu. Hadirmu dalam setiap malamku selalu ku tunggu sampai sekarang.


Wajahmu terus terbayang dikala senja itu hadir, alunan manja suara mu yang kas selalu tersengat disetiap saat aku sendiri menikmati kopi dan bernyanyi, bersama gitar kesayangan ku. Aku ditemani bersama perasaan yang terus meronta dalam hati.


Aku tahu, cinta kita tidak lagi seindah senja dan seharum kopi, kini raga kita benar-benar dipisahkan oleh-Nya.


Bisa saja rindu yang ku titipkan bersama tulisanku ini, kau tak akan membacanya. Sepertinya kau begitu sibuk, tengah menari bersama bintang dan bulan.


Maafkanlah aku. Aku yang tidak bisa lagi membacakan puisi yang kau suka. Di saat hari-hari kau sedang sakit seperti kemarin. Nomor telepon mu masih ku simpan sampai kini. Jangan marah, aku sering menelepon mu disaat senja itu datang.


Aku mengira, kau sedang sakit dan ingin mendengarkan lagi puisiku tentang, Jalan Pulang Petualang.Puisi yang benar-benar kau suka dari semua puisiku yang sederhana. Mel, aku merindukan mu.


Melia, tahukah kau perihal betapa tulusnya perasaan ku padamu saat itu? Cukup kau tahu dan memberikan doa yang baik dari tempat mu kepada ku.

Sekian.

Ilustrasi Gambar: Dokumen Pribadi
@hugomaran
Makassar, 20 April 2020
Diubah oleh hugomaran 15-07-2020 17:07
infinitesoulNadarNadznona212
nona212 dan 54 lainnya memberi reputasi
55
1.9K
78
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.3KThread•40.9KAnggota
Tampilkan semua post
hugomaran
TS
hugomaran
#27
Senja hadirkan kak @embunsuci walau sebentarđź’• di sini
embunsuci
embunsuci memberi reputasi
1
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.