Selamat pagi, siang, sore, petang, dan malam kawan - kawan kaskuser semua yang baik hati. Bertemu kembali di thread sederhana ane.




Sehubungan dengan larangan mudik yang disampaikan oleh pemerintah pada saat lebaran nanti, akhirnya tahun ini ane mudik lebih awal. Iyah, ane mudik di awal bulan puasa kemarin, buat mengantisipasi kalau larangan mudik lebaran benar jadi diberlakukan. Karena seperti yang kita tahu, pemerintah terkesan plin - plan menyikapi aturan mudik tahun ini. Sempat memperbolehkan, lalu melarangnya. Jadi, andaikan pun nanti larangan mudik ini benar diberlakukan, setidaknya ane udah lebih dulu sungkemke orang tua.

Pulang kampung saat bulan puasa mengingatkan ane pada memori masa kecil dulu. Saat itu ane diajari untuk puasa mbedug, sebutan untuk puasa setengah hari, yang buka puasanya yaitu saat bedug adzan dhuhur berkumandang. Ane dikasih waktu oleh orang tua ane untuk makan dan minum selama maksimal setengah jam, untuk selanjutnya berpuasa lagi sampai dengan adzan maghrib. Saat itu, orang tua ane tak pernah menjelaskan kalau puasa mbedug itu sebenarnya cuman latihan puasa aja. Ane mengira kalau puasa mbedug memang ada dan dikhususkan untuk anak kecil.

Selain mengingatkan tentang memori puasa mbedug, ingatan tentang buku kegiatan bulan Ramadhan juga membayang di benak ane. Iyah, buku kegiatan bulan Ramadhan yang semestinya digunakan untuk mencatat amal kebaikan selama bulan suci Ramadhan, namun ditangan ane (dan teman - teman ane juga sih) malah jadi ladang dosa. Kenapa begitu?



Jadi Sarang Dusta.



Buku kegiatan bulan Ramadhan berisi tentang semua kegiatan ibadah yang dilakukan selama bulan Ramadhan. Mulai dari checklist solat wajib, membaca Qur'an, checklist puasa, dan kegiatan taraweh. Jika ingin mendapat nilai bagus dari guru agama, semua kegiatan tersebut harus kita isi. Tapi, namanya juga anak - anak. Adakalanya rajin tapi lebih banyak malesnya. Supaya dapat nilai bagus, mau tak mau ya harus memalsukan isian. Misalnya, nggak sholat tapi diisi rajin sholat, nggak ngaji tapi di isi ngaji full dan seterusnya.



Mengisi Di Akhir Bulan.



Kalau mengisi buku kegiatan bulan Ramadhan itu seharusnya diisi setiap hari, tapi itu nggak berlaku buat ane. Cuman isian sholat taraweh aja yang ane rajin isi tiap hari, karena memang ane beneran rajin sholat taraweh. Selebihnya, isian sholat wajib 5 waktu dan baca Qur'an, ane rapel diakhir bulan, menjelang buku dikumpulkan. Pengisiannya pun ngawur, cuman isi aja random, ya - ya - tidak - tidak - ya, dengan maksud supaya guru tidak curiga - curiga amat karena terlalu rajin.



Tanda Tangan Nitip.



Sholat taraweh dan sholat jumat adalah dua kegiatan yang wajib dicatat secara rinci kegiatannya. Mulai dari nama masjid, nama imam, nama pengkhotbah, hingga materi yang dikhotbahkan. Bukan cuman itu, dibagian akhir laporan juga wajib membubuhkan tanda tangan pengkhotbah. Nah, bagian inilah yang sering ane curangin. Satu kali sholat taraweh, ane bisa minta tandatangan satu sampai tiga kali, buat jaga - jaga nanti kalau lagi males taraweh-an. Tapi itu sih masih mending, teman ane malah lebih parah lagi, orangnya nggak pernah ke masjid, cuman bukunya aja yang dititipin.

Meski buku kegiatan bulan Ramadhan bertujuan baik untuk melatih anak - anak rajin beribadah, namun kenyataannya banyak yang menyalahgunakan dan justru jadi media membuat dosa. Mungkin nggak semua ya, tapi sebagian besar. Seenggaknya beberapa teman ane juga melakukan hal yang sama. Entah, apakah saat itu guru agama ane tau dan pura - pura tidak tahu, ataukah memang benar - benar tidak tahu dan dibodohi murid - muridnya. Terlepas dari itu semua, nampaknya buku kegiatan bulan Ramadhan dijaman sekarang sudah ada perbaikan, misalnya adanya tandatangan orang tua pada setiap kegiatan yang dilakukan oleh anak. Ane harap sih pengalaman ane ini tidak untuk ditiru oleh anak - anak jaman sekarang.





Disclaimer : Asli tulisan TS
Referensi : Pengalaman TS
Sumur Gambar : Om Google