Gevaa111Avatar border
TS
Gevaa111
TETANGGA AJAIB


Sambil menenteng ember berisi pakaian kotor, beserta satu saset deterjen lengkap dengan sikat cucian, Yu Sarti berjalan pongah. Dadanya yang rata dia busungkan dari balik handuk kumal yang membungkus tubuhnya.

"Mengapa tak mencoba jujur kepada hati kita, kasih ...," senandungnya dengan suara sengau, lalu brak! Diempaskannya pintu kamar mandi yang terbuat dari seng itu dengan kencang.

"Oeee ... oeee ...." Pecahlah tangis bayiku demi mendengar suara gaduh itu. Baru saja dia terlelap setelah semalam begadang. Hmmm, kesal hatiku.

"Ma, kebelet beol," ujar Adrian, anakku yang kedua. Wajahnya merah hitam menahan hasrat.

"Bentar, masih ada Bude Sarti di kamar mandi," kataku.

"Kenapa Bude Sarti nggak mandi di rumahnya sendiri, sih?" timpal Anti, anak sulungku.

"Sst ... jangan keras-keras bicaranya. Bude Sarti memang nggak punya kamar mandi, makanya dia mandinya di sini. Apalagi kamar mandi kita kan di luar, nggak apa-apa ya. Lagian nggak ganggu kita, 'kan."

"Tapi Drian kebelet be ...."

Bruuut! Hancurlah pertahanan Adrian, jejaka lima tahunku itu Aku mulai panik. Si kecil Nina belum juga tidur, dan masih di gendongan. Sementara Mas Didin sudah berangkat berjualan cilok. Anti, sulungku yang duduk di bangku kelas empat Sekolah Dasar, masih rebahan di depan televisi tanpa paham situasi dan kondisi emaknya.

"Ibuuuk, adek bau eek!" seru Anti. Oh Tuhan, berilah hamba-Mu kesabaran.

Perlahan kuletakkan Nina di atas kasur, lalu secepat kilat kugendong Adrian ke dekat sumur. Sekalian saja dia kumandikan. Untung sabun baby milik Nina ada di luar.

Selesailah sudah. Aku lega.

Kuseka keringat yang meluncur dari pelipis.
Sudah hampir 45 menit Yu Sarti men-sumbang-kan suaranya di dalam kamar mandi. Benar-benar dia merasa kamar mandi adalah panggung konsernya sendiri.

Belum lama aku menggerutu tentangnya, wanita setengah tua itu keluar dengan handuk yang kembali melilit tubuh kurusnya.

Aku dapat bernapas lega karena Yu Sarti menyudahi konsernya. Dan itu berarti aku sudah bisa mandi.

Untung saja Anti libur sekolah sehingga aku tidak khawatir dia akan terlambat karena kamar mandinya disewa untuk acara konser dadakan itu.

Segera kutenteng pakaian gantiku menuju kamar mandi.

Tinggal beberapa langkah aku berjalan menuju kamar mandi, Kang Mijan, suami Yu Sarti pun sudah muncul di hadapanku.

"Aku sik yo, Bu," katanya tak berdosa, membuatku mendengkus kesal.

Dengan berat hati, aku kembali masuk ke dalam rumah.

Anti menatapku dengan penuh keheranan.

"Kenapa kamu lihat Ibuk gitu banget?" tanyaku.

"Ibuk kenapa, sih? Kok, wajahnya kusut gitu?" Anti balas bertanya.

Kuceritakan pada Anti tentang apa yang baru saja terjadi. Bukannya merasa prihatin dan memihakku, ia justru tertawa terbahak-bahak.

***

"Pak, kita harus bertindak. Ndak bisa kayak gini terus," kataku sepulang Mas Didin jualan.

"Ngapa meneh?" tanya suamiku sembari menggelosorkan badan di atas tikar depan televisi.

"Yu Sarti sama Kang Mijan. Makin lama makin ngelunjak mereka."

"Iya, lo, Pak, masa tadi Ibuk mau mandi malah Pakde Mijan minta duluan. Kasian, kan, Ibuk, padahal dasternya dah bau pesing diompolin Dik Nina," timpal Anti.

Mas Didin manggut-manggut. Dia sebenarnya paham akan kelakuan tetangga kami itu, hanya saja dia diam untuk menjaga hubungan antar tetangga. Apalagi kami baru di situ, mengontrak pula, meski secara hitam di atas putih, kami berhak sepenuhnya akan rumah kontrakan selama dua tahun ke depan.

"Ya, besok tak kasih pager bambu di depan. Biar mereka kalau mau masuk panggil-panggil kita dulu."

Aku setuju. Pikiran agak tenang malam itu. Rasakan kalian, dasar tetangga tidak tahu diri!

Hari Minggu tiba. Saatnya bersantai. Mas Didin pun libur jualan. Dia membeli beberapa potong bambu dan paku untuk membuat pagar.

Hari yang istimewa. Yu Sarti dan Kang Mijan berikut Mamat anak semata wayangnya pergi entah ke mana.

Tak butuh waktu lama, rumah kontrakanku sudah rapi dan tertutup pagar bambu dengan pintu kecil di samping kamar mandi, agar keluarga Yu Sarti mudah untuk masuk setelah kami bukakan.

"He! Bu! Ngapa kok ndadak dipager? Saya itu mau mandi, tau!" seru Yu Sarti esok paginya. Teriakannya membahana, membuat beberapa tetangga lain mendekat.

"Loh, kan, ini rumah saya yang ngontrak, Yu. Ya terserah saya, to, mau saya apakan," ujarku santai.

"Heh! Asal tau, ya, sebelum sampeyan ke sini, saya sudah lebih dulu numpang mandi di sini," balasnya tak mau kalah.

"Kan, dulu, pas rumah masih kosong. La sekarang dah ada yang ngontrak, ya, jadi urusan saya."

Adu mulut terjadi. Yu Sarti tetap tidak mau mengalah meski aku mengatakan bersedia membukakan pintu kalau dia ingin masuk dan menggunakan sumur serta kamar mandi.

"Kana, celuken er-te!" tantangnya lagi.

Diam-diam kusuruh Anti memanggil Pak Rohid, ketua RT kami.

"Sampeyan yang salah, Yu. Numpang kok melebihi yang punya rumah," bela Pak RT.

Yu Sarti mencak-mencak. Bak hitam yang biasa dia bawa-bawa untuk mencuci dibantingnya ke tanah hingga pecah. Handuk yang dipakai menutup tubuhnya melorot. Namun dia tak peduli. Yu Sarti meraung-raung sambil duduk di tanah seperti orang kesurupan.

"Mak, ayo mulih wae," ajak Kang Mijan.

"Isin, Mak!" timpal Mamat.

Dua lelaki itu menyeret tangan Yu Sarti, mengajaknya masuk ke rumahnya.

Sesudah drama penuh insiden itu, rumah kontrakanku nyaman. Kami bisa melakukan segala urusan rumah tangga tanpa terganggu.

Suamiku juga tak perlu setiap pagi olah raga geleng-geleng kepala karena melihat Yu Sarti lalu lalang dengan hanya berkemben handuk kumal itu.

Sampai suatu sore, Pak RT datang membawa stopmap batik.

"Pak Didin ada, Bu?"

"Belum pulang, Pak. Ada apa, ya?"

"Anu, Bu. Gini lo. Berhubung Yu Sarti sudah nggak boleh MCK di sini, sementara dia ndak punya kamar mandi dan sumur, kemarin Kang Mijan, suaminya, datang ke rumah saya, minta bantuan warga, untuk membuatkan kamar mandi dan sumur."

"Lalu?"

"Anu ...." Pak RT menggaruk-garuk kepalanya yang gundul.

"Anu apa, Pak. Yang jelas saja!" hardikku kesal. Peduli amat dia ketua RT sekalipun.

"Jika Ibu berkenan ...."

"Mau minta sumbangan untuk bikin sarana MCK-nya Kang Mijan?"

Pak RT tersenyum lebar.
nomorelies
69banditos
doelviev
doelviev dan 5 lainnya memberi reputasi
6
2.3K
15
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread41.4KAnggota
Tampilkan semua post
aditya0892aldyAvatar border
aditya0892aldy
#3
Yu Sarti kayane wong ngapak yah😂
Gevaa111
key.99
key.99 dan Gevaa111 memberi reputasi
2
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.