@milamaxanets

Kasus pernikahan dini di Indonesia kerap menghiasi media pemberitaan.

Pernikahan dini, melibatkan dua pasangan di bawah umur yang dari segala segi sebenarnya belum pantas untuk membina hubungan rumah tangga.

Menurut Badan Pusat Statistik, pada tahun 2015 sebanyak 91,12 persen anak perempuan yang menikah sebelum 18 tahun gagal menuntaskan pendidikan SMA.

Bukan hanya pendidikan yang bakal terbengkalai, pernikahan dini yang dilakukan anak perempuan juga beresiko pada keguguran dan kematian.

Sebagaimana menurut UNICEF, menyatakan jika perempuan yang melahirkan pada usia 10-14 tahun berisiko lima kali lipat meninggal saat hamil maupun bersalin dibanding dengan kelompok usia 20–24 tahun, dan risiko ini meningkat dua kali lipat pada usia 15–19 tahun.

Meski demikian, nyatanya kasus pernikahan dini bukan hanya terjadi di Indonesia saja, melainkan juga di negara luar.

Sebut saja di Ukraina, di mana baru-baru ini geger pernikahan anak berusia 8 dengan remaja 13 tahun.

Adalah Mila Maxanets, model cilik yang baru berusia 8 tahun menikah dengan Pavel Pai, selebram yang baru berusia 13 tahun.


pasha_pai

Tentu saja ini menjadi sorotan publik, terlebih dua bocah tersebut sudah tinggal bersama dan mendapat dukungan dari masing-masing orangtua di Kiev, Ukraina.

Orangtua mereka berpendapat jika tidak ada salahnya jika anak mereka tinggal bersama.

Hmm ... mengapa orangtua Mila dan Pai justru mendukung? Apa sekadar mencari sensasi? Demi popularitas yang menguntungkan? Atau memang mengeksploitasi anak?

Mereka membantah segala tuduhan miring dari publik, tetapi kritikan pedas terus mengalir.

Banyak yang mengecam persetujuan orangtua mereka atas pernikahan dini tersebut. Orangtua mereka dianggap telah melanggar moralitas. Sementara kedua bocah tersebut diminta agar dibawa ke tempat perawatan serta akun sosial media mereka diblokir.

Terlebih kedua anak tersebut memiliki jumlah pengikut yang banyak di media sosial. Hal itu tentu bisa membawa pengaruh negatif terhadap fans mereka, beresiko mulai ditiru oleh anak-anak yang mengidolakan mereka, sehingga juga bisa jadi mangsa empuk para pedofil.

Anak-anak dan remaja memang belum pantas menikah. Dari segi psikis maupun fisik, usia mereka belum disebut cukup mampu. Sebab menikah bukan cuma sekadar dua orang, pria & wanita, yang tinggal bersama.

Di Indonesia sendiri, batas usia pernikahan antara laki-laki dan perempuan adalah sama, yakni 19 tahun, sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 16 Tahun 2019.

Usia 19 tahun dinilai telah memasuki fase remaja akhir, dimana struktur dan pertumbuhan reproduktif hampir komplit dan telah matang secara fisik. Sementara dari segi karakter, di usia tersebut seseorang memiliki mental stabil sehingga dianggap telah mampu membina hubungan yang stabil dengan lawan jenis, dapat menyeimbangkan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain, serta mulai jelas identitas sosialnya.

Berbeda dengan UU pernikahan, menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), usia ideal pernikahan adalah 21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki.

Sebab, bila ditinjau dari segi kesehatan, usia 20-25 tahun bagi perempuan dan 25-30 tahun bagi pria telah matang secara biologis dan psikologis, sehingga dengan kematangan tersebut akan membuat pasangan siap untuk hidup berumah tangga serta menciptakan hubungan yang berkualitas.

Jadi memang, alangkah lebih baik jika pernikahan anak di bawah usia 18 tahun sebaiknya tidak dilakukan. Di bawah 18 tahun, masih tergolong anak-anak.

Pastinya, pernikahan dini bukanlah solusi, bahkan menurut ane bisa membawa kerugian bagi masa depan anak. Di sinilah peran orangtua juga sangat berpengaruh.

Bagaimana menurut GanSis?


___o0o___

referensi