Jadul banget

Biasanya kalo orang main game kan buat menghilangkan kantuk tuh, nah ini ada game yang kalo dimainkan justru malah membuat pemainnya ngantuk. Gimana enggak ngantuk coba, tampilan game nya hitam putih, kayak film Jepang zaman kemerdekaan dulu. Tapi kalo mau melihat dari cara mainnya, game ini juga enggak buruk – buruk amat untuk sekelas game bertema jadul.

Nama game yang ane maksud adalah The Westport Independent (ribet banget namanya). Denger namanya aja udah enggak yakin mau install atau enggak. Apalagi setelah melihat ikon game nya yang antik banget, yaitu gambar tangan orang sedang menggenggam koran. Tapi karena ane pengen tahu juga sebenarnya ini mainnya gimana, jadi ane coba lah untuk install di hape lawas ane.

Karena termasuk game lawas, TWI mudah diinstall dan enggak begitu menyedot memori di hape. Apalagi kalau install yang versi lawas, kemungkinan besar bakal lancar aja saat main. Setelah diinstal, ane coba main. Awalnya sempat males juga soalnya dari openingnya aja bikin pengen tutup aplikasi. Di opening game ini ada gambar asbak dan puntung rokok, dan ada tulisan “game about censorship, corruption and newspapers”. Bayangan ane pertama kali, wah berat nih.


Serius amat tagline nya


Tampilan sederhana


Dapat pesan bre!

Tapi karena udah terlanjur membuka game nya, jadinya nyoba lah buat main meski enggak ada niat. Baru mulai main, ane udah dapat pesan dari kubu Loyalis. Kubu loyalis itu kelompok pendukung pemerintah, yang mengirim pesan berisi tentang bagaimana ane sebagai seorang editor koran menjalankan tugas dengan baik. Pikir ane pertama kali, serius amat ini game.

Tapi tetep ane lanjutin, lalu ane dibawa ke meja kerja ane dan disana ane disodorkan beberapa artikel untuk diedit. Nah cara bermainnya ini sebenarnya mudah sih, cukup membaca satu per satu artikel itu lalu membuang kata – kata yang kurang pantas untuk diterbitkan di koran. Sampai disini ane baru tahu, kalau seorang editor itu kudu jeli dalam menggunakan kata dan kalimat dalam tiap artikelnya.


Corat sana - coret sini, la la laa..

Setelah dicek satu per satu, tugas ane selanjutnya adalah memberikan draft artikel itu ke empat penulis ane. Ane bebas menawarkan artikel kepada penulis yang mana saja, asal ane tahu kalau artikel itu enggak bakal bikin masalah sama penulisnya. Contoh penulis ane yang bernama Phil, profilnya dia orangnya pendukung pemerintah, jadi ane enggak bisa dong memaksa dia untuk menulis rencana gerakan pemberontakan. Kalau pun ane paksa, sebenarnya bisa tapi setelah itu ane bakal ditegur sama pihak loyalis tadi. Makanya kudu tahu tentang profil penulisnya dulu.


Profil salah satu penulis ane, dia pro pemerintah bre

Setelah masing – masing penulis sudah menyelesaikan artikel, giliran ane yang menata artikel itu ke dalam koran. Ane bisa pilih berita selebritis yang nongol di halaman depan, atau artikel tentang peristiwa pemboman kawasan industri juga bisa aja. Intinya adalah bagaimana menarik perhatian pembaca dengan halaman awal, sehingga mereka mau membeli koran ane nanti.


Empat daerah tempat koran ane dijual, tiap daerah punya berita favorit


Ngopi sambil ngegosip, kegiatan para penulis setelah menyelesaikan tugasnya

Koran ane bakal dijual di empat daerah, dan masing – masing daerah punya ciri khas tersendiri dalam memilih berita. Contoh di Northern Suburb, berita tentang artis dan dunia hiburan lebih digemari. Sedangkan di daerah Southern Docks, berita tentang criminal punya nilai tinggi. Jadi ane tinggal menyesuaikan aja dengan preferensi mereka, semakin cocok dengan kesukaan mereka, maka semakin banyak koran yang terjual.


Tugas ane sebagai editor adalah menata berita di koran, makin menarik makin laris

Setelah itu barulah ane disodorkan hasil penjualan koran berupa statistik ringan, yang isinya seberapa terkenal koran ane dan seberapa bagus tanggapan pembaca. Setelah melihat cara main TWI di minggu pertama, ane jadi tertarik untuk melanjutkan sedikit demi sedikit. Di minggu ketujuh, ane sempat bikin keteledoran yaitu menayangkan berita tentang pembakaran rumah, di artikel itu ane lupa mencoret kalimat yang menuduh kubu pemberontak adalah pelaku pembakaran itu.


Enggak kerasa udah minggu ke 7 aja


Dapat pesan dari kubu pemberontak nih, gabung gak yaa~


Minggu terakhir sebagai editor, tetiba aja udah tamat ini game

Jadinya ane ditegur dan seorang penulis ane harus dibebastugaskan. Tapi ane terus lanjut ke minggu delapan sampai minggu terakhir yaitu minggu keduabelas. Di akhir game bakal diceritakan apa saja yang terjadi terhadap koran ane, penulis ane dan negara yang bersangkutan.


Grafik sederhana tentang penjualan koran, enggak banyak tapi juga enggak bikin ane terhenyak


Ternyata koran ane enggak populer, apa karena kurang garam ya wkwkwk

Meski game ini bikin ane ngantuk, tapi setidaknya ane menjadi tahu dikit – dikit tentang bagaimana seorang editor bekerja, dan ane rasa itu enggak mudah karena tanggungjawab seorang editor bukan hanya kepada dirinya dan para penulisnya, tapi juga bisa mempengaruhi hidup orang – orang di sekitar tempat koran ane berada. Mantap lah ini game, untuk tampilan ane kasih skor 5, tapi kalau untuk cara mainnya ane beri 9. Eh ketinggian, 8 aja deh. Enggak jadi, 7 aja.


Cerita penutup


Isinya tentang nasib koran ane


Dan para penulis nya yang udah bekerja sama

Happy gaming agan sista.

Sumber Ilustrasi: Dok. Pribadi