- Beranda
- The Lounge
Kehilangan? Bagaimana rasanya tentang sebuah ‘kehilangan’?
...
TS
zulmusarofah
Kehilangan? Bagaimana rasanya tentang sebuah ‘kehilangan’?
Hallo, apa kabarnya Agan dan Sista?
Semoga sehat selalu dan selalu dalam lindungan-Nya. Dalam masa pandemi, jaga kesehatan dan jangan lupa terapkan protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah.
Semoga sehat selalu dan selalu dalam lindungan-Nya. Dalam masa pandemi, jaga kesehatan dan jangan lupa terapkan protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah.
Kesempatan kali ini saya ingin mengikuti kegiatan seru-seruan Nge-Thread bareng KOMPAK. Thread kali ini bertemakan “Kehilangan”.
Mendengar kata Kehilangan biasanya merujuk tentang kesedihan dan kesakitan. Jikalau dalam KBBI kehilangan memiliki arti ‘hal hilangnya sesuatu, kematian, menderita sesuatu karena hilang’, tetapi sebuah kehilangan tidak hanya tentang kematian, ya. Seperti masa pandemi saat ini, banyak masyarakat merasakan kehilangan. Entah itu kehilangan tentang sebuah kematian, pekerjaan, kesempatan, waktu, maupun kehilangan semangat.
Kehilangan apa sih yang paling Agan dan Sista takuti?
Setiap individu pasti memiliki pendapat masing-masing, bisa berbeda antara satu sama lain atau justru memiliki kesamaan. Kehilangan apa pun itu akan menimbulkan bekas tersendiri dalam hati maupun pikiran setiap individu. Apalagi kehilangan sesuatu yang sangat berharga dalam hidupnya, setiap kenangan akan terus melekat. Walaupun perilaku individu yang terlihat sudah melupakan, sejatinya setiap momen berharga akan tetap terkenang rapi di dalam hati.
Selama kita hidup di bumi, setiap orang memiliki cerita sendiri tentang sebuah luka. Berbeda individu, berbeda cerita. Lalu, kehilangan versi saya apa saja? Yuk cek, baca sampai selesai.

Dokpri
1. Kehilangan Kepercayaan Diri
Ini terjadi sewaktu saya duduk di bangku sekolah SD. Masa kanak-kanak tidak jauh dari namanya bandel dan nakal, ya. Masa kanak-kanak zaman dahulu dan sekarang jauh berbeda. Jikalau dulu anak-anak di siang hari bermain bersama, bermain permainan tradisional. Zaman sekarang, anak-anak sudah nyaman duduk di rumah sembari memainkan ponsel pintar milik mereka. Kalau menurut saya lebih menyenangkan permainan tradisional dahulu daripada zaman sekarang.
Walaupun menyenangkan, ada hal yang hilang dari saya. Saya kehilangan kepercayaan diri sehingga menjadi pribadi yang sedikit tertutup, pendiam, dan pemalu. Semua berawal dari kenakalan teman kelas yang sering kali nakal dengan teman kelas lainnya termasuk saya, hal itu berhasil membuat saya kehilangan kepercayaan diri dan sulit mempercayai orang lain. Jika dilihat keceriaan saya memang tidak hilang secara total, tetapi ada luka sendiri yang saya sembunyikan karena ketakutan tentang sebuah perundungan.
Karena itu, sering kali saya merasa kesal jika mendengar tentang perundungan. Dari perundungan banyak sekali akibat buruk yang dialami korban. Entah itu tentang kepercayaan diri, mental dan psikis. Resiko ini tidak main-main, bisa beresiko jangka panjang. Seperti saya, mulai kembali mengekspresikan diri ketika duduk di bangku SMK walaupun masih terbayang-bayang ketakutan perundungan. Setelah lulus, saya merasa lebih bisa mengenali diri setelah mengenal dunia kepenulisan. Menjadi pribadi yang lebih terbuka dan berani mencoba untuk lebih menunjukkan diri.
Jika ditanya apakah masih ada rasa takut dan bayangan dari hal di atas, saya jawab masih. Tetapi begitu, saya selalu mencoba mengabaikan hal itu semua agar diri saya merasa nyaman dan berusaha lebih mencintai diri sendiri.
Maka dari itu, saya selalu mencoba untuk mengingatkan diri agar lebih menjaga sikap dan omongan agar tidak melukai orang lain. Apalagi sampai menghilangkan kepercayaan diri orang lain. So, Agan dan Sista. Yuk, kita mencoba agar terlebih dahulu memikirkan kata-kata yang akan keluar dari bibir kita. Begitu juga saat berkomentar di media sosial.

Dokpri
2. Kehilangan Semangat Untuk Bangkit
Setelah mengalami kegagalan, banyak orang yang kehilangan semangat untuk kembali bangkit. Salah satu contohnya saya. Kegagalan dalam mencari pekerjaan, bekerja, dan memasuki Universitas impian. Perjuangan saya mungkin masih belum seberapa dibandingkan individu di luaran sana. Tetapi, kegagalan itu ternyata berhasil membuat saya kehilangan semangat dan sampai jatuh sakit. Apalagi kala itu sewaktu ujian masuk Universitas juga terkendala pandemi yang harus stay at home. Sistem ujian yang berbeda dengan tahun lalu karena harus menyesuaikan keadaan saat itu.
Setiap keinginan kita, tidak selalu berjalan lancar karena Tuhan sudah menyiapkan takdir sendiri untuk kita. Mencoba untuk memahami dan menerima keadaan sering kali saya renungkan, rasa lelah sering kali membuat saya menangis dalam diam. Tetapi, jika kembali mengingat setiap mimpi yang terpendam dalam pikiran. Hati kecil selalu mengingatkan untuk bangkit. Hingga akhirnya saya mencoba untuk menerima setiap hal yang ada dan menjadikan semua itu adalah kenangan yang harus dijadikan pembelajaran hidup, bahwa Tuhan telah menyiapkan takdir terbaik untuk hamba-Nya dan sebagai manusia hanya perlu berusaha dan berdoa.
Dua hal di atas adalah kehilangan yang paling menyakitkan bagi saya. Kemudian kehilangan apa yang paling saya takuti adalah Kehilangan Jati Diridan Kehilangan Orang Yang Berharga. Teringat dua hal tersebut membuat hati merasa begitu nyeri.
Kehilangan adalah sesuatu yang pasti terjadi di setiap hidup individu, hal tersebut sangat menyakitkan tetapi tidak bisa dihindari. Kita hanya harus menyiapkan mental dalam diri agar siap menghadapinya.
Mengingat sebuah kehilangan itu pastinya akan menyakitkan. Apalagi membayangkan sebuah kehilangan, itu sesuatu hal yang sulit untuk dilakukan.
Jika mengingat peribahasa ‘Mati satu tumbuh seribu’, hal itu mengingatkan bahwa jika satu kesakitan akan ada seribu kebahagiaan yang menanti.
Kehilangan adalah sesuatu yang pasti terjadi di setiap hidup individu, hal tersebut sangat menyakitkan tetapi tidak bisa dihindari. Kita hanya harus menyiapkan mental dalam diri agar siap menghadapinya.
Mengingat sebuah kehilangan itu pastinya akan menyakitkan. Apalagi membayangkan sebuah kehilangan, itu sesuatu hal yang sulit untuk dilakukan.
Jika mengingat peribahasa ‘Mati satu tumbuh seribu’, hal itu mengingatkan bahwa jika satu kesakitan akan ada seribu kebahagiaan yang menanti.
Thread kali ini segitu saja. Sampai jumpa di thread selanjutnya, Agan dan Sista. ✋✋
Kebumen, 07 Februari 2021.
Zul Musarofah
Zul Musarofah
tien212700 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
1K
16
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
1.3MThread•103.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
zulmusarofah
#1
Kehilangan? Bagaimana rasanya tentang sebuah ‘kehilangan’?
Hallo, apa kabarnya Agan dan Sista?
Semoga sehat selalu dan selalu dalam lindungan-Nya. Dalam masa pandemi, jaga kesehatan dan jangan lupa terapkan protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah.
Semoga sehat selalu dan selalu dalam lindungan-Nya. Dalam masa pandemi, jaga kesehatan dan jangan lupa terapkan protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah.
Kesempatan kali ini saya ingin mengikuti kegiatan seru-seruan Nge-Thread bareng KOMPAK. Thread kali ini bertemakan “Kehilangan”.
Mendengar kata Kehilangan biasanya merujuk tentang kesedihan dan kesakitan. Jikalau dalam KBBI kehilangan memiliki arti ‘hal hilangnya sesuatu, kematian, menderita sesuatu karena hilang’, tetapi sebuah kehilangan tidak hanya tentang kematian, ya. Seperti masa pandemi saat ini, banyak masyarakat merasakan kehilangan. Entah itu kehilangan tentang sebuah kematian, pekerjaan, kesempatan, waktu, maupun kehilangan semangat.
Kehilangan apa sih yang paling Agan dan Sista takuti?
Setiap individu pasti memiliki pendapat masing-masing, bisa berbeda antara satu sama lain atau justru memiliki kesamaan. Kehilangan apa pun itu akan menimbulkan bekas tersendiri dalam hati maupun pikiran setiap individu. Apalagi kehilangan sesuatu yang sangat berharga dalam hidupnya, setiap kenangan akan terus melekat. Walaupun perilaku individu yang terlihat sudah melupakan, sejatinya setiap momen berharga akan tetap terkenang rapi di dalam hati.
Selama kita hidup di bumi, setiap orang memiliki cerita sendiri tentang sebuah luka. Berbeda individu, berbeda cerita. Lalu, kehilangan versi saya apa saja? Yuk cek, baca sampai selesai.

Dokpri
1. Kehilangan Kepercayaan Diri
Ini terjadi sewaktu saya duduk di bangku sekolah SD. Masa kanak-kanak tidak jauh dari namanya bandel dan nakal, ya. Masa kanak-kanak zaman dahulu dan sekarang jauh berbeda. Jikalau dulu anak-anak di siang hari bermain bersama, bermain permainan tradisional. Zaman sekarang, anak-anak sudah nyaman duduk di rumah sembari memainkan ponsel pintar milik mereka. Kalau menurut saya lebih menyenangkan permainan tradisional dahulu daripada zaman sekarang.
Walaupun menyenangkan, ada hal yang hilang dari saya. Saya kehilangan kepercayaan diri sehingga menjadi pribadi yang sedikit tertutup, pendiam, dan pemalu. Semua berawal dari kenakalan teman kelas yang sering kali nakal dengan teman kelas lainnya termasuk saya, hal itu berhasil membuat saya kehilangan kepercayaan diri dan sulit mempercayai orang lain. Jika dilihat keceriaan saya memang tidak hilang secara total, tetapi ada luka sendiri yang saya sembunyikan karena ketakutan tentang sebuah perundungan.
Karena itu, sering kali saya merasa kesal jika mendengar tentang perundungan. Dari perundungan banyak sekali akibat buruk yang dialami korban. Entah itu tentang kepercayaan diri, mental dan psikis. Resiko ini tidak main-main, bisa beresiko jangka panjang. Seperti saya, mulai kembali mengekspresikan diri ketika duduk di bangku SMK walaupun masih terbayang-bayang ketakutan perundungan. Setelah lulus, saya merasa lebih bisa mengenali diri setelah mengenal dunia kepenulisan. Menjadi pribadi yang lebih terbuka dan berani mencoba untuk lebih menunjukkan diri.
Jika ditanya apakah masih ada rasa takut dan bayangan dari hal di atas, saya jawab masih. Tetapi begitu, saya selalu mencoba mengabaikan hal itu semua agar diri saya merasa nyaman dan berusaha lebih mencintai diri sendiri.
Maka dari itu, saya selalu mencoba untuk mengingatkan diri agar lebih menjaga sikap dan omongan agar tidak melukai orang lain. Apalagi sampai menghilangkan kepercayaan diri orang lain. So, Agan dan Sista. Yuk, kita mencoba agar terlebih dahulu memikirkan kata-kata yang akan keluar dari bibir kita. Begitu juga saat berkomentar di media sosial.

Dokpri
2. Kehilangan Semangat Untuk Bangkit
Setelah mengalami kegagalan, banyak orang yang kehilangan semangat untuk kembali bangkit. Salah satu contohnya saya. Kegagalan dalam mencari pekerjaan, bekerja, dan memasuki Universitas impian. Perjuangan saya mungkin masih belum seberapa dibandingkan individu di luaran sana. Tetapi, kegagalan itu ternyata berhasil membuat saya kehilangan semangat dan sampai jatuh sakit. Apalagi kala itu sewaktu ujian masuk Universitas juga terkendala pandemi yang harus stay at home. Sistem ujian yang berbeda dengan tahun lalu karena harus menyesuaikan keadaan saat itu.
Setiap keinginan kita, tidak selalu berjalan lancar karena Tuhan sudah menyiapkan takdir sendiri untuk kita. Mencoba untuk memahami dan menerima keadaan sering kali saya renungkan, rasa lelah sering kali membuat saya menangis dalam diam. Tetapi, jika kembali mengingat setiap mimpi yang terpendam dalam pikiran. Hati kecil selalu mengingatkan untuk bangkit. Hingga akhirnya saya mencoba untuk menerima setiap hal yang ada dan menjadikan semua itu adalah kenangan yang harus dijadikan pembelajaran hidup, bahwa Tuhan telah menyiapkan takdir terbaik untuk hamba-Nya dan sebagai manusia hanya perlu berusaha dan berdoa.
Dua hal di atas adalah kehilangan yang paling menyakitkan bagi saya. Kemudian kehilangan apa yang paling saya takuti adalah Kehilangan Jati Diridan Kehilangan Orang Yang Berharga. Teringat dua hal tersebut membuat hati merasa begitu nyeri.
Kehilangan adalah sesuatu yang pasti terjadi di setiap hidup individu, hal tersebut sangat menyakitkan tetapi tidak bisa dihindari. Kita hanya harus menyiapkan mental dalam diri agar siap menghadapinya.
Mengingat sebuah kehilangan itu pastinya akan menyakitkan. Apalagi membayangkan sebuah kehilangan, itu sesuatu hal yang sulit untuk dilakukan.
Jika mengingat peribahasa ‘Mati satu tumbuh seribu’, hal itu mengingatkan bahwa jika satu kesakitan akan ada seribu kebahagiaan yang menanti.
Kehilangan adalah sesuatu yang pasti terjadi di setiap hidup individu, hal tersebut sangat menyakitkan tetapi tidak bisa dihindari. Kita hanya harus menyiapkan mental dalam diri agar siap menghadapinya.
Mengingat sebuah kehilangan itu pastinya akan menyakitkan. Apalagi membayangkan sebuah kehilangan, itu sesuatu hal yang sulit untuk dilakukan.
Jika mengingat peribahasa ‘Mati satu tumbuh seribu’, hal itu mengingatkan bahwa jika satu kesakitan akan ada seribu kebahagiaan yang menanti.
Thread kali ini segitu saja. Sampai jumpa di thread selanjutnya, Agan dan Sista. ✋✋
Kebumen, 07 Februari 2021.
Zul Musarofah
Zul Musarofah
0