Sinopsis
Kita mulai dari awal dimana "spark" itu dimulai.
Cinta pada pandangan pertama? Atau hanya murni naksir saja?

Banyak hal yang menyebabkan bagaimana pandangan itu bisa berbelok pada sosok yang membuat dadamu berdetak keras, apakah dari wajahnya, bajunya, gaya rambutnya, aromanya, kharismanya, atau hal lainnya.
Itu bisa terjadi pada banyak orang, teman kuliah, pengunjung kafe, lewat di bandara, penumpang kendaraan umum, dan lain sebagainya. Dan lebih aneh lagi, seseorang pun bisa baruterpana pada orang yang sudah mereka tahu cukup lama, sehingga image yang selama ini mereka tahu kini seolah-olah berubah kebalikannya; mereka sering melakukan pendekatan dari hal biasa hingga yang cukup mengherankan demi mengharap beberapa detik perhatiannya teralih pada mereka.

Semakin lama mereka "berimajinasi" mengenalnya, semakin mereka optimis akan hubungan dengan "sosok imajinasi mereka", memulai hubungan positif dan berkualitas dengan lingkungan yang penuh cinta. Oh inilah surga (dalam pikiran).
Dalam kenyataan, banyak sekali orang yang mengabaikan faktor-faktor kenyataan yang dapat menjegal hubungan mereka, tapi begitulah takdir cinta dalam imajinasi. Surga imajinasi tidak mengenal kata luka dan sakit, sehingga tanpa sadar jurang kekecewaan sudah hadir di depan mereka.

Kenyataan yang berbeda
Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga. Istilah ini cukup tepat untuk mendeskripsikan situasi tersebut. Ironisnya, untuk mengurangi imajinasi indah tersebut, seseorang harus benar-benar berinteraksi dengan sosok pujaannya secara langsung lewat interaksi normal layaknya interaksi sering dilakukan dengan orang lainnya.
Tak perlu mendengar cerita hidup idolamu sejak bayi, kadang hanya butuh beberapa baris ucapan untuk menyadarkan kamu jika sosok imajinasimu itu tidak nyata. Kekecewaan itu nyata adanya, walaupun beberapa orang masih tidak mau mengakuinya dan tetap menyimpan fantasi tersebut dalam ruang kecil di hatinya; interaksi intim dan kenangan palsu, walaupun mereka tahu itu tidak sehat dan menghabiskan banyak waktu dan energi mereka.

Apakah ketertarikan dapat merusak hubungan yang sudah ada?
Bayangkan jika kamu sedang belanja dengan pasanganmu, tiba-tiba pasanganmu melepas tanganmu dan memalingkan muka pada diskon yang tertera pada salah satu bilik belanja; diskon 90%, dan tak hentinya dia membicarakan itu sepanjang perjalanan pulang. Hal yang harus dimaklumi, tapi adakah rasa sebal di hatimu?

Penelitian yang sudah ada (referensi: Charlene F. Belu dan Lucia F. O'Sullivan) menunjukkan bahwa hubungan "lain" dapat merusak hubungan yang telah ada. Banyak yang tidak menyadari bahwa terlalu fokus pada hal yang lain dapat membahayakan stabilitas hubungan yang telah dibina.
Tentunya banyak orang yang menyangkal karena hal ini tidak begitu terlihat, tetapi bagi pasangan yang merasakan, akan ada perubahan perhatian dan perbuatan yang cukup berbeda; tidak secara signifikan, tetapi konstan dan semakin menurun.

Kesimpulan: Daya tarik hubungan yang autentik dan nyata
Seindah apapun aurora dan matahari terbenam, tetaplah Bumi yang terbaik karena disana tempatmu hidup dan berpijak.
Hubungan yang sehat adalah hubungan yang nyata dan berkembang lewat berproses; berbagi pengalaman dan membangun kepercayaan secara konsisten dan stabil.
Daripada mencari suatu keindahan dari fantasi bersama orang asing yang terlihat menarik dan seringkali berujung kekecewaaan, akan lebih ideal untuk menghabiskan waktu untuk mengenal banyak orang yang benar-benar telah menujukkan hal positif secara nyata yang dapat meningkatkan kualitas hubungan yang telah dibentuk.

Patrick, Wendy L. 2021. “Why You Have Romantic Feelings for Someone You Hardly Know.” Psychology Today: https://www.psychologytoday.com/us/b...u-hardly-know. Accessed January 28th 2021.
Belu, Charlene F., and Lucia F. O’Sullivan. 2019. “Roving Eyes: Predictors of Crushes in Ongoing Romantic Relationships and Implications for Relationship Quality.” Journal of Relationships Research 10 (January). doi:10.1017/jrr.2018.21.
Erickson, Sarah E., and Sonya Dal Cin. 2018. “Romantic Parasocial Attachments and the Development of Romantic Scripts, Schemas and Beliefs among Adolescents.” Media Psychology 21 (1): 111–36. doi:10.1080/15213269.2017.1305281.