Kenapa tidak perlu ?



Let me tell you the story…

Saya sudah berencana melakukan perjalanan dan memesan tiket PP/pulang pergi dengan rincian sbb;

a. 30 Des 2020 Denpasar- Balikpapan
b. 4 Januari 2021 Balikpapan-Denpasar
 
Pada tanggal 28 Desember 2020 saya melakukan test swab antigen di salah satu Laboratorium klinik ternama di negri ini sebagai salah satu syarat agar dapat melakukan penerbangan domestik.




Hasilnya Negatif,  berarti saya sehat dan dapat melangsungkan perjalanan. Saya pun berangkat sesuai jadwal.

So far so good hingga tibalah waktu ingin pulang kembali ke Bali.

Disini masalah timbul

Di surat Edaran Dari Gubernur Bali no 2021 Tahun 2020


Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 2021 Tahun 2020

Pada pasal 2 Pelaku Perjalanan dalam Negri (PPDN)  yang akan memasuki wilayah bali harus mengikuti Ketentuan sebagai berikut:

d. Surat keterangan hasil uji swab berbasis PCR dan hasil Negatif Uji Rapid Test Antigen berlaku selama 14 (empat belas) hari setelah diterbitkan.
f. bagi PPDN yang berangkat dari bali, surat keterangan hasil negatif uji swab berbasis PCR atau Rapid Test Antigen yang masih berlaku dapat digunakan untuk perjalanan kembali ke Bali.

Kenapa ini jadi masalah?

Saya awalnya dari Bali Terbang ke Balikpapan dan Kembali lagi Bali. Dalam hal ini saya bisa mengacu pada Surat Edaran nomor  2021 tahun 2020. Ternyata ada perbedaan persepsi antara KKP di Balikpapan dalam menerjemahkan Surat Edaran tsb. Yang paling parah dan menjengkelkan malah petugas KKP sepertinya tak tau perihal surat edaran Pergub Bali disebut diatas. Dia hanya mengatakan “Masuk bali harus SWAB PCR! ” Ketika  saya mengatakan tujuan perjalanan saya. 
Saya Jelaskan saya datang dari Bali ke Balikpapan tanggal 30 des 2020, kemudian sekarang saya akan kembali ke Bali hari ini 4 Jan 2021 sembari menunjukkan surat edaran diatas kepada petugas KKP. Surat hasil negatif SWAP antigen saya ini baru berusia 7 hari perhari ini, ujar saya kesal.

Kemudian akhirnya dengan ketus petugas KKP menyuruh saya bertanya pada petugas maskapai yang saya gunakan. Sudah saya duga, petugas di konter maskapai ini pun ga bisa berbuat apa kecuali mangut-mangut kepada KKP. 
Di benak saya sudah berkata, “Pasti dioper sana sini dah.” Benar saja petugas di maskapainya ,” Coba tanya sama KKP!”

Khannnnn……..

Menurut saya mereka tidak tau, tidak mau tau dan boro-boro mau bantu wkwkwk. Petugas maskapai sendiri tidak berdalih memiliki update pergub bali, namun tidak bisa menunjukkan bukti update yang dia maksud. Saya sampai terkagum-kagum 😊


So, what is my Point?

> Peraturan, Pergub, Surat Edaran dan UU itu buat apa sih?
> Kita ikut peraturan tetap dipersulit, gimana kalo ga ikut?
> Ga heran banyak orang yang mikir bahwa Rapid Test, SWAB antigen, SWAP PCR ini adalah akal2an para pemangku kekuasaan dan pihak2 terkait untuk mengeruk CUAN.
> Disini peraturannya beda, disana beda. Padahal sama-sama Indonesia. 
> Apa masa aktif Rapid Test, SWAB antigen, PCR SWAB berbeda di tiap  daerah?


Saya tidak menyesali uang yang saya keluarkan kemudian buat test SWAB PCR. Jumlahnya lumayan sih. Saya sayangkan adalah kita harus berkompromi dengan peraturan yang ada dan sudah dikeluarkan.

Saya harus tinggal sehari lagi di Balikpapan sembari menunggu hasil SWAP PCR

Saya harus Reschedule Penerbangan

Saya harus Izin dari Pekerjaan saya.

Disclaimer:
Saya tidak bermaksud menjelek-jelekkan sebuah instansi. Saya percaya di instansi itu juga banyak orang baik yang memudahkan orang lain.
Ini menurut perspektif saya sesuai yang saya alami dan respon atas kejadian yang kurang mengenakkan ini.


TAG:
Citilink
KKP (Kantor Kesehatan Pelabuhan)
Pergub Bali 2021 tahun 2020
Kementrian Perhubungan
Kementrian Kesehatan
EHAC