kartu.prakerjaAvatar border
TS
kartu.prakerja
Kaitan dengan Senjata Api dan Terorisme, GR: Perang Melawan Kejahatan Terstruktur FPI
Tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU) Mohamad Guntur Romli mengulas rekam jejak Front Pembela Islam (FPI). Ia menyebut, ormas pimpinan Habib Rizieq Shihab (HRS) itu bukan lagi komplotan yang kerap melakukan sweeping, tapi kini sudah terkait dengan senjata api dan terorisme.

Hal itu disampaikan Guntur setelah dua kasus terbaru yang menyeret FPI, yakni soal kepemilikan senjata api dalam peristiwa penembakan 6 Laskar FPI oleh polisi di Tol Jakarta-Cikampek, dan pernyataan Kompolnas bahwa ada 37 anggota atau mantan anggota FPI yang terlibat langsung dalam kelompok teroris di Indonesia.

Melihat catatan hitam FPI tersebut, politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ini menilai bahwa kejahatan ormas yang didirikan pada 17 Agustus 1998 itu bukan lagi secara individu atau personal anggotanya, tetapi sudah dikategorikan kejahatan yang terstruktur

"Saat ini FPI tampak kuat dan tersebar karena sudah terlalu dibiarkan. Kalau pun ditangani hanya dilihat sebagai kejahatan oknum dan personal. Padahal secara wadah dan perkumpulan, FPI sudah bisa dikategorikan kejahatan yang terstruktur," kata Guntur dalam tulisannya berjudul 'Kaitan FPI dengan Senjata Api dan Terorisme'.

Berikut tulisan lengkap Guntur Romli, dikutip netralnews.com dari blog pribadinya, Selasa (22/12/2020).

Kaitan FPI dengan Senjata Api dan Terorisme

Kejahatan Terstruktur FPI


FPI bukan lagi komplotan yang biasa sweeping cafe-cafe, tapi kini sudah terkait dengan senjata api dan terorisme.

Sebelum terkait senjata api dan terorisme, rekam jejak FPI sudah mengerikan, bagaimana tidak, imam besarnya pernah diringkus masuk penjara 2 kali karena kejahatan penghasutan. Padahal tidak ada satu pun ormas dan organisasi di Indonesia yang dipimpin atau menokohkan dari bekas narapidana, apalagi pernah tersangkut kasus yang sama 2 kali. Sekum FPI juga, pernah mencicipi dinding penjara puluhan bulan. Mantan pembela HAM yang kemudian melanggar HAM dengan dijebloskan ke penjara.

Kini FPI tampil dengan citra yang mematikan: terkait senjata api dan terorisme. Ini bukan fitnah atau kabar bohong (hoax). 6 orang dari Gerombolan FPI terpaksa didor mati oleh petugas polisi karena mereka menyerang polisi dengan senjata api. Ini kejahatan yang tak bisa dibela. Pencopet tak bersenjata yang tertangkap oleh massa saja bisa jadi bulan-bulanan massa, karena bikin geram, marah, apalagi yang bersenjata api.

Penegak hukum pastilah akan melakukan tindakan tegas kalau ada yang menyerang mereka dengan senjata, apalagi senjata api. Pilihannya cuma dua: ditembak atau menembak. Dibunuh atau membela diri.

Saya tak paham pada mereka yang masih membela Gerombolan FPI yang menggunakan senjata api itu. Mereka dibela karena ditembak mati polisi. Kalau polisinya yang mati apa mereka juga akan koar-koar soal pelanggaran HAM? Atau cuma bilang ah itu resiko tugas.

Saya malah bersyukur yang mati itu perusuh NKRI yang menggunakan senjata api bukan polisi. Aparat penegak hukum yang tegas harus kita lindungi untuk menjaga negeri ini, kalau perusuh NKRI apa gunanya dibela, malah mereka akan terus bikin rusuh negeri ini.

Di hadapan kasus penembakan mati 6 gerombolan FPI ini hanya ada 2 versi: percaya versi polisi atau versi FPI? Saya percaya versi polisi. Karena rekam jejaknya. Polisi tidak pernah membunuh FPI selama ini. Mereka terbukti benar selama puluhan kasus berhadapan dengan FPI. Bahkan imam besar FPI sudah terbukti di Pengadilan bersalah dan divonis penjara 2 kali. Kalau sekarang Polisi menembak mati FPI maka ada penyebab yang luar biasa, kedaruratan sehingga mereka membela diri. Yaitu: Gerombolan FPI menyerang polisi dengan senjata api. Kalau FPI sudah terbukti berbohong dalam puluhan kasus. Jadi kamu pilih yang mana? Percaya institusi negara NKRI Polri atau ormas tidak jelas yang punya cita-cita kedaulatan Khilafah Islamiyah seperti FPI ini.

Kaitan FPI dengan jaringan terorisme sebenarnya bukan informasi baru. Sejak tahun 2000-an sudah ada informasi kaitan orang FPI dengan jaringan terorisme. Tapi saat itu masih dilihat sebagai kasus oknum FPI. Padahal dalam segala aksinya, seperti sweeping cafe, warung, dan melawan hukum serta petugas sudah menjadikan FPI sebagai lahan persemaian bibit-bibit radikalisme dan terorisme.

Kini sudah ada data 37 Orang FPI yang terlihat jaringan terorisme. Ini bukan lagi dilakukan oleh oknum. Negara harus melihat secara cermat, FPI bisa jadi penyuplai, agen atau broker yang mengirimkan anggotanya untuk menjadi teroris yang sesungguhnya setelah ‘berlatih’ bersama FPI.

Agen TKI ilegal saja bisa ditutup, ini agen teroris mau dibiarkan sampai kapan?

Saat ini FPI tampak kuat dan tersebar karena sudah terlalu dibiarkan. Kalau pun ditangani hanya dilihat sebagai kejahatan oknum dan personal. Padahal secara wadah dan perkumpulan, FPI sudah bisa dikategorikan kejahatan yang terstruktur.

Publik menunggu sikap tegas negara kepada FPI, seperti halnya kepada HTI.


https://www.netralnews.com/senjata-a...tur-fpi-bxd32d

Efpei dibasmi sampai ke akar, Now or Never.
Perang usai tinggal ormas NU dan Muhamadiyah.
Syukurlah akhirnya toleransi kerukunan agama dan yang radikal akhirnya musnah..

AyahNaenUS
extreme78
Proloque
Proloque dan 4 lainnya memberi reputasi
5
2.2K
29
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
670KThread40.3KAnggota
Tampilkan semua post
Xaruduy.duaAvatar border
Xaruduy.dua
#9
Makin keliatan kedzaliman bakal ga berhenti, reshufle dadakan, sengaja orang yang benci sama FPI, Para Habaib dan Ulama, malah diangkat jadi mentri..
ummat siap2, lindungi para Habaib dan Ulama kita..
Siap jihad, wakaf nyawa, satu komando lindungi Habaib dan Ulama..
extreme78
extreme78 memberi reputasi
1
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.