Kaskus

Story

mikamaeslaAvatar border
TS
mikamaesla
RODEO (18++)
Welcome!
Sebelumnya saya permisi dulu kepada Moderator dan Penghuni forum Stories From The Heart Kaskusemoticon-Embarrassment
Saya lagi mencoba untuk menulis sebua novel, dan berharap bisa menghibur forum ini. Maaf kalau banyak salah, karena saya masih newbie. 
Selain terinspirasi oleh para cerita suhu dan sesepuh, mohon minta dukungan dan masukannya.
kondisi Novel masih raw dan ongoing.


Genre: Drama, Crime, Romance (18+)

Update diusahakan setiap tiga hari.
Dimohon untuk tidak kopas.


RODEO (18++)

Spoiler for INDEX:


Spoiler for Yang suka Pake Watty:


Spoiler for Epilog 1:




Diubah oleh mikamaesla 15-12-2020 10:35
wanitatangguh93Avatar border
Ardian463Avatar border
mdn92Avatar border
mdn92 dan 13 lainnya memberi reputasi
14
8.7K
23
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
mikamaeslaAvatar border
TS
mikamaesla
#3
Tua Bangka
Matanya masih terlihat merah. Kulitnya hitam manis jadi aku tidak bisa melihat rona wajahnya, aku membandingkannya dengan Prisia Nasution, hanya saja dia lebih sedikit berisi. Dia duduk tanpa aku memintanya.

“Bagaimana perasaanmu?”

“Baik, Pak.”

“Temperamennya memang tinggi, dan jangan biarkan itu mengganggu pekerjaanmu.” aku meraih kursi di depannya dan duduk.

“Jadi ada apa sebenarnya?”

“Tidak ada apa-apa.”

“Kamu yakin? Aku pernah melihatmu beberapa kali dibonceng olehnya.”

Dia memandangi sepatu hak tingginya, “aku kadang menumpang pulang, kebetulan rumah kami searah.”

Aku melihat cincin di jari manisnya. “Siapa nama tunangan kamu?”

“Irvan.”

“Kapan berencana menikah?”

“Dalam waktu dekat, Pak.”

“Selamat. Dan jangan lupa undangannya.”

“Memang Pak Niko mau datang?”

“Saya usahakan.”

“Tapi waktu acara pernikahan Leni, Pak Niko tidak hadir.”

“Ya, waktunya tidak pas.”

Kemudian dia memandangku, aku berdiri pindah duduk ke meja, “Masalah Feri nanti aku pertegas lagi dia, terutama untuk menjaga sikapnya. Tidak seharusnya dia berkata seperti itu, dan hanya masalah jadwal yang bisa didiskusikan.”

“Terima kasih.”

“Sudah kewajiban saya.”

Tia mengetuk pintu yang terbuka, “permisi, maaf, Pak, mengganggu. Sabila ada telepon dari Pak Lutfi.”

Sabila memutar bola matanya, dan setahuku Pak Lutfi sedang melancong ke Mesir, kalaupun dia ingin mempertanyakan kondisi restoran seharusnya dia menelponku.

“Pak Lutfi bukannya dia di Mesir?” tanyaku pada Tia.

“Dia baru sampai Jakarta dan lagi mau ke arah sini, mau mampir.”

Aku melihat Daniel Wellingtonku, “kita sebentar lagi tutup.”

Tia hanya mengangkat bahu, “Ih, cepat, Sabila. Pak Lutfi menunggu.”

Aku mengangguk ke arah Sabila, “Permisi, Pak,” katanya sambil berlalu pergi. Badannya yang berisi terlihat ramping ketika dia mengenakan sepatu hak tinggi, dan balutan seragam hitam dengan rok panjang menambahkan keeksotisan dirinya. Aku tidak tahu apa yang ingin aku bicarakan sebetulnya, dan hanya ingin menggali sedikit gossip yang tidak sengaja aku dengar tentangnya.

Pria dicap sebagai individu yang sangat mudah sekali selingkuh karena banyaknya kesempatan yang dimiliki, tapi aku tidak setuju itu, justru wanita lah yang lebih rentan, bahkan lebih lihai dibandingkan pria. Mereka lebih teratur, tahu bagaimana menyembunyikannya dan mereka tahu kapan waktunya berhenti. Susah untuk mendeteksinya dan dicurigai, mereka akan lebih menembak kita ketika kita menyerangnya.

Aku tidak pernah mengetahui Ibuku pernah berselingkuh, atau mungkin aku belum memahaminya waktu itu, karena pembicaraannya dengan pria lain terlihat normal bagiku. Ibuku menikah sudah sebanyak enam kali, dan mempercayai takhayul bahwa yang ketujuh adalah yang membawa keberuntungan dan kelanggengan yang panjang. Aku tidak mempercayainya, karena keberuntungan sebetulnya sudah terlihat saat dia menikah dengan ayahku. Pekerja keras, baik hati dan tidak pernah perhitungan dalam masalah uang, keluargaku bilang bahwa dia royal. Tapi kenapa Ibu Tidak menjaganya. Apa lagi yang diinginkannya. Sehingga mereka gagal. Nenekku bercerita kalau ibu sangatlah bengis sikapnya. Dan aku tidak ragu akan hal itu karena aku merasakannya. Aku berusaha untuk tidak membencinya, tapi aku tidak bisa berbohong pada diriku sendiri. Dan itu membentuk banyak hal pada diriku.

Sabila kembali, dia sudah menjinjing tasnya, matanya yang masih merah kini semakin berkaca-kaca dan terlihat terburu-buru.

“Pak Niko saya minta izin untuk pulang lebih awal?”

Aku memandangnya heran.

“Saya tidak enak badan.”

“Ada kabar apa dari Pak Lutfi.”

“Tidak ada apa-apa?”

“Lalu menelpon untuk apa?”

“Pak, saya harus pulang.”

“‘Harus?’ Sebentar lagi closing.”

Tia kembali mengganggu, “Sabila, Pak Lutfi menelpon lagi.” dia langsung berlalu.

Aku menyilangkan tanganku, sabila membalikkan badannya tangannya ikut menyilang, kemudian membalik ke arahku, meraih kursi dan duduk lagi tanpa kuminta. Kini dia menyentuh bibirnya dan berkata, “Pak Lutfi mengajak saya ke hotel?”

Aku mengernyitkan dahiku. “Maksudnya?”

“Bapak tahu maksud saya.”

Oh, dasar tua bangka sialan. Aku mencoba menerawang apa yang bisa aku dapat dari wajah Sabila, tentunya aku bukan cenayang, tapi ini tidak terjadi untuk yang pertama kalinya.

“Sudah berapa kali?”

“Apa? Belum pernah?”

“Berapa kali kamu diminta olehnya?”

“Sering,” dia merebahkan tubuhnya ke kursi, “tapi selalu saya tolak.”

“Dan tolak sekarang.”

“Saya takut, ditambah dengan pekerjaan saya, saya tidak mau dipecat.”

“Kenapa kamu tidak cerita sama saya?”

Dia diam, sesuatu hendak di muntahkan tapi dia menahannya.

“Kamu berfikir kalau saya tidak punya kuasa?”

“Pak Niko tahu sendiri seperti apa sikapnya, dan…”

Dan apa?

“...manajer tidak ada yang mempan, takut, dan pasti sesudah itu mereka keluar.”

Pak Lutfi sudah sangat tua, umurnya mungkin sekitar delapan puluh, dia berjalan menggunakan tongkat, entah penyakit apa yang dimilikinya tapi dia sering berobat ke Singapura untuk cuci darah. Sikapnya memang keras dan juga licik. Sistem yang diterapkannya pada perusahaan tertama kafe ini adalah sistem kekeluargaan, dia tidak pernah mau membuat peraturas perusahaan secara resmi, menandatangani surat kontrak kerja, karen takut akan berbalik menyerangnya atau dia tidak bisa bertindak sesuka hatinya. Terkadang keberadaanku sendiri aku pertanyakan, dia seenaknya membuat peraturan baru, menaik turunkan gaji karyawan, dan memecat tanpa persetujuanku. Semua divisi hanya tunduk padanya, sesusah apa aku meyakinkan mereka untuk berdiskusi kepadaku, mereka selalu takut dan melangkahiku. Dan keputusanku, bahkan untuk hal kecil mereka tidak ingin menjalankannya tanpa persetujuan dari Pak Lutfi. Aku pernah memecat salah seorang dari bagian finance, yang pada akhirnya dia mengadu pada Pak Lutfi dan kembali bekerja. Akhirnya aku harus saling tarik urat dengan si Tua Bangka. Dan aku selalu mengalah.

Masalah sekarang berbeda, ini bisa masuk kategori pelecehan.

“Jadi saya diizinkan pulang atau tidak?” dia memandangku, mengira aku tidak percaya pada perkataannya. Lalu dia melanjutkan, “bukan hanya saya yang jadi korban, yang lain juga pernah diajak.”

Fucking prick! Dia yang sudah bau tanah merasa masih kuat hanya karena dia punya banyak uang. Dan banyak korban yang lainnya.

Aku mendekat ke arah Sabila, mengangkat dagunya, meraih pundaknya. Dari dekat dia lebih terlihat manis.

“Pulang, biar saya yang urus untuk Pak Lutfi.”

“Terima kasih.” dan dia pergi.

Aku menuju kasir, menganggkat telepon yang masih dalam posisi hold.

“Halo, Pak Lutfi, apa kabar?”

“Siapa ini?”

“Saya Niko.”

“Oh, Sabila mana?”

“Dia izin pulang, sedang tidak enak badan.”

Telpon langsung diputus, tidak lama kemudian Pak Lutfi datang bersama putranya, mereka duduk di kursi favorit, semua orang menghampirinya untuk mencium tangannya seperti Vito Corleone dalam film Godfather, tidak denganku, aku hanya menyalaminya dan dia memintaku untuk mengisi absensi kalau Sabila tidak masuk hari ini dan gajinya dipotong.

Aku pulang dengan rasa kesal, dan aku perlu membersihkan tubuhku, aku membawa handphoneku ke kamar mandi menyalakan vpnnya, membuka film panas dan mencoba bermasturbasi. Para pria di luar sana tahu akan banyak manfaatnya, selain menghilangkan rasa yang sepertinya diujung, juga baik dalam membuat keputusan. Tapi aku bosan dengan beberapa video yang muncul dalam rekomendasi, aku mencoba membayangkan si spg, dan tetap tidak berhasil.

Aku teringat akan bahu Sabila yang ku sentuh, dagunya, kulitnya terasa halus dan ini sepertinya berhasil.
Diubah oleh mikamaesla 11-12-2020 14:25
hayuus
rinandya
mmuji1575
mmuji1575 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.