• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Hebat! Pahlawan Nasional Indonesia Ini Juga Digelari Pahlawan Nasionanl di Benua Lain

widokoAvatar border
TS
widoko
Hebat! Pahlawan Nasional Indonesia Ini Juga Digelari Pahlawan Nasionanl di Benua Lain
Pada momen peringatan Hari Pahlawan Nopember ini, Presiden Jokowi menganugrahkan gelar pahlawan nasional kepada enam tokoh nasional yang dianggap berjasa besar terhadap bangsa dan negara Indonesia. 

Ke enam tokoh tersebut adalah Sultan Baabullah dari Provinsi Maluku Utara, Raja Sekar dan Machmud Singgirei Rumangesan dari Papua Barat, Jenderal Polisi Raden Said Tjokrodiatmodjo Soekanto dari DKI Jakarta, Arnold Mononutu dari Sulawesi Utara, MR. SM. Amin Nasution dari Sumatera Utara, dan Raden Mattaher bin Pangeran Kusen Bin Adi dari Jambi.


Kiprah Syekh Yusuf (Sumber: tirto.id)


Dengan tambahan enam pahlawan nasional tersebut kini jumlah pahlawan nasional di Indonesia menjadi 191 orang. Jumlah itu adalah termasuk yang terbesar di dunia.


Perjalanan Hidup Syekh Yusuf (Sumber: tirto.id)


191 pahlawan nasional tersebut berasal dari berbagai daerah, berbagai era dan profesi. Salah satu yang menarik, dari 191 tokoh tersebut ternyata ada juga yang dianugerahi pahlawan nasional oleh negara lain di luar benua Asia.

Wah benarkah? Siapakah tokoh hebat itu?

Nama lengkapnya adalah Syekh Yusuf Abul Mahasin Tajul Khalwaty Al Makasari Al Bantani. Ulama yang kerap disebut Syekh Yusuf ini lahir di Gowa Sulawesi Selatan pada tahun 1626. Ia mendapatkan gelar Pahlawan Nasional pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1995. Syekh Yusuf adalah ulama pejuang di daerah Banten dan sekitarnya saat Pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa sekitar tahun 1682 sampai dengan 1683.


Makam Syekh Yusuf di Kampung Macassar, Cape Town, Afrika Selatan (Sumber: bandung.kompas.com)


Nama kecilnya adalah Muhammad Yusuf. Dilansir Media.neliti.com dari Hasil Penelitian Syahrir Kila pada Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi Selatan, 30 Nopember 2018, Yusuf kecil dipelihara oleh Sultan Alauddin di dalam Istana Kerajaan Makassar. Dalam istana kerajaan Makassar itu ia mengenyam pendidikan agama Islam bernama Datok ri Paggentungan dan wali-wali dari Gunung Bawakaraeng, Lati Mojong dan Bulu Saraung.

Pada tahun 1664 Muhammad Yusuf berangkat ke Mekkah untuk menunaikan haji melalui Banten, Aceh, dan terus ke Timur Tengah. Tak hanya menunaikan Haji, Muhammad Yusuf juga berguru ke berbagai ulama besar di Aceh dan Jazirah Arab. Setelah sekitar 20 tahun menimba ilmu, ia pun kembali ke Makassar.

Setelah sampai di tanah kelahirannya ia melihat kondisi masyarakat dan ajaran Islam melenceng dari seharusnya. Syekh Yusuf pun menyarankan kepada penguasa untuk menegakkan Islam dengan benar.

Melihat kondisi yang seperti itu dan merasa sarannya tidak dihiraukan maka ia pun meninggalkan Makassar menuju ke Banten yang saat itu di perintah oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Di sana ia menjadi penasihat dan menikahi putri Sang Sultan.

Pada tahun 1680 Sultan Haji, Putra Sultan Ageng, naik tahta. Kebijakannya membuat kehebohan dan kegaduhan karena pada masa pemerintahannya bekerja sama dengan VOC. Kebijakan itu ditentang oleh Sang Ayah sendiri sehingga terjadi perselisihan yang berakhir dengan perang saudara antara Sang Ayah dan Anak.

Dalam perang Saudara itu, Sultan Haji dibantu oleh VOC. Sedang Sultan Ageng dibantu oleh putranya, Pangeran Purbaya, dan Syekh Yusuf yang terhitung juga putra mantu. Setelah mengadakan perlawanan sengit dan perang gerilya akhirnya kubu Sultan Ageng kalah oleh Sultan Haji yang dibantu VOC. 

Pada tahun 1683, setelah mengadakan perang gerilya beberapa lama, akhirnnya Syekh Yusuf pun terpaksa menyerahkan diri karena pihak Sultan Haji dan VOC menggunakan istri dan anaknya menjadi tawanan. Ia pun kemudian dipenjara di Batavia atau Jakarta. 

Syekh Yusuf mempunyai pengaruh yang sangat besar di Banten. Khawatir akan hal itu bisa membahayakan maka VOC pada tahun 1684 mengasingkan Syekh Yusuf dan keluarganya ke Sailon, Sri Lanka. 

Saat di Sri Lanka semangat Syekh Yusuf berdakwah tidaklah padam. Segera saja ia pun terkenal sebagai ulama besar di Sailon. Murid-muridnya banyak berasal dari India Selatan. Ia pun juga bertemu dan berkumpul dengan banyak ulama dari berbagai daerah dan negara Islam. Sedangkan murid-murid dan kerabat Syekh Yusuf dari tanah air juga bisa bertemu dan berbagi kabar melalui jamaah haji yang pulang pergi melalui Sri Lanka.

Makin hari pengikut Syekh Yusuf meski berada di Sri Lanka dalam pembuangan muridnya semakin bertambah banyak. Kenyataan itu membuat risau VOC yang bermarkas di Batavia. Keberadaan Syekh Yusuf di Sri Lanka tetap membawa ancaman yang dianggap bisa mempengaruhi murid-muridnya. Dengan alasan itu maka pada tahun 1693 Syekh Yusuf diasingkan ke tempat yang sangat jauh lagi, Cape Town, Tanjung Harapan, Afrika Selatan.

Meskipun dalam pembuangan di Afrika Selatan, semangat Syekh Yusuf untuk berdakwah tidak juga padam. Di Afrika Selatan ia tetap mendakwahkan agama islam. Sehingga ia juga disebut sebagai sesepuh atau peletak dasar agama Islam di Afrika Selatan. Setelah sekitar lima atau enam tahun mengabdikan diri untuk berdakwah di Afrika Selatan, Syekh Yusuf akhirnya meninggal dunia di sana pada tahun 1669 dalam usia 73 tahun.

setelah meninggal dunia dan dimakamkan di Afrika Selatan, Raja Gowa pada waktu itu Sultan Abdul Djalil berulang kali meminta kepada Belanda memulangkan jenazah Syekh Yusuf ke Goa. Pada tahun 1704 akhirnya keranda yang mungkin juga berisi tulang belulang Sang Pejuang akhirnya mulai diangkut ke Goa. Pada tahun 1705  keranda tiba di Goa, lalu dimakamkan di Lakiung.

Setelah ratusan tahun, kiprahnya di Afrika Selatan pun diakui oleh Presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela. Olehnya Syekh Yusuf disebut sebagai salah satu putra terbaik Afrika. Pada tahun 2009 Syekh Yusuf juga memberinya gelar Oliver Thambo, atau Pahlawan Nasional.

Sekedar tambahan, selain Syekh Yusuf, pahlawan nasional yang juga mendapat gelar Pahlawan Nasional dari Afriuka Selatan adalah Bung Karno atas prakarsanya menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung tahun 1955. KAA ini menginspirasi bangsa-bangsa Afrika untuk merdeka.

Itulah dua pahlawan nasional Indonesia yang juga merupakan Pahlawan Nasional di Benua lain. Keberadaan tempat dan kondisi yang sulit tidak menghalangi mereka untuk terus berjuang. Semoga inspirasinya terus menyala...I]


Referensi:

1. https://media.neliti.com/media/publications/292848-syekh-yusuf-pahlawan-nasional-dua-bangsa-174c0816.pdf





Diubah oleh widoko 23-11-2020 21:53
asamboigan
yasyah81
nirankara
nirankara dan 36 lainnya memberi reputasi
37
8K
80
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.7KThread82.1KAnggota
Tampilkan semua post
dsturridge15Avatar border
dsturridge15
#9
Calon Pahlawan Nasional
bajier
egag
muhamad.hanif.2
muhamad.hanif.2 dan 3 lainnya memberi reputasi
2
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.