Hai Agan dan Sista Semuanya, semoga kita semua masih dalam lindungan Allah SWT, hanya mengingatkan tetap gunakan masker dan ikuti protokol kesehatan.

Sebelumnya saya minta maaf kepada sahabat yang beda pandangan politik dengan saya, silahkan tuliskan opini anda masing-masing saya akan terima semua opini selagi kalimat Agan dan Sista tidak terlalu frontal.

Bagaimana mungkin seorang orang nomor satu di DKI yang juga penggagas PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di Indonesia justru lalai dalam penerapan di wilayahnya. Secara garis besar DKI memang memiliki kepadatan penduduk yang cukup sulit untuk menetapkan prokes (protokol kesehatan) secara maksimal.

Maka dari itu saya tidak akan menyudutkan beliau serta jajarannya, karena jika berkaca dari segi kepadatan penduduk dan aktivitas warga untuk mencari nafkah sehari-hari.


Akan tetapi, saya merasa kecewa jika melihat beliau melakukan konferensi pers secara rutin dan gamblang, hanya untuk menekankan himbauan prokes kepada semua yang berdomisili di Jakarta. Gaya bicara beliau cukup meyakinkan dimana ketika berbicara ia sangat tegas, komitmen dan konsisten.

Meskipun beliau terkenal dengan ahli retorika dan "Jarkoni", saya tetap pegang omongannya dan percaya ia mampu. Pada saat beberapa perusahaan di Jakarta melanggar PSBB ia langsung menutup sementara, termasuk juga tempat hiburan maupun tempat nongkrong. Ya saya apresiasi sih meskipun selang beberapa hari yang ia tutup dibuka lagi, dengan catatan mengikuti prokes.

Hampir semua media berita Indonesia memberitakan hal itu, dan semua orang bisa baca tentang penutupan perusahaan dan tempat keramaian yang dilakukan Anies.


Akan tetapi ketegasan itu ternyata tidak berlaku pada pendukungnya, yang turut andil dalam pemenangan beliau ketika merebut kursi nomor satu di DKI. Tetapi ketika para para pendemo nomor seri melakukan pelanggaran prokes, ia tidak tampak setelah demo selesai ia muncul bak hero di siang bolong ditengah-tengah masyarakat sambil berbicara "sangat disayangkan".

Anies juga tidak bisa berbuat apa-apa ketika para simpatisan bang Toyib berkerumun di bandara karena memnag itu bukan bagian dari kewenangannya Akan tetapipi, semestinya ia dapat membubarkan kerumunan massa di wilayahnya seperti di pertamburan, tapi yang lucu adalah justru para laskar pendukungnya menyalahkan pemerintah kenapa bukan Anies. Jawabannya tentu kita sudah tau.

Hal berikutnya adalah, tidak ada pembubaran kerumunan massa pendukung Rizieq diseputaran rumahnya, dan mirisnya para simpatisan sebagian besar tidak menggunakan masker, ada apa ini.?

Hal berikutnya, bagaimana begitu mudahnya maulid nabi yang dipimpin Rizieq bisa disetujui Anies, meskipun bang Toyib hobi berkata "LO-ENTE". Yang jadi pertanyaan apakah putrinya ikut dengar kata mutiara itu gak? Soalnya bersamaan dengan pernikahan putrinya.


Hal selanjutnya, begitu mudahnya melakukan pernikahan dengan banyaknya massa tanpa mengikuti prokes, apakah ada tindakan pembubaran oleh Anies? Jawabannya tidak ada, yang ada Anies hanya kirim aparat untuk pengamanan.

Hal berat sebelah yang disampaikan adalah pelarangan hari raya Natal dan Tahun Baru oleh wakilnya, dimana acara Maulid sangat mudah didapat, kenapa untuk Natal dan Tahun Baru tidak? gak usah dijawab, ada tidak ada Corona mereka lebih takut aksesoris Natal dan Tahun Baru.

Saya berani mengatakan, Jika reuni wiro sableng pasti di setujui dengan mudah oleh Anies, alasannya pasti akan menerapkan prokes, bagaimana jika kaum Nasrani yang meminta, meskipun akan mengikuti prokes?

Apakah Anies adil dalam memimpin Jakarta, apakah justru ia turut andil dalam menyetujui semua kegiatan pendukungnya. Mungkin hanya Anies sendirilah yang tau akan itu, salam sehat.

Tulisan : Sambelterasi052
Narasi: Opini Sendiri
Referensi:
1. Pernikahan Najwa Shihab Langgar Protokol Kesehatan, Ini Reaksi Mahfud

2. Epidemiolog Sebut Acara Penjemputan Habib Rizieq di Petamburan Langgar PSBB

3. Langgar PSBB Saat Gelar Pernikahan, Keluarga Habib Rizieq Bayar Denda Rp50 Juta