rizeel
TS
rizeel
Hantu Nenek Belanda
Pindah Rumah
Indeks link

Sumber gambar

Semua berawal dari pindahnya aku kerumah baru bersama keluargaku. Saat itu didepan komplek rumah baruku ada sekelompok pria yang sedang duduk, mereka cukup ramah. Mereka menyapa kedua orang tuaku bahkan membantu aku dan keluargaku mengangkut barang-barang kami kedalam rumah baru.

Namaku Nengsih Aninditya, aku putri semata wayang dari pasangan suami istri bernama Wahyu Raditya dan Mulyani Anindyah. Keluargaku baru saja membeli rumah baru disebuah komplek dikota besar, keadaan rumah baruku lebih besar daripada rumah lamaku, ada garasi mobilnya dan ada dua tingkat, dibawah ada ruang tamu, tiga kamar tidur, dapur dan kamar mandi.

Sedangkan diatas hanya ada satu kamar, kamar mandi yang besar sepertinya tempat untuk mencuci pakaian dan rooftop yang luas. Aku memilih kamar diatas, karna dikamar atas terasa sejuk, jendela kamar menghadap rooftop dengan hamparan rumput hijau dan tanaman pot yang cukup asri, tempat yang sangat bagus untuk bersantai.

“Suka nggak rumahnya?” tanya mama membuyarkan lamunanku.

“Suka ma, bagus banget. Aku mau kamar ini ya.” Sambil menunjuk kamar yang kupilih.

“Oke, yuk ambil barang-barang kamu dibawah.” Ajak mama sambil menuruni tangga, aku mengikutinya dibelakang.

Aku membawa barang-barangku dibantu oleh papa, karena ada sebagian barang-barang yang berat, jadi aku tidak bisa membawanya sendiri ke lantai atas.

“Mau dibantuin beres-beres?” tanya papa, sesampainya di kamarku.

“Nggak usah pa, biar Neng aja. Papa bantuin mama aja dibawah, kan dibawah lebih banyak barang-barangnya.”

“Oke, kalo butuh bantuan panggil papa aja ya dibawah.” Ucap papa sambil tersenyum diiringi anggukanku, lalu pergi meninggalkanku sendiri.

“hmmm ... mulai dari mana yaa.” Bisikku sambil mengetuk-ngetuk dagu dan mengamati isi kamar.

Di dalam kamarku sudah ada 1 dipan yang sudah ada kasur dan bantal dekat jendela, samping dipan ada meja kecil, disamping meja kecil itu ada meja belajar, lalu kamar mandi, dan didepan meja belajarku ada lemari. Aku memilih untuk merapikan pakaianku terlebih dahulu, aku membuka lemari dan mulai membereskan baju-bajuku.

***

"Huaaaaah ... akhirnya kelar juga."

Aku membantingkan diri ke kasur yang sudah dialasi sprei doraemon, lalu menggapai ponsel yang kutaruh di meja kecil samping tempat tidur yang sudah kuberi lampu tidur diatasnya. Aku mulai memainkan ponselku, kulihat ada tiga pesan masuk dari temanku Winda.

Nengsih, lo jadi pindah rumah hari ini?

Kirimin alamatnya dong, mau main sekalian mau bantuin lo, nih.

Neng, bales dong. Lama nih.

Begitu isi pesannya, ya ampun saking serunya beres-beres, aku sampai tidak tahu kalau ada pesan masuk dari Winda. Akupun langsung membalas pesannya.

Sory Win, keasyikan beberes gue gk tau ad|

Braaaak! Aku menghentikan ketikanku di ponsel karena mendengar suara pintu yang dibuka cukup keras, suara apa itu? pikirku.

Aku mengubah posisiku yang tadinya tiduran menjadi duduk dipinggir kasur.

"Jahat lo, gue wa nggak dibales." Astaga, ternyata Winda yang membuka kencang pintu kamarku.

"Biasa aja kali Win, rusak tuh pintu gue." Gerutuku sambil berjalan kearahnya dan mengusap-usap pintu.

"Duh, iyadeh maap, tau gue ini rumah baru!" serunya meledek.

"Haha, eh lo kok bisa tau alamat gue?" Aku sedikit tertawa seraya menanyainya.

"Taulah gue kan punya wa nyokap lo."

"Ohhh." Sahutku sambil mengangguk-angguk.

Winda adalah teman kecilku wajar kalau dia punya nomor mamaku, karena kami sering bermain bersama, orang tua kami pun cukup dekat dan tadinya aku dan Winda adalah tetangga, sebelum Aku pindah ke rumah baru.

"Asyik juga ya rumah barunya, gede, kasurnya empuk lagi, beda sama rumah lama lo. Kasurnya bantet kayak bolu nggak jadi." Winda mulai memuji rumah baruku sambil duduk di kasur.

"Iyalah," sahutku sombong. Ya, kami memang selalu begitu, kadang mengejek atau menyombongkan diri. Namun, kami tidak pernah merasa kesal satu sama lain, karna itu adalah watak kami sejak kecil.

"Lo mau nginep Win?"tanyaku pada Winda yang mulai mengutak-atik kumpulan Novelku yang kutaruh di rak, di atas meja belajar.

"Mau, sih ... tapi gue nggak bawa baju."

"Yaelah pake baju gue aja."

"Besok sekolah nyon, terus gue nggak bawa buku gitu kesekolah?." Winda mulai mengataiku. Onyon adalah kata untuk mengatai satu sama lain, tapi itu hanya berlaku untuk kami saja. Aku tidak tau dapat dari mana kata-kata itu, yaa setidaknya itu lebih baik dari pada kata-kata kasar.

"Yaudah tinggal suruh Mang Jaja ambilin buku sama tas lo, plus baju lo juga," sahutku, Mang Jaja adalah supir keluargaku.

"Nggak ahh, gue lagi nggak pengen nginep, lain kali aja ya," ucap winda sambil berjalan kembali ke kasur dan duduk disampingku.

"Yaudah, tapi janji ya nanti lo nginep."

"Iya beeeb, senyum dong, jelek kalo cemberut. Minggu depan gue janji bakal nginep deh," katanya menghiburku sambil mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya berbarengan.

"Bener yaa, janji."

Aku mengacungkan jari kelingkingku kearah Winda membuat perjanjian dan Windapun meraih kelingkingku dengan kelingkingnya sambil tersenyum dan berkata, "iya gue janji."

Yaa seperti itulah kami walaupun sebentar lagi kami akan lulus SMA, tapi kami terkadang bersikap seperti anak kecil dan diantara kami, aku yang paling manja, mungkin karna aku tidak punya kakak ataupun adik. Sedangkan Winda lebih dewasa dariku karna dia adalah kakak dari tiga orang adik.

Dap... dap... dap....

Tiba-tiba ada suara derap kaki ditangga menuju kamarku, aku dan Winda sama-sama terdiam hingga melihat sosok mama didepan pintu kamar yang terbuka.

"Sayang, kita makan dulu yuk ajak Winda juga. Udah jam 8 nih." Ucap mama padaku dan winda, aku melihat jam dinding yang menggantung disamping lemari, benar saja sudah jam 8 malam, aku baru sadar.

"Iya tante." Winda menyahuti perkataan mama.

"Yaudah yuk kita makan dulu." Ajakku, lalu kami turun bersama-sama menuju meja makan untuk makan malam.

***

Sesudah makan malam Winda langsung pamit untuk pulang.

"Pulang sama siapa, Win?" tanyaku.

"Sendiri, gue bawa motor kok Neng," jawabnya sambil keluar dan mulai mendorong motornya kearah gerbang.

"Hati-hati ya Win, kalo udah sampe kabarin gue." Winda sudah kuanggap seperti kakakku sendiri, jadi terkadang aku khawatir jika ia pergi tanpa didampingi siapa pun.

Winda pun pergi sambil membunyikan klakson tanda pamit, dan Akupun masuk kembali kerumah. Kulihat papa dan mama sedang asyik diruang TV.

"Ma, Pa, Neng tidur duluan ya." Aku pamit ke kamar.

"Iya sayang, langsung tidur ya, besok kamu sekolah kan." Ucap mama sambil mengecup keningku.

"Tidur yang nyenyak ya sayang." Kali ini papa juga mengikuti jejak mama, mencium keningku.

Aku tersenyum sambil mengganguk lalu pergi kelantai atas, kamarku. Sampai di kamar aku pun langsung menuju kasur, berbaring, berdo'a dan mulai memejamkan mata.

Anehnya aku merasa seperti dibuai, seperti ada yang mengelus kepalaku sampai mataku benar-benar berat dan mulai terlelap.

===========bersambung==========
Diubah oleh rizeel 13-09-2020 05:12
redbaronalamseriesx.pong.ah
x.pong.ah dan 9 lainnya memberi reputasi
8
1.2K
28
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.3KThread40.9KAnggota
Tampilkan semua post
kwh88
kwh88
#12
Masih kentang ya?
Nunggu kentang nya jadi baru mampir lagi
rizeel
rizeel memberi reputasi
1
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.