• Beranda
  • ...
  • Heart to Heart
  • Motivator "Bisnis Tanpa Modal", Tolong Kaji Ulang Motivasi Yang Anda Telah Sebar.

pujanggasenjaAvatar border
TS
pujanggasenja
Motivator "Bisnis Tanpa Modal", Tolong Kaji Ulang Motivasi Yang Anda Telah Sebar.


Ilustrasi : google.com


Hai AganSista Kaskuser..

apa jadinya ketika jiwa ambisius jatuh ke orang yang salah, apa akibatnya?

Pengalaman unik pernah ane dapatkan soal ini nih gan. Sore itu, ane yang sedang duduk sendiri dibalkon rumah sembari ngopi, tiba-tiba ane didatangi oleh bokap. Beliau menyampaikan keinginannya untuk memulai suatu usaha. Bokap kepingin buat perusahaan rintisan (Start-Up), ane terkejut dengan recana tersebut.

Kemudian ane bertanya dibalik keinginannya tersebut, "Mengapa?," dan berikut jawabannya.

"Ayah terpikirkan untuk mencoba hal baru untuk bertahan ditengah situasi sulit sekarang ini," kira-kira begitulah jawaban bokap ane.

Memang wajar, semua juga pastinya akan melakukan hal yang sama untuk bertahan ditengah masa krisis seperti saat ini. Namun, untuk kasus seperti bokap ane yang menjadi ambisius buta karena sebuah dorongan, rasanya tidak bisa diwajarkan.

Kemudian, tetap untuk meluruskan pemikiran ane pribadi yang keliru akan pembicaraan tersebut, karena tidak sepenuhnya menangkap keinginan bokap. Lantas ane bertanya lagi kepada beliau,"Kemudian apa langkah awal ayah?, darimana ayah akan memulai mengembangkan bisnis rencana ayah ini?," ujar ane.

Bokap menjelaskan semuanya tahapannya kepada ane, sejauh yang dapat ane pahami, bokap akan memulai memanfaatkan relasinya untuk memulai binis. Diawali membangun grup bisnis melalui grup whatsapp, beliau rutin sekali menjadi moderator grup chatnya tersebut. Kemudian, pada pengembangan rencana bisnisnya lah yang menjadi masalah bagi ane, bokap terkesan se-akan bersikap tidak realistis.



Kembali pada persoalan perusahaan start up, bokap meminta ane untuk membuat website berbasis e-Marketplace untuk bisnisnya tadi. "Lantas darimana biaya untuk menjalankan rencana itu?," kembali bokap menjawab, "Ayah akan menerapkan sistem berbayar kepada relasi ayah yang mau menggunakan atau mendaftarkan jasa atau produknya pada website itu."

Bokap sempat memberikan ane kalkulasi soal anggaran yang diperlukan, juga keuntungan yang diterima dari sistem website berbayarnya tersebut. Disitulah ane menolak untuk diajak berkerja-sama membangun start-up ini, bokap bersikap seolah tidak realistis, cara beliau mengkalkulasikan anggaran serta keuntungan tidak tepat rasanya jika diterapkan pada bisnis yang berbasis digital. Dan, tidak cukup hanya berpatokan kepada kedua hal tersebut untuk memulai start-up ini. Karena ane rasa kemampuan babeh ane, bahkan ane tidak cukup untuk membuat bisnis sebesar itu.

Hari ini perusahaan besar yang melabeli dirinya sebagai start-up, pastinya tidak "asal-asalan" menjalaninya. Menurut ane, dibalik cerita suksesnya start-up yang telah melambung namanya, pasti ada pengorbanan yang tidak sedikit hanya jika dibandingkan dengan keuntungan yang diterima olehnya. Malah sejak dahulu hingga saat ini ada stigma yang terkenal untuk para perusahaan rintisan, yang biasa dikenal dengan "Invetasi bakar uang", apa itu? Monggo diulik sendiri istilah itu.

Kembali kepada topik persoalan, ane tetap akan berkata bokap tidak realistis, mengapa? Diperlukan pengalaman yang lebih dari sekedar ambisius buta atau berpegang kepada keyakinan tanpa arah tujuan.

Bokap tidak tumbuh dengan konsep bisnis digital, beliau berkembang dimasa ojek tidak dapat dipesan melalui aplikasi, atau membayar sesuatu hanya menggunakan QR-Code. Kesimpulannya, bokap bukan orang kompeten untuk bidang start-up.

Penekanan ane disini soal modal, iya memang ane setuju, uang bukan hal yang utamanya sebagai modal. Hal-hal diluar itu, macam skill, relasi, dan yang lain-lain juga penting. Disini ane maksud untuk menginspirasi yang lain, bahwa hal-hal tersebut yang ane bilang perlu juga ditingkatkan, jika uang yang jadi kendala. Juga, bersikap realistis perlu untuk mengukur kemampuan seberapa jauh usaha yang kita lakukan dapat bertahan.



ETA !!




BEWARA!!

Quote:


Quote:


TERIMAKASIH!
Diubah oleh pujanggasenja 18-08-2020 19:11
siosengtie
minhakim20
raliakbarrr
raliakbarrr dan 49 lainnya memberi reputasi
50
13K
221
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Heart to Heart
Heart to Heart
icon
21.6KThread27KAnggota
Tampilkan semua post
renuseAvatar border
renuse
#73
Mengenai "modal" terkadang perspektif kebanyakan orang modal adalah money (uang). Padahal faktor produksi itu ada 5M (Man, Money, Machine ,Method, & Material), untuk konteks jasa bisa menyesuaikan (anak manajemen/ bisnis pasti tau model 5M ini). Dari kelima itu paling tidak 3M sudah punya dulu, sisa bisa dari external. Ini sudah menggambarkan paling tidak kita butuh modal, walaupun tidak melulu uang. Fyi saya juga pernah diinvest oleh orang (kita menyebutnya angel investor) , hanya dengan modal presentasi bisnis saya, (bisnis belum berjalan). Pertanyaan kenapa investor itu mau? Jawaban kebanyakan dari angel investor : "background experience & personality (tentunya mereka bisa melihat mana bibit2 pengusaha tangguh, secara mereka sebelumnya juga pengusaha).

Sharing aja pengalaman pribadi :
12 tahun saya mencari rejeki dari jalan wirausaha, kalau tanya berapa kali gagal, gak usah ditanya. Salah satu bisnis saya bisa setled dan autopilot baru di tahun ke 9, bisnis ini di bidang metal construction. Lalu apakah menjadi pengusaha selama 9 tahun itu enak? Banyak waktu luang? Bisa kerja sambil santai? Big No! Justru kalau boleh dihitung secara kasar, mungkin waktu kerja dan effort saya itu 2x lebih banyak dari karyawan saya. Perjuangannya panjang bos,, pengorbanannya banyak, tidak semanis mulut motivator.

Lanjut ke point 2,
Bisnis dengan tech enabler, memang relatif lebih cepat growthnya dan serta less cost dalam memulai. Ini yang sedang saya lakukan 3 tahun terakhir (setelah bisnis saya yang terakhir bisa autopilot). Pertanyaannya apakah tidak butuh modal?? Balik lagi ke statement di paragraf pertama.

Lalu seberapa less costnya bisnis dengan memanfaatkan teknologi??
Untuk membuat web modal 1jt aja sudah dapet. Dan sebenarnya challengenya bukan di situ, tapi "apakah ada orang yang mau pakai platform kita dan bayar?" , Ini menjadi big challenge jika salah satu founder di belakangnya bukan expertise di industry tersebut.

Saran dari saya yang bukan seorang motivator, mending memulai dari kecil dulu bapaknya, validasi dulu marketnya, apakah relasinya mau pakai platform dan mau bayar? Jika sudah validate, main di socmed (IG dan FB), pakai SMM (social media marketing) nya, mulai dari yang kecil lets say 20rb/hari, targetkan calon audiencenya. Jika growth main lagi yang lebih besar.

Sekian saran dari saya gan, mungkin pandangan setiap orang berbeda, saya hanya berbagi saja dari pengalaman pribadi.

Yang mau diskusi dunia bisnis dan startup dengan saya feel free pm me ya, ntar saya kasih contact saya.

Cheers. Stay safe and healthy! Sukses selalu buat agan-agan semua!
gojira48
chisaa
trysulistyono
trysulistyono dan 5 lainnya memberi reputasi
6
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.