Usaha Rumahan



Penyebaran virus Covid-19 di dunia begitu cepat, tidak terkecuali di negara kita ini. Untuk mencegah penyebaran yang semakin meluas, pemerintah menganjurkan pada masyarakat untuk diam di rumah saja dan bekerja dari rumah. Tidak hanya itu pemerintah juga harus mengatur strategi agar perekonomian negara ini tetap bertahan. Karena jelas dengan adanya pandemi ini juga berimbas besar pada perekonomian negara.


Salah satu yang terkena imbas dari adanya pandemi ini adalah pembangunan infrastruktur. Dalam hal ini, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melakukan strategi me-realokasi anggaran dan refocussing kegiatan.


Dikutip dari Bisnis.comBahwa anggaran Kementerian PUPR semula mencapai Rp120,21 triliun. Namun, dengan adanya pandemi ini maka jumlah anggaran itu di pangkas sebanyak Rp44,58 triliun, sehingga tersisa Rp75,63 saja.


Kala pembangunan infrastruktur ini ditunda atau dibatalkan tentu saja juga berimbas pada para pekerjanya/kuli. Saat pembangunan ditunda pastinya orang yang hanya berprofesi sebagai kuli bangunan tanpa punya pekerjaan sampingan itu akan menjadi pengangguran.


Seperti yang aku alami, selama 4 bulan terakhir suami tidak lagi bekerja karena semua pembangunan ditunda. Akibatnya, tidak ada pemasukan sama sekali untuk kami. Meskipun tidak membuatku kaget, karena yang punya suami kuli pasti tahu kalau pekerjaan kuli itu, ya ' bila satu bulan bekerja, bisa jadi dua bulan selanjutnya gak ada kerjaan'.

Jadi, sebagai seorang istri yang juga harus menyandang status sebagai seorang sekertaris dalam keluarga tentu harus pintar-pintar membagi antara kebutuhan dan keinginan.


Nah, untuk menambal segala kebutuhan selama suami gak kerja, aku mengakalinya dengan mengubek-ubek Aplikasi Belanja Online. Mencari barang-barang yang didiskon miring banget, membelinya dan kemudian menawarkan ke saudara, tetangga atau famili yang sekiranya membutuhkan.




Jadi, barang yang aku cari itu selain yang diskonnya besar juga barang yang dibutuhkan oleh orang-orang sekitarku. Tentu harga jualnya lebih murah dari yang ada di pasar, tapi sebelumnya aku sudah memperhitungkan semuanya, dari harga beli, ongkos kirim dan untungnya.




Selain dari aplikasi belanja online, aku juga mencari di aplikasi Facebook. Yaitu acara-acara siaran langsung yang menjual beberapa barang aksesoris, baju, jilbab bahkan tas. Untuk yang ini aku harus benar-benar jeli, tidak hanya di bahan yang digunakan, tapi juga pada para TuTi alias Tukang Tipu.


Sebelum membeli dengan jumlah banyak, aku mencoba membelinya satu buah saja, untuk melihat kualitas dan kejujuran juga pengirimannya seperti apa, lelet atau gaknya. Setelah itu baru belanja dengan jumlah lebih yang bisa memakai harga grosir.


Tips agar mendapatkan barang yang murah dan sesuai dengan yang diharapkan adalah:





Oke, itulah beberapa tips/ cara yang aku pakai saat berbelanja online. Selama beberapa bulan melakukan usaha ini, Alhamdulillah barang yang datang selalu sesuai dan konsumen puas.


Pernah juga ada TuTi yang menghubungi nomor WA-ku, memintaku menulis apa saja pesananku, alasannya mau cepat merekap. Tetapi aku langsung cek nomor telepon dan rekeningnya ternyata tidak sesuai dengan yang dicantumkan di Facebook. Jadi, aku kerjain aja si TuTi itu sampai dia darah tinggi.




Alhamdulillah, dengan usaha ini aku bisa menambal kebutuhan meski tidak banyak untungnya, tapi setidaknya selama suami gak kerja dapur tetap ngebul tanpa berhutang.


Modal awal dari usaha kecil ini aku dapatkan dari event-event di Kaskus pada tahun lalu, yang aku simpan di tabungan suami. Tidak banyak sih, tapi aku sudah senang banget karena tidak merepotkan suami.


Mendekati New Normal ini, Alhamdulillah suami sudah dapat calon kerjaan di tempat saudaranya.

Dapat pesanan membuat tempat cuci tangan juga dari sekolah dekat rumah.




Semoga pandemi ini segera berakhir dan segala kesulitan yang kita hadapi segera mendapatkan kemudahan. Aamiin ya rabbal'alamiin.


Terima kasih dan semoga pengalaman kecil ini ada manfaat yang bisa dipetik.