Wabah Covid-19 yang sudah memakan banyak korban sangat mengguncang dunia. Tak disangka, kini semua negara tengah memerangi wabah ini karena penyebarannya yang sangat cepat.


Indonesia yang sebelumnya digadang-gadang memiliki masyarakat yang "kuat dan kebal karena minum kopi dan teh"pun terpaksa melakukan lockdown. Saat ini, keadaan yang tak mengenakkan dirasakan oleh seluruh elemen lapisan masyarakat. Tak terkecuali mahasiswa yang terjebak karena tidak bisa mudik ke kampung halamannya. Seperti yang dialami oleh tiga mahasiswa asal Bekasi yang kini sedang menjalani sisa masa kuliah melalui sistem kuliah daring atau online.


Ditengah pandemi Covid, ketiga mahasiswa yang sedang menjalani masa studi di salah satu Universitas ternama di Lampung berinisial MB, APO, dan MD yang kebetulan berasal dari satu daerah dan tinggal di kost yang sama, memutuskan untuk tidak pulang. Disini, Piem Liem coba mewawancarai mereka untuk mendapat keterangan.

Berikut adalah uraian lengkapnya :

Menurut penuturan APO, pandemi ini telah berpengaruh terhadap ekonomi banyak orang. Pun termasuk keluarganya yang kini tengah menghadapi masalah yang sama.

Saat ini mereka yang terjebak dikost mengisolasi diri dan mengikuti anjuran pemerintah untuk menekan rantai penyebaran Covid. Dengan terpaksa, mereka yang biasa membeli makanan diluar kini memilih untuk memasak. Positifnya, mereka bisa belajar hidup lebih mandiri.

Terlihat potret mereka yang sedang sibuk mempersiapkan makan malam :










Beruntungnya, berbagai bantuan datang tepat pada waktunya. Berdasarkan pengakuan ketiganya, mereka mendapat bantuan tunai dan sembako dari Jurusan tempat mereka belajar. Selain itu bantuan-bantuan lain turut meringankan beban mereka.


APO menjelaskan, bahwa mereka memperoleh bantuan dana dari hasil iuran para dosen pengajar di lingkup fakultas, hingga Forum Ikatan Alumni fakultas pun turut meringankan. Bahkan bantuan berupa sembako dari TP PKK Provinsi pun menghampiri mereka. Meskipun tak disebutkan berapa jumlahnya, tetapi mereka sangat berterima kasih atas semuanya.


Ditengah pandemi seperti ini, adalah kesempatan berhaga untuk keluarga dapat berkumpul dengan lengkap. Terlebih lagi, waktunya bersamaan dengan hari raya Idul Fitri. Namun perlu diketahui bahwa, sayang tidak cukup dengan berkumpul.

Dalam keadaan yang serba semrawut kita semua dibayang-bayangi oleh penyakit. Semua orang juga memiliki kesempatan yang sama untuk terjangkit virus. Dengan menahan diri untuk tidak pulang, setidaknya mereka lebih bijak karena memilih untuk tidak membuka kesempatan menularkan virus kepada keluarga. Itulah bukti kecintaan yang hakiki dari orang yang bijak.



Jadi untuk kalian yang beranggapan bahwa mereka tak sayang keluarga karena memilih tidak mudik, sepertinya kalian salah besar. Karena mereka lebih mulia dan bijak dalam mengambil keputusan.