- Beranda
- Stories from the Heart
HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka
...
TS
princebanditt
HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka
Quote:
Keluarga, menurut gue adalah sekelompok orang yang tinggal bersama, mempunyai struktur peran dan jabatan masing masing, ayah, ibu, kakak dan adik.
mempunyai visi dan misi yang sama, saling ketergantungan, saling mengisi, walau kadang ga semudah yang kita pikirkan.
mempunyai visi dan misi yang sama, saling ketergantungan, saling mengisi, walau kadang ga semudah yang kita pikirkan.
Spoiler for Keluarga Kecil:
Quote:
Berbahagialah kalian yang lahir dari keluarga yang harmonis, dipenuhi kebahagiaan, canda tawa, dan kadang suka duka kalian lalui bersama sama, saling menguatkan satu dengan yang lainnya.
Bersyukurlah kalian, karena belom tentu orang lain mendapatkan sebuah keluarga seperti itu.
Bersyukurlah kalian, karena belom tentu orang lain mendapatkan sebuah keluarga seperti itu.
Keluargaku, Neraka Bagiku
Spoiler for Mulustrasi Bree:
Quote:
”plakkk..”suara tamparan keras malam itu.
“ampun pah, maafin mama, aku bener-bener minta maaf..” terdengar suara ibu memohon. “diam kamu!! plakk..” lagi lagi ayah menampar ibu.
malam itu udah kesekian kalinya gue denger bapak gue mukulin ibu gue, ya itu udh biasa gue denger.
mereka sering bertengkar, mulai dari hal yang sepele hingga hal hal besar lainnya.
makin hari makin benci sama keadaan gue yang seperti ini, “kapan gue bisa punya keluarga kayak si wisnu, bapak ibu nya baik, ga pernah gue denger mereka ribut kayak keluarga gue, keluarga mereka penuh dengan kasih sayang, biarpun wisnu bikin salah, mereka gak pernah ngebentak apa lagi mukul si wisnu, gak kaya keluarga gue, Bngst!” cerocos gue dalem hati.
Ga lama pintu kamar gue kebuka, ibu gue dateng sambil nangis, gue liat matanya bengkak sebelah seperti habis dipukuli, bibirnya terluka dan pipinya nampak memar.
“babang belom tidur?”tanyanya, gue cuma liatin ibu gue.
“maafin mama ya bang, mama salah, mama ga bisa ngurusin babang, sampe babang kayak gini” ga lama dia peluk gue.
sebenarnya hari ini gue habis dari rumah wisnu, dia ajak gue sama adek gue berenang dirumahnya, pakai kolam renang karet yang habis dia dapat dari ibunya sebagai hadiah ulang tahun.
gue udah nolak ajakan wisnu berkali-kali, karna gue tau ibu ngelarang gue dan adek gue bermain keluar rumah.
tapi wisnu dan ibunya terus memaksa kami, adek gue juga memohon agar diizinkan, terlihat dimatanya dia pengen ikut berenang dirumah wisnu.
akhirnya, selesai berenang kamipun harus pasrah ibu memukuli kami dengan gesper hari itu. “ampun ma, iya ma kita ga akan ngulangin lagi..” cuma itu yang bisa gue dan adek gue ucapin berharap agar ibu berhenti memukuli kami.
“samanya lo kayak bapak lo, benci gue liat lo berdua” ucap ibu kepada kami, kata kata itu sering kali gue denger klo ibu lagi mukulin gue ataupun adek gue.
mungkin ibu benci sama ayah, dia dendam atau dia sakit hati sehingga kami harus jadi pelampiasan kemarahan ibu.
ga sengaja bapak liat memar biru luka bekas pukulan gesper tadi sore, lalu bertengkarlah mereka seperti yang terjadi sekarang ini.
gue ga tau harus respon gimana, gue udh sering banget denger ibu minta maaf sama gue, tapi lagi-lagi dia ngulangin perbuatan itu, gue dipukulin lagi dan lagi.
“udah habis air mata gue, ga tau ini rasa sayang apa benci yang ada dihati gue.
gue ga bisa lagi ngerasain sakit ataupun sedih liat ibu gue kaya gini” bisik gue didalem hati.
“babang ga marah kan sama mama? mama sebenernya sayang bang sama kamu” ucapnya lagi.
gue ga jawab pertanyaan ibu, gue coba lepasin pelukan ibu dari badan gue, lalu membalikkan badan dan mencoba untuk tidur malam itu.
mungkin ibu tau klo gue masih marah gara gara kejadian tadi sore, ibupun keluar dari kamar gue.
“gue benci sama ibu” cuma itu yang keluar dari mulut gue.
esok harinya, bapak gue udh ga ada dirumah, seperti biasa dia berangkat pagi pagi buta dan pulang malam hari kadang menjelang hampir pagi dia baru pulang, maklum bapak kerja di pemerintahan, dan punya tanggung jawab yang menyita banyak waktunya, jadi dia kurang begitu ngasih perhatian ke gue ataupun adek gue.
ibu gue seharian cuma dirumah, ga kerja karna dilarang ayah, jadi kesibukannya hanya mengurus kami dari bangun tidur sampai kami mau tidur kembali.
itupun klo suasana hatinya lagi baik, klo habis dimarahi dan dipukuli ayah, ibu seharian dikamar tidak mengurus kami.
kami juga dilarang main keluar rumah, ga boleh bawa teman main didalam rumah, kami hanya boleh main berdua dirumah, gue dan adik gue saja.
pernah gue coba buat bertanya alasan kami ga diperbolehkan main diluar rumah, ibu cuma menjawab dengan pukulan dan siksaan lainnya.
keluarga ini seperti neraka, selalu dipenuhi siksaan dan ucapan kasar, menjadi pemandangan dan makanan sehari hari gue.
sampe akhirnya kekerasan itu terekam di pikiran gue.
dan gue lampiasin ke adek gue satu-satunya yang gue sayang.
akhirnya hubungan kami semua hambar, cuek, tidak peduli satu dengan lainnya, dipenuhi ketakutan dan trauma yang mendalam..
gue jadi sering bengong sendiri, berpikir dan bermain dengan teman imajinasi gue.
adek gue pun gitu, gue udah ga peduli dengannya dan dia pun sibuk dengan dunianya sendiri.
ga ada lagi perhatian, kasih sayang dan cinta didalam keluarga ini.
sampai pada suatu hari, ketika bapak dan ibu bertengkar hebat, ibu mempunyai ide untuk membawa kami semua pergi meninggalkan bapak.
entah itu ide baik atau tidak, tapi mulai dari sini, rasa benci dan dendam untuk menyakiti adalah hal yang paling gue cintai dan impi-impikan.
“ampun pah, maafin mama, aku bener-bener minta maaf..” terdengar suara ibu memohon. “diam kamu!! plakk..” lagi lagi ayah menampar ibu.
malam itu udah kesekian kalinya gue denger bapak gue mukulin ibu gue, ya itu udh biasa gue denger.
mereka sering bertengkar, mulai dari hal yang sepele hingga hal hal besar lainnya.
makin hari makin benci sama keadaan gue yang seperti ini, “kapan gue bisa punya keluarga kayak si wisnu, bapak ibu nya baik, ga pernah gue denger mereka ribut kayak keluarga gue, keluarga mereka penuh dengan kasih sayang, biarpun wisnu bikin salah, mereka gak pernah ngebentak apa lagi mukul si wisnu, gak kaya keluarga gue, Bngst!” cerocos gue dalem hati.
Ga lama pintu kamar gue kebuka, ibu gue dateng sambil nangis, gue liat matanya bengkak sebelah seperti habis dipukuli, bibirnya terluka dan pipinya nampak memar.
“babang belom tidur?”tanyanya, gue cuma liatin ibu gue.
“maafin mama ya bang, mama salah, mama ga bisa ngurusin babang, sampe babang kayak gini” ga lama dia peluk gue.
sebenarnya hari ini gue habis dari rumah wisnu, dia ajak gue sama adek gue berenang dirumahnya, pakai kolam renang karet yang habis dia dapat dari ibunya sebagai hadiah ulang tahun.
gue udah nolak ajakan wisnu berkali-kali, karna gue tau ibu ngelarang gue dan adek gue bermain keluar rumah.
tapi wisnu dan ibunya terus memaksa kami, adek gue juga memohon agar diizinkan, terlihat dimatanya dia pengen ikut berenang dirumah wisnu.
akhirnya, selesai berenang kamipun harus pasrah ibu memukuli kami dengan gesper hari itu. “ampun ma, iya ma kita ga akan ngulangin lagi..” cuma itu yang bisa gue dan adek gue ucapin berharap agar ibu berhenti memukuli kami.
“samanya lo kayak bapak lo, benci gue liat lo berdua” ucap ibu kepada kami, kata kata itu sering kali gue denger klo ibu lagi mukulin gue ataupun adek gue.
mungkin ibu benci sama ayah, dia dendam atau dia sakit hati sehingga kami harus jadi pelampiasan kemarahan ibu.
ga sengaja bapak liat memar biru luka bekas pukulan gesper tadi sore, lalu bertengkarlah mereka seperti yang terjadi sekarang ini.
gue ga tau harus respon gimana, gue udh sering banget denger ibu minta maaf sama gue, tapi lagi-lagi dia ngulangin perbuatan itu, gue dipukulin lagi dan lagi.
“udah habis air mata gue, ga tau ini rasa sayang apa benci yang ada dihati gue.
gue ga bisa lagi ngerasain sakit ataupun sedih liat ibu gue kaya gini” bisik gue didalem hati.
“babang ga marah kan sama mama? mama sebenernya sayang bang sama kamu” ucapnya lagi.
gue ga jawab pertanyaan ibu, gue coba lepasin pelukan ibu dari badan gue, lalu membalikkan badan dan mencoba untuk tidur malam itu.
mungkin ibu tau klo gue masih marah gara gara kejadian tadi sore, ibupun keluar dari kamar gue.
“gue benci sama ibu” cuma itu yang keluar dari mulut gue.
esok harinya, bapak gue udh ga ada dirumah, seperti biasa dia berangkat pagi pagi buta dan pulang malam hari kadang menjelang hampir pagi dia baru pulang, maklum bapak kerja di pemerintahan, dan punya tanggung jawab yang menyita banyak waktunya, jadi dia kurang begitu ngasih perhatian ke gue ataupun adek gue.
ibu gue seharian cuma dirumah, ga kerja karna dilarang ayah, jadi kesibukannya hanya mengurus kami dari bangun tidur sampai kami mau tidur kembali.
itupun klo suasana hatinya lagi baik, klo habis dimarahi dan dipukuli ayah, ibu seharian dikamar tidak mengurus kami.
kami juga dilarang main keluar rumah, ga boleh bawa teman main didalam rumah, kami hanya boleh main berdua dirumah, gue dan adik gue saja.
pernah gue coba buat bertanya alasan kami ga diperbolehkan main diluar rumah, ibu cuma menjawab dengan pukulan dan siksaan lainnya.
keluarga ini seperti neraka, selalu dipenuhi siksaan dan ucapan kasar, menjadi pemandangan dan makanan sehari hari gue.
sampe akhirnya kekerasan itu terekam di pikiran gue.
dan gue lampiasin ke adek gue satu-satunya yang gue sayang.
akhirnya hubungan kami semua hambar, cuek, tidak peduli satu dengan lainnya, dipenuhi ketakutan dan trauma yang mendalam..
gue jadi sering bengong sendiri, berpikir dan bermain dengan teman imajinasi gue.
adek gue pun gitu, gue udah ga peduli dengannya dan dia pun sibuk dengan dunianya sendiri.
ga ada lagi perhatian, kasih sayang dan cinta didalam keluarga ini.
sampai pada suatu hari, ketika bapak dan ibu bertengkar hebat, ibu mempunyai ide untuk membawa kami semua pergi meninggalkan bapak.
entah itu ide baik atau tidak, tapi mulai dari sini, rasa benci dan dendam untuk menyakiti adalah hal yang paling gue cintai dan impi-impikan.
Quote:
Spoiler for Mulustrasi Bree:
Karna kekerasan akan menimbulkan trauma dan membangun kekerasan yang lainnya.
Spoiler for Ratenya GanSis:
Selamat Membaca
Penulis : Prince’s 2011-2020@Kaskus
Ilustrasi : Google
Klik disini Gan/Sis Untuk Support dan Donasi
Penulis : Prince’s 2011-2020@Kaskus
Ilustrasi : Google
Klik disini Gan/Sis Untuk Support dan Donasi
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
UPDATE BERJALAN..
BAB 1, BAB 2, BAB 3, BAB 4, BAB 5, BAB 6, BAB 7, BAB 8, BAB 9, BAB 10, BAB 11, BAB 12, BAB 13, BAB 14, BAB 15
Spoiler for Kunjungi Thread Lainnya,:
HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian MerekaHot Thread
HORROR [Real Story] Akhir Dari Persugihan Gunung Hejo
HORROR [Real Story] Pendakian Berujung Kematian Hot Thread
CERPEN [Real Story] Terima Kasih, Cinta!
Lakukan Meditasi agar tidak Menyakiti Orang Lain
[SHARE] Meditasi Basic Normal
HORROR [Real Story] Akhir Dari Persugihan Gunung Hejo
HORROR [Real Story] Pendakian Berujung Kematian Hot Thread
CERPEN [Real Story] Terima Kasih, Cinta!
Lakukan Meditasi agar tidak Menyakiti Orang Lain
[SHARE] Meditasi Basic Normal
Bersambung
Diubah oleh princebanditt 25-01-2021 12:10
aipereeng365 dan 138 lainnya memberi reputasi
137
97.6K
Kutip
607
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.4KThread•41.4KAnggota
Tampilkan semua post
TS
princebanditt
#182
BAB XV HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka
Quote:
Sedangkan saat itu diposisi Aryo.
Gue masih penasaran dengan apa yang terjadi hari ini,
beberapa kali gue coba untuk fokus melihat dinding kamar, lama kelamaan dinding tersebut seakan menjadi transparan sehingga gue bisa liat kamar sebelah gue.
Dan itu bukan dari mata gue ngeliatnya, jadi kaya gue lagi nonton tv tiba-tiba aja gambaran itu muncul dan sangat jelas.
Gue juga bisa ngeliat tempat-tempat yang udah pernah gue datangin. rasanya seperti gue lagi berada ditempat itu, hembusan anginnya, bunyi jangkrik dan lain sebagainya.
kaya gue lagi mimpi tapi gue sadar,
“Asik dong, gue bisa liat rumah Ayah dan Kakek gue” ucap gue tiba-tiba mempunyai ide itu.
Lalu, gue coba membayangkan rumah gue, Ayah gue, Kakek gue, gue coba untuk fokus menggambarkan itu semua dipikiran gue.
5 Menit
10 Menit
15 Menit
20 Menit
“Aaagggrrhhhhhhh!!!!” gue teriak geram.
“udah selama itu gue ga bisa ngeliat apa-apa!!
cuma gelap yang gue dapet!” umpat gue dalam hati.
“Aneh, kenapa klo gue ngebayangin orang atau tempat yang masih deket sama gue, bisa.
giliran tempat yang jauh dari gue, ga bisa.” tanya gue dalam hati.
belom lagi ini badan ga bersahabat, padahal cuma tiduran sambil ngebayangin kok rasanya cape banget. Tulang pada linu semua, belom lagi rasanya gerah banget, baju sampe lepek karena basah.
“Mikir Aryo!! Mikir!!” gue menyemangati diri sendiri sambil memukulkan tangan gue kekepala.
“Liat tuh gilanya kambuh si Aryo”
gue langsung nyari sumber suara itu, ternyata itu suara Hasan temen sekamar gue, dia lagi natap gue dengan pandangan males dan aneh.
“Ngomong apa lo?” tanya gue menatap tajam dia.
“Gue? ga ngomong apa-apa” sanggahnya kaget lalu membalikan badannya memunggungi gue.
“Dasar gila, kok dia tau ya gue lagi ngomongin dia”
“lho??” gue mengernyitkan alis gue.
“gue bisa denger dia ngomong dalam hati?
itu mirip sama cara Kakek, Mirna dan Murni berinteraksi sama gue kok?” tanya gue heran dalam hati
“gue butuh kakek sialan itu, kemana dia? gue butuh penjelasan darinya” ungkap gue dalam hati.
“Woi Kakek!!”
“Kek!!”
“Kakek!! dimana sih giliran dibutuhin ga ada!”
“Jawab Kek!”
Gerutu gue didalem hati nyari itu kakek ga jawab juga.
“Perbaiki Sikapmu Aryo, kemampuanmu itu bukan untuk kau pergunakan sembarangan” jawab Kakek dingin.
“nah muncul kan” jawab gue seneng tanpa menghiraukan nasehatnya.
“Eh Kakek! Kenapa gue ga bisa liat rumah Ayah??” tanya gue kasar.
“Kau pikir dengan caramu, aku akan menjawab pertanyaanmu? dengan sedikit kemampuanmu itu kau sudah sombong dan bersikap sembarangan Aryo!” bentak Kakek marah mengenai ucapan kasar gue kepadanya.
“Manusia yang berilmu akan semakin merendah seperti padi yang berisi, apakah kau mengerti?” tanyanya ke gue.
“Ribet emang urusan sama lo, gue tunggu Murni aja buat ngejelasin, lagian gue cuma nanya kenapa, kok malah dijawab kemana-mana, Aneh” sindir gue dengan nada heran kenapa itu Kakek jadi ceramahin sikap gue.
Karna Mood gue jelek, akhirnya gue putusin buat tidur aja kesel gara-gara si Kakek.
“Hey Pak Tua, memalukan sekali wujudmu itu Barata”
“Sepertinya kau salah dalam mendidiknya, kali ini biar aku yang akan menguji sikap arogannya” Ladoya lalu menampakan wujudnya kepada Barata.
“Belum saatnya kau muncul Ladoya!” bentak Kakek yang ternyata bernama Barata itu.
“Belum saatnya??” tanya Ladoya heran.
“Tidakah kau lihat, Ayah, Ibu dan Kakeknya?? Kau mau tunggu sampai Dia tumbuh menjadi seperti mereka semua?” ucap Ladoya jengah.
“Mereka yang tidak pernah sadar akan segala perbuatannya dahulu, sekarang hanya bisa pasrah menikmati hasil perbuatannya, dan kau mau Aryo menanggung itu semua? timpanya kesal terhadap Barata.
Barata yang mendengar ucapan Ladoya berpikir bahwa ia ada benarnya juga, Barata sudah salah dalam mendidik Aryo.
“Dan Wujudmu yang menggelikan itu, tolong singkirkan wajah tua mu itu Barata” lalu dia mengaum keras menandakan tidak senang dengan wujud kakek tua milik Barata.
Barata merubah wujudnya kembali menjadi Harimau Putih dengan Garis berwarna hitam seperti biasanya.
“Ku serahkan Aryo kepadamu Ladoya” pesan Barata lalu hilang dikegelapan.
“Tunggu aku anak sialan, kita lihat apakah kamu memang anak yang sudah dijanjikan dahulu untuk meneruskan Kakek dan Ayah sialanmu itu” bisik Ladoya gemas melihat Aryo yang tertidur.
Auman keras Ladoya tadi ternyata terdengar jelas diantara pada MG disekitar pesantren.
Membuat mereka gelisah akan suara menyeramkan tersebut.
“Adik kamu dengar itu?” tanya Mirna kepada adiknya yang masih saja menunggu Isa dikejauhan.
“Jangan ganggu Kak, aku sedang mengawasi Manusia laknat itu” Jawab Murni tanpa menghiraukan ucapan Kakaknya.
Mirna kemudian terbang meninggalkan Murni.
“Aku masih mengawasimu Isa” ucap Murni penuh dendam.
Sudah beberapa hari ini Mirna dan Murni terus sama mengganggu Yusuf dan Isa.
Yusuf yang terlihat letih kurang tidur karena diganggu setiap malam oleh Mirna. Membuat kulit wajahnya menjadi pucat pasi.
Setiap malam Ia harus merasakan teror dari Mirna, Ranjangnya bergetar, telinganya seperti ditiup dan dipanggil namanya, bentuk menyeramkan yang sering kali dilihat dari jendela kamar sedang mengawasi dirinya, membuat Yusuf tidak berani keluar dari kamarnya.
Belum lagi ketika dikamar mandi, bak airnya menjadi penuh dengan rambut entah punya siapa yang menjulur keluar, air nya yang kadang berubah menjadi merah seperti darah, cukup membuat Yusuf stress berhari-hari hingga akhirnya jatuh sakit.
Para Ustad yang melihat ada kejanggalan yang tejadi kepada Yusuf memutuskan untuk berkumpul untuk mengaji dikamar Yusuf berharap gangguan yang kerap datang akan menghilang.
Isa yang mendengar cerita tentang Yusuf tentu membuatnya berpikir, “Jangan-jangan Yusuf diganggu oleh mahluk yang datang kepadaku waktu itu”
Isa akhirnya memutuskan untuk meninggalkan pesantren dan pulang kekampungnya dahulu, sampai keadaan aman kembali pikirnya.
“Ini yang sudah ku tunggu Isa” bisik Murni senang melihat Isa sedang merapihkan beberapa helai baju kedalam tas besarnya.
“Akan kubuat kamu celaka Isa!! hhihihihihihi” Murni tertawa cekikikan tanda senang.
Isa yang berada didekat Murni menjadi tegang mendengar teriakan khas wanita itu, bulu remangnya mulai berdiri tanda ketakutan sedang menyelimuti hati dan pikiran Isa.
Isa mempercepat aktifitasnya, Ia memasukan segala barang yang akan dia bawa secara berantakan, setelah beres iapun keluar menghidupkan motornya.
Sebuah baju berwarna putih panjang tepat melintas dihadapannya.
“Mau kabur kemana kamu Isa!!”
“hhaahahahahahahah”
suara tawa tersebut terbang berhembus dibarengi angin yang menerpa kencang.
“Astagfirulloh Aladzim” ucap Isa yang melihat dan mendengar penampakan itu.
Isa mengeluarkan motor lalu cepat-cepat Ia menarik gas kendaraannya melesat meninggalakan Murni yang masih terus tertawa.
“Tepat seperti yang sudah ku prediksikan” ungkap Murni yang melihat Isa meninggalkannya.
Ditengah perjalanan,
“Akhirnya itu setan ga ngikutin gue lagi, hampir aja! bisa gila klo terus dipesantren itu, gue ga mau jadi kaya si Yusuf” batinnya sambil membuang nafas panjang tanda lega.
“Mau kemana kamu Isa? kau pikir bisa begitu saja pergi dari pandanganku?” bentaknya membuat motor yang dikendarai Isa sedikit oleng.
Isa yang melihat Kuntilanak merah itu terbang disebelah kirinya, terlihat kaget. “Sebenarnya apa maumu?” tanya Isa yang mulai mengeluarkan keringat jagung disekitar keningnya, suhu tubuhnya menjadi sangat dingin dan jantungnya terus memompa cepat.
“hhhihihihihihi”
“aku ingin kaki dan tanganmu Isa, yang sering kau pergunakan untuk menyiksa orang lain, dan tidak dipergunakan sebagaimana mestinya, tidakkah kau malu Isa? kalian mahkluk ciptaanNya yang paling sempurna, tapi dibalik kesempurnaan kalian para manusia ternyata lebih keji dari bangsa kami!!” teriak Murni marah.
Isa yang mengendarai sepeda motornya tidak fokus dengan jalanan didepannya.
Ia tidak melihat ada sebuah Mobil Truck berjalan kencang menuju arahnya.
pikirannya hanya terfokus kepada celotehan Murni kala itu.
Hingga akhirnya, tabrakan pun tak mampu dihindari keduanya.
Isa yang terlempar beberapa meter, kepalanya harus menabrak bongkahan batu besar dan hilang kesadaran.
sedangkan supir truck tersebut sempat turun untuk menengok orang yang telah Ia tabrak.
Sungguh mengenaskan Isa telah bersimbah darah terlihat kedua tangannya patah, dan tulang kering betisnya menusuk keluar berwarna putih gading lengkap dengan darah segar.
Isa menggelepar mengeluarkan darah dari hidung dan mulutnya, tampak seperti ikan yang kekurangan air.
“Innalilahi” pekik supir truck tersebut, ia sibuk mencari sesuatu diantara sepeda motor yang telah ringsek dan tas besar yang kotor akibat terseret tanah.
akhirnya dia mendapati sebuah ponsel jadul milih Isa, segera dicarinya kontak yang dapat dihubungi, panggilan terakhir tertuju kepada Aulia Bigguna yang dia kira adalah Istri Isa.
“Malam Bu, Suami Ibu kecelakaan dijalan ******, mohon Ibu segera kemari”
Begitulah pesan singkat yang sudah dikirimkan.
Selanjutnya supir tersebut menelepon Ambulan agar membawa Isa kerumah sakit, kemudian ia pergi dengan terburu-buru sebelum ambulan datang meninggalkan Isa sendirian dipinggir jalan.
Isa yang belum sepenuhnya pingsan, mencoba memanggil supir itu pelan.
“Tolongg..”
“Tolong..”
bisiknya lirih, namun supir tersebut tidak mengubris dan pergi meninggalkannya.
“hhahahahaha mampus kamu Isa” tawa Murni melihat Isa sekarat.
“Siapa yang akan menolongmu? rasakan perbuatanmu itu manusia hina!!” teriak Murni lalu meninggalkannya.
Isa merintih kesakitan hingga keluar air matanya, Ia mengingat semua kejahatan yang dilakukannya, memanfaatkan wewenangnya untuk kepentingan sendiri tanpa memikirkan orang lain, Ia juga mengingat Aryo yang sering disiksanya.
Dia memohon maaf atas semua yang sudah dilakukan, mengharap Tuhan akan memaafkan semuanya sebelum nyawa meregang dari tubuh lemahnya.
Belajar Lagi Bree..
Ga lama kemudian Ambulance datang melihat Isa tergeletak sendirian dengan keadaan kritis akhirnya membawanya kerumah sakit terdekat.
Esok harinya,
Gue semakin kagum akan kelebihan yang gue dapat kala itu.
Gue mampu menganalisa setiap orang yang gue fokus pandangi, gue baca karakter tiap orang disekitar gue, dengar bisikan mereka, dan lain sebagainya.
Rasanya seperti terlahir kembali dengan sebuah kekuatan khusus. Walaupun gue masih enggan untuk dekat dengan mereka, tapi dengan kekuatan ini muncul keberanian didalam hati, bahwa gue lebih baik dari mereka semua yang munafik!
“Prak” terdengar bunyi hanger (gantungan baju) dilemparkan kencang kearah gue, beruntung hanger itu menabrak besi ranjang dan hancur patah jadi dua, klo ga kena besi udah pasti bakal kena muka gue.
gue nengok mencari tau siapa yang melempar hanger itu.
“Jangan banyak bengong lo gila, nanti kesurupan. eh lupa, lo kan bertemen sama setan ya? ga bakal kesurupan” seru mulyadi lalu tertawa memandangi satu per satu teman-temannya.
Seakan memberitahu dia habis melakukan hal yang hebat.
gue yang saat itu mendengar gemuruh tawa mereka, merasakan hawa panas meluap cepat dari dalam tubuh gue, menyelimuti seluruh badan hingga kekepala, seakan memaksa gue untuk melampiaskan hawa panas tersebut.
ga sadar gue udah berlari ke arah mulyadi, memegang kepalanya dengan kedua tangan gue, lalu membenturkan keras kelemari kayu didepannya.
“Krak.. Brug” terdengar suara kayu patah ketika kepala mulyadi membentur lemari.
suasana hening saat itu,
“Lo kira lo hebat?” bisik gue didepan mukanya.
Mulyadi hanya menelan air liurnya mendengar ucapan gue, dan memandang gue ngeri.
“Jawab!” sekali lagi gue membenturkan kepalanya.
seakan kurang puas, tangan gue jadi semakin gemeteran menahan hawa panas yang sudah merambat ketangan gue, telapak tangan berubah menjadi merah dan panas.
Gue pukul beberapa kali kepalanya dengan sadis, gue lempar badannya yang mulai sempoyongan akibat pusing mungkin.
Badannya nabrak tiang kasur dan terjatuh, gue liat bambu untuk menggantungkan hanger ikut terjatuh didekatnya.
Gue raih bambu itu dan memukulnya berulang kali mengarah ke wajahnya, Mulyadi menutupi wajahnya yang sudah berdarah dengan tangannya.
Gue masih menggila dengan aktifitas itu, tangan seakan ga mau berhenti, dan jantung gue terus memaksa mendukung tangan agar memukulnya berulang-ulang, sampai akhirnya bambu tersebut patah.
semua rasanya berjalan sangat lambat, cuma gue dan benda yang gue pegang berjalan dengan cepat.
Gue deketin muka Mulyadi, darah berceceran disekitar wajahnya, dengan mata yang bengkak sebelah hanya sebelah matanya lagi yang menatap gue lemah, hidungnya mengeluarkan darah, dan bibir bawahnya sedikit robek mungkin tergores bambu tadi.
gue tersenyum sinis menatapnya, “lo pikir lo hebat? jangan pernah keliatan sama mata gue lagi, lo inget baik-baik! ngerti?” lalu melemparkan bambu yang patah itu kearah kaki Mulyadi keras.
Gue pandangi semua orang dikamar saat itu, rasanya pengen ngamuk dan melukai mereka semua, dengan nafas yang tersengal dan pandangan buas melihat mereka.
“Kenapa?” tanya gue dingin, mereka masing-masing membuang mukanya berpura-pura tidak mendengar ucapan gue.
akhirnya gue pergi keluar kamar menuju kamar mandi, tangan gue rasanya perih ternyata banyak luka gores ditangan gue dan sedikit bengkak disekitar sela-sela jari. Gue bilas pake air kamar mandi rasanya masih aja panas.
Seperti habis memegang bohlam yang baru saja dilepaskan, panasnya seperti itu kira-kira.
“Aneh, kenapa gue bisa senekat itu? kenapa gue ga bisa berentiin tangan gue sendiri, kaya ada sesuatu yang mendorong gue jadi berani kaya tadi” batin gue bingung sambil memijit-mijit tangan gue yang sakit akibat memukul kepala mulyadi tadi.
“Kau memang unik Aryo, didalam kemarahanpun kau masih bisa berpikir tentang yang kau rasakan” tegas Ladoya dari kejauhan. Tersenyum melihat calon tuannya itu.
Gue masih penasaran dengan apa yang terjadi hari ini,
beberapa kali gue coba untuk fokus melihat dinding kamar, lama kelamaan dinding tersebut seakan menjadi transparan sehingga gue bisa liat kamar sebelah gue.
Dan itu bukan dari mata gue ngeliatnya, jadi kaya gue lagi nonton tv tiba-tiba aja gambaran itu muncul dan sangat jelas.
Gue juga bisa ngeliat tempat-tempat yang udah pernah gue datangin. rasanya seperti gue lagi berada ditempat itu, hembusan anginnya, bunyi jangkrik dan lain sebagainya.
kaya gue lagi mimpi tapi gue sadar,
“Asik dong, gue bisa liat rumah Ayah dan Kakek gue” ucap gue tiba-tiba mempunyai ide itu.
Lalu, gue coba membayangkan rumah gue, Ayah gue, Kakek gue, gue coba untuk fokus menggambarkan itu semua dipikiran gue.
5 Menit
10 Menit
15 Menit
20 Menit
“Aaagggrrhhhhhhh!!!!” gue teriak geram.
“udah selama itu gue ga bisa ngeliat apa-apa!!
cuma gelap yang gue dapet!” umpat gue dalam hati.
“Aneh, kenapa klo gue ngebayangin orang atau tempat yang masih deket sama gue, bisa.
giliran tempat yang jauh dari gue, ga bisa.” tanya gue dalam hati.
belom lagi ini badan ga bersahabat, padahal cuma tiduran sambil ngebayangin kok rasanya cape banget. Tulang pada linu semua, belom lagi rasanya gerah banget, baju sampe lepek karena basah.
“Mikir Aryo!! Mikir!!” gue menyemangati diri sendiri sambil memukulkan tangan gue kekepala.
“Liat tuh gilanya kambuh si Aryo”
gue langsung nyari sumber suara itu, ternyata itu suara Hasan temen sekamar gue, dia lagi natap gue dengan pandangan males dan aneh.
“Ngomong apa lo?” tanya gue menatap tajam dia.
“Gue? ga ngomong apa-apa” sanggahnya kaget lalu membalikan badannya memunggungi gue.
“Dasar gila, kok dia tau ya gue lagi ngomongin dia”
“lho??” gue mengernyitkan alis gue.
“gue bisa denger dia ngomong dalam hati?
itu mirip sama cara Kakek, Mirna dan Murni berinteraksi sama gue kok?” tanya gue heran dalam hati
“gue butuh kakek sialan itu, kemana dia? gue butuh penjelasan darinya” ungkap gue dalam hati.
“Woi Kakek!!”
“Kek!!”
“Kakek!! dimana sih giliran dibutuhin ga ada!”
“Jawab Kek!”
Gerutu gue didalem hati nyari itu kakek ga jawab juga.
“Perbaiki Sikapmu Aryo, kemampuanmu itu bukan untuk kau pergunakan sembarangan” jawab Kakek dingin.
“nah muncul kan” jawab gue seneng tanpa menghiraukan nasehatnya.
“Eh Kakek! Kenapa gue ga bisa liat rumah Ayah??” tanya gue kasar.
“Kau pikir dengan caramu, aku akan menjawab pertanyaanmu? dengan sedikit kemampuanmu itu kau sudah sombong dan bersikap sembarangan Aryo!” bentak Kakek marah mengenai ucapan kasar gue kepadanya.
“Manusia yang berilmu akan semakin merendah seperti padi yang berisi, apakah kau mengerti?” tanyanya ke gue.
“Ribet emang urusan sama lo, gue tunggu Murni aja buat ngejelasin, lagian gue cuma nanya kenapa, kok malah dijawab kemana-mana, Aneh” sindir gue dengan nada heran kenapa itu Kakek jadi ceramahin sikap gue.
Karna Mood gue jelek, akhirnya gue putusin buat tidur aja kesel gara-gara si Kakek.
“Hey Pak Tua, memalukan sekali wujudmu itu Barata”
“Sepertinya kau salah dalam mendidiknya, kali ini biar aku yang akan menguji sikap arogannya” Ladoya lalu menampakan wujudnya kepada Barata.
“Belum saatnya kau muncul Ladoya!” bentak Kakek yang ternyata bernama Barata itu.
“Belum saatnya??” tanya Ladoya heran.
“Tidakah kau lihat, Ayah, Ibu dan Kakeknya?? Kau mau tunggu sampai Dia tumbuh menjadi seperti mereka semua?” ucap Ladoya jengah.
“Mereka yang tidak pernah sadar akan segala perbuatannya dahulu, sekarang hanya bisa pasrah menikmati hasil perbuatannya, dan kau mau Aryo menanggung itu semua? timpanya kesal terhadap Barata.
Barata yang mendengar ucapan Ladoya berpikir bahwa ia ada benarnya juga, Barata sudah salah dalam mendidik Aryo.
“Dan Wujudmu yang menggelikan itu, tolong singkirkan wajah tua mu itu Barata” lalu dia mengaum keras menandakan tidak senang dengan wujud kakek tua milik Barata.
Barata merubah wujudnya kembali menjadi Harimau Putih dengan Garis berwarna hitam seperti biasanya.
“Ku serahkan Aryo kepadamu Ladoya” pesan Barata lalu hilang dikegelapan.
“Tunggu aku anak sialan, kita lihat apakah kamu memang anak yang sudah dijanjikan dahulu untuk meneruskan Kakek dan Ayah sialanmu itu” bisik Ladoya gemas melihat Aryo yang tertidur.
Auman keras Ladoya tadi ternyata terdengar jelas diantara pada MG disekitar pesantren.
Membuat mereka gelisah akan suara menyeramkan tersebut.
“Adik kamu dengar itu?” tanya Mirna kepada adiknya yang masih saja menunggu Isa dikejauhan.
“Jangan ganggu Kak, aku sedang mengawasi Manusia laknat itu” Jawab Murni tanpa menghiraukan ucapan Kakaknya.
Mirna kemudian terbang meninggalkan Murni.
“Aku masih mengawasimu Isa” ucap Murni penuh dendam.
Sudah beberapa hari ini Mirna dan Murni terus sama mengganggu Yusuf dan Isa.
Yusuf yang terlihat letih kurang tidur karena diganggu setiap malam oleh Mirna. Membuat kulit wajahnya menjadi pucat pasi.
Setiap malam Ia harus merasakan teror dari Mirna, Ranjangnya bergetar, telinganya seperti ditiup dan dipanggil namanya, bentuk menyeramkan yang sering kali dilihat dari jendela kamar sedang mengawasi dirinya, membuat Yusuf tidak berani keluar dari kamarnya.
Belum lagi ketika dikamar mandi, bak airnya menjadi penuh dengan rambut entah punya siapa yang menjulur keluar, air nya yang kadang berubah menjadi merah seperti darah, cukup membuat Yusuf stress berhari-hari hingga akhirnya jatuh sakit.
Para Ustad yang melihat ada kejanggalan yang tejadi kepada Yusuf memutuskan untuk berkumpul untuk mengaji dikamar Yusuf berharap gangguan yang kerap datang akan menghilang.
Isa yang mendengar cerita tentang Yusuf tentu membuatnya berpikir, “Jangan-jangan Yusuf diganggu oleh mahluk yang datang kepadaku waktu itu”
Isa akhirnya memutuskan untuk meninggalkan pesantren dan pulang kekampungnya dahulu, sampai keadaan aman kembali pikirnya.
“Ini yang sudah ku tunggu Isa” bisik Murni senang melihat Isa sedang merapihkan beberapa helai baju kedalam tas besarnya.
“Akan kubuat kamu celaka Isa!! hhihihihihihi” Murni tertawa cekikikan tanda senang.
Isa yang berada didekat Murni menjadi tegang mendengar teriakan khas wanita itu, bulu remangnya mulai berdiri tanda ketakutan sedang menyelimuti hati dan pikiran Isa.
Isa mempercepat aktifitasnya, Ia memasukan segala barang yang akan dia bawa secara berantakan, setelah beres iapun keluar menghidupkan motornya.
Sebuah baju berwarna putih panjang tepat melintas dihadapannya.
“Mau kabur kemana kamu Isa!!”
“hhaahahahahahahah”
suara tawa tersebut terbang berhembus dibarengi angin yang menerpa kencang.
“Astagfirulloh Aladzim” ucap Isa yang melihat dan mendengar penampakan itu.
Isa mengeluarkan motor lalu cepat-cepat Ia menarik gas kendaraannya melesat meninggalakan Murni yang masih terus tertawa.
“Tepat seperti yang sudah ku prediksikan” ungkap Murni yang melihat Isa meninggalkannya.
Ditengah perjalanan,
“Akhirnya itu setan ga ngikutin gue lagi, hampir aja! bisa gila klo terus dipesantren itu, gue ga mau jadi kaya si Yusuf” batinnya sambil membuang nafas panjang tanda lega.
“Mau kemana kamu Isa? kau pikir bisa begitu saja pergi dari pandanganku?” bentaknya membuat motor yang dikendarai Isa sedikit oleng.
Isa yang melihat Kuntilanak merah itu terbang disebelah kirinya, terlihat kaget. “Sebenarnya apa maumu?” tanya Isa yang mulai mengeluarkan keringat jagung disekitar keningnya, suhu tubuhnya menjadi sangat dingin dan jantungnya terus memompa cepat.
“hhhihihihihihi”
“aku ingin kaki dan tanganmu Isa, yang sering kau pergunakan untuk menyiksa orang lain, dan tidak dipergunakan sebagaimana mestinya, tidakkah kau malu Isa? kalian mahkluk ciptaanNya yang paling sempurna, tapi dibalik kesempurnaan kalian para manusia ternyata lebih keji dari bangsa kami!!” teriak Murni marah.
Isa yang mengendarai sepeda motornya tidak fokus dengan jalanan didepannya.
Ia tidak melihat ada sebuah Mobil Truck berjalan kencang menuju arahnya.
pikirannya hanya terfokus kepada celotehan Murni kala itu.
Hingga akhirnya, tabrakan pun tak mampu dihindari keduanya.
Isa yang terlempar beberapa meter, kepalanya harus menabrak bongkahan batu besar dan hilang kesadaran.
sedangkan supir truck tersebut sempat turun untuk menengok orang yang telah Ia tabrak.
Sungguh mengenaskan Isa telah bersimbah darah terlihat kedua tangannya patah, dan tulang kering betisnya menusuk keluar berwarna putih gading lengkap dengan darah segar.
Isa menggelepar mengeluarkan darah dari hidung dan mulutnya, tampak seperti ikan yang kekurangan air.
“Innalilahi” pekik supir truck tersebut, ia sibuk mencari sesuatu diantara sepeda motor yang telah ringsek dan tas besar yang kotor akibat terseret tanah.
akhirnya dia mendapati sebuah ponsel jadul milih Isa, segera dicarinya kontak yang dapat dihubungi, panggilan terakhir tertuju kepada Aulia Bigguna yang dia kira adalah Istri Isa.
“Malam Bu, Suami Ibu kecelakaan dijalan ******, mohon Ibu segera kemari”
Begitulah pesan singkat yang sudah dikirimkan.
Selanjutnya supir tersebut menelepon Ambulan agar membawa Isa kerumah sakit, kemudian ia pergi dengan terburu-buru sebelum ambulan datang meninggalkan Isa sendirian dipinggir jalan.
Isa yang belum sepenuhnya pingsan, mencoba memanggil supir itu pelan.
“Tolongg..”
“Tolong..”
bisiknya lirih, namun supir tersebut tidak mengubris dan pergi meninggalkannya.
“hhahahahaha mampus kamu Isa” tawa Murni melihat Isa sekarat.
“Siapa yang akan menolongmu? rasakan perbuatanmu itu manusia hina!!” teriak Murni lalu meninggalkannya.
Isa merintih kesakitan hingga keluar air matanya, Ia mengingat semua kejahatan yang dilakukannya, memanfaatkan wewenangnya untuk kepentingan sendiri tanpa memikirkan orang lain, Ia juga mengingat Aryo yang sering disiksanya.
Dia memohon maaf atas semua yang sudah dilakukan, mengharap Tuhan akan memaafkan semuanya sebelum nyawa meregang dari tubuh lemahnya.
Belajar Lagi Bree..
Quote:
Manusia akan menyadari semua kesalahannya disaat lemah tak berdaya, itulah manusia.
dengan kesombongan semasa jayanya, malah dimanfaatkan untuk menindas orang lain.
Memaksa mengikuti semua perintahnya seolah mereka sudah menjadi Tuhan atas manusia lainnya.
Mereka juga lupa bahwa mereka adalah ciptaannya, yang dengan sekejap mata apa yang telah dimiliki dapat diambilnya kembali.
Ingatlah apa yang dimiliki saat ini adalah titipan, yang pada akhirnya akan diambil kembali oleh Sang Pencipta yang Maha kuasa atas segala sesuatunya.
Karma itu nyata, mau tau buktinya?
lihatlah semenjak kalian lahir kedunia, tidak bawa apa-apa, tidak berdaya, tidak berkuasa, tidak dapat berbuat apapun.
lalu kemudian kalian belajar, menjadi berkuasa, berpengaruh, mempunyai apapun yang kalian inginkan dan dapat berbuat semaunya.
pada akhirnya, kalian kembali lemah, tidak berdaya karena tubuh yang dulu kuat dimakan oleh usia, dan kalian hanya bisa berharap agar ditolong oleh manusia lainnya.
pernahkah kalian berpikir, dengan perbuatan kalian dahulu adakah orang yang bersedia menolong kalian? walaupun itu anak dan cucu kalian?
kembali kepada diri kita sendiri, apa yang sudah ditanam maka itulah yang akan dipetik sebagai hasilnya.
Jadi jangan bermimpi mendapatkan hasil yang baik jika cara kalian salah dalam menanam.
dengan kesombongan semasa jayanya, malah dimanfaatkan untuk menindas orang lain.
Memaksa mengikuti semua perintahnya seolah mereka sudah menjadi Tuhan atas manusia lainnya.
Mereka juga lupa bahwa mereka adalah ciptaannya, yang dengan sekejap mata apa yang telah dimiliki dapat diambilnya kembali.
Ingatlah apa yang dimiliki saat ini adalah titipan, yang pada akhirnya akan diambil kembali oleh Sang Pencipta yang Maha kuasa atas segala sesuatunya.
Karma itu nyata, mau tau buktinya?
lihatlah semenjak kalian lahir kedunia, tidak bawa apa-apa, tidak berdaya, tidak berkuasa, tidak dapat berbuat apapun.
lalu kemudian kalian belajar, menjadi berkuasa, berpengaruh, mempunyai apapun yang kalian inginkan dan dapat berbuat semaunya.
pada akhirnya, kalian kembali lemah, tidak berdaya karena tubuh yang dulu kuat dimakan oleh usia, dan kalian hanya bisa berharap agar ditolong oleh manusia lainnya.
pernahkah kalian berpikir, dengan perbuatan kalian dahulu adakah orang yang bersedia menolong kalian? walaupun itu anak dan cucu kalian?
kembali kepada diri kita sendiri, apa yang sudah ditanam maka itulah yang akan dipetik sebagai hasilnya.
Jadi jangan bermimpi mendapatkan hasil yang baik jika cara kalian salah dalam menanam.
Ga lama kemudian Ambulance datang melihat Isa tergeletak sendirian dengan keadaan kritis akhirnya membawanya kerumah sakit terdekat.
Esok harinya,
Gue semakin kagum akan kelebihan yang gue dapat kala itu.
Gue mampu menganalisa setiap orang yang gue fokus pandangi, gue baca karakter tiap orang disekitar gue, dengar bisikan mereka, dan lain sebagainya.
Rasanya seperti terlahir kembali dengan sebuah kekuatan khusus. Walaupun gue masih enggan untuk dekat dengan mereka, tapi dengan kekuatan ini muncul keberanian didalam hati, bahwa gue lebih baik dari mereka semua yang munafik!
“Prak” terdengar bunyi hanger (gantungan baju) dilemparkan kencang kearah gue, beruntung hanger itu menabrak besi ranjang dan hancur patah jadi dua, klo ga kena besi udah pasti bakal kena muka gue.
gue nengok mencari tau siapa yang melempar hanger itu.
“Jangan banyak bengong lo gila, nanti kesurupan. eh lupa, lo kan bertemen sama setan ya? ga bakal kesurupan” seru mulyadi lalu tertawa memandangi satu per satu teman-temannya.
Seakan memberitahu dia habis melakukan hal yang hebat.
gue yang saat itu mendengar gemuruh tawa mereka, merasakan hawa panas meluap cepat dari dalam tubuh gue, menyelimuti seluruh badan hingga kekepala, seakan memaksa gue untuk melampiaskan hawa panas tersebut.
ga sadar gue udah berlari ke arah mulyadi, memegang kepalanya dengan kedua tangan gue, lalu membenturkan keras kelemari kayu didepannya.
“Krak.. Brug” terdengar suara kayu patah ketika kepala mulyadi membentur lemari.
suasana hening saat itu,
“Lo kira lo hebat?” bisik gue didepan mukanya.
Mulyadi hanya menelan air liurnya mendengar ucapan gue, dan memandang gue ngeri.
“Jawab!” sekali lagi gue membenturkan kepalanya.
seakan kurang puas, tangan gue jadi semakin gemeteran menahan hawa panas yang sudah merambat ketangan gue, telapak tangan berubah menjadi merah dan panas.
Gue pukul beberapa kali kepalanya dengan sadis, gue lempar badannya yang mulai sempoyongan akibat pusing mungkin.
Badannya nabrak tiang kasur dan terjatuh, gue liat bambu untuk menggantungkan hanger ikut terjatuh didekatnya.
Gue raih bambu itu dan memukulnya berulang kali mengarah ke wajahnya, Mulyadi menutupi wajahnya yang sudah berdarah dengan tangannya.
Gue masih menggila dengan aktifitas itu, tangan seakan ga mau berhenti, dan jantung gue terus memaksa mendukung tangan agar memukulnya berulang-ulang, sampai akhirnya bambu tersebut patah.
semua rasanya berjalan sangat lambat, cuma gue dan benda yang gue pegang berjalan dengan cepat.
Gue deketin muka Mulyadi, darah berceceran disekitar wajahnya, dengan mata yang bengkak sebelah hanya sebelah matanya lagi yang menatap gue lemah, hidungnya mengeluarkan darah, dan bibir bawahnya sedikit robek mungkin tergores bambu tadi.
gue tersenyum sinis menatapnya, “lo pikir lo hebat? jangan pernah keliatan sama mata gue lagi, lo inget baik-baik! ngerti?” lalu melemparkan bambu yang patah itu kearah kaki Mulyadi keras.
Gue pandangi semua orang dikamar saat itu, rasanya pengen ngamuk dan melukai mereka semua, dengan nafas yang tersengal dan pandangan buas melihat mereka.
“Kenapa?” tanya gue dingin, mereka masing-masing membuang mukanya berpura-pura tidak mendengar ucapan gue.
akhirnya gue pergi keluar kamar menuju kamar mandi, tangan gue rasanya perih ternyata banyak luka gores ditangan gue dan sedikit bengkak disekitar sela-sela jari. Gue bilas pake air kamar mandi rasanya masih aja panas.
Seperti habis memegang bohlam yang baru saja dilepaskan, panasnya seperti itu kira-kira.
“Aneh, kenapa gue bisa senekat itu? kenapa gue ga bisa berentiin tangan gue sendiri, kaya ada sesuatu yang mendorong gue jadi berani kaya tadi” batin gue bingung sambil memijit-mijit tangan gue yang sakit akibat memukul kepala mulyadi tadi.
“Kau memang unik Aryo, didalam kemarahanpun kau masih bisa berpikir tentang yang kau rasakan” tegas Ladoya dari kejauhan. Tersenyum melihat calon tuannya itu.
Diubah oleh princebanditt 12-06-2020 10:57
ferist123 dan 45 lainnya memberi reputasi
46
Kutip
Balas
Tutup