RSKOJakartaAvatar border
TS
RSKOJakarta
Cerita Perawat Narkoba Jadi Perawat Covid-19, dari Cemas dan Putus Asa


Bagi saya yang baru memiliki pengalaman merawat pasien Covid-19, pada saat disana ada cerita Senang dan Sedih. Senang rasanya rekan-rekan Nakes saling menjaga keamanan dan keselamatan bersama dan masing-masing, baik itu dokter, perawat maupun tenaga Kesehatan lainnya. Sedih rasanya bila melihat pasien Covid-19 tidak dikunjungi keluarga” cerita Herry Sasmito Adji, AMD.Kep

Pada hari ini, 12 Mei 2020 ditetapkan sebagi Hari Perawat Internasional tentunya merupakan hari yang diingat oleh profesi Perawat di seluruh dunia.

Pandemi Covid-19 membuat profesi ini menjadi sorotan selain tenaga dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang menjadi garda terdepan pelayan terhadap pasien covid-19.

Bagimana bila seorang perawat ditanya untuk diberi kesempatan untuk melayani pasien Covid-19 yang berada di ruang isolasi ? tentunya ada yang menjawab saya bersedia demi kemanusiaan, ada juga yang menjawab saya bersedia karena tuntutan tugas, dan banyak pula yang menjawab apakah ada yang lain tidak !

Tulisan ini bercerita tentang seorang perawat RSKO Jakarta yang terbiasa dengan rutinitas menangani pasien komplikasi NAPZA plus Jiwa dan komplikasi fisik plus NAPZA yang diberi tugas untuk membantu perawatan pasien Covid-19 di Rumah Sakit Pusat Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso.

Cerita ini berawal ketika RSKO Jakarta menerima surat dari Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI pada 1 April 2020 dengan nomor KP.01.04/I/1047/2020 perihal permohonan bantuan Nakes untuk ditugaskan di RSPI Prof.Dr.Sulianti Saroso Jakarta. Adapun waktu penugasan selama 14 hari mulai dari tanggal 2 s.d 15 April 2020.

Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI pada 9 April 2020 melayangkan surat bernomor KP.01.04/I/3930/2020 perihal perpanjangan permohonan bantuan Nakes untuk ditugaskan di RSPI Prof.Dr.Sulianti Saroso Jakarta.  Perpanjangan tugas terhitung 16 s/d 30 April 2020.

Selama bertugas kinerja Nakes tetap dihitung, diberikan asuransi ketenaga kerjaan, insentif,  transportasi dan akomodasi. Biaya yang ditimbulkan dari penugasan dibebankan pada DIPA Sekretariat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan TA 2020 atau sumber pembiayaan lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku.



RSKO Jakarta mengirimkan tenaga kesehatan (Nakes) sebanyak 3 (tiga) Perawat untuk mengabdi di Rumah Sakit Pusat Infeksi Sulianti Saroso. Para Perawat ini diantar langsung oleg Direktur Utama RSKO Jakarta, dr.Azhar Jaya, SKM, MARS.
Pengiriman 3 orang perawat ini merupakan wujud kerjasama antara RSKO Jakarta dan RSPI Sulianti Saroso bersama melawan Covid-19.

Pengiriman 3 orang Nakes ini merupakan gelombang pertama dari RSKO Jakarta. Adapun 3 Perawat tersebut Herry Sasmito Aji, Terays Indriasti, Bunga Puteri Permata Sari yang bertugas dilayanan Rawat Inap Komplikasi dan Rawat Inap Napza.

Mereka bertiga terpilih bertugas di RSPI Sulianti Saroso melalui penyaringan berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh manajemen RSKO Jakarta.

Tulisan ini merupakan cerita dari salah-satu dari tiga Perawat yang ditugaskan di RSPI Sulianti Saroso yaitu Herry Sasmito Adji, AMD.Kep (Perawat). Bagaimana dirinya menjalani tugasnya di rumah sakit khusus infeksi tersebut.

Herry bercerita bahwa dirinya bertugas di Ruang Mawar yang merupakan ruangan isolasi yang ketat dan khusus dimana saat ini menangani pasien positif Covid-19 dan PDP yang mengalami perburukan.

Dirinya menerima dirinya ditugaskan di ruang isolasi perawatan Covid-19 ini. Sebagai seorang Perawat terdapat beberapa asuhan keperawatan yang dilaksanakan di sana, seperti merawat pasien secara total care.

Ia menggambarkan bahwa pasien disana betul-betul tidak beranjak dari tempat tidur dan apa yang dibutuhkan pasien maka akan dibantu oleh tenaga medis baik dokter, perawat ataupun tenaga kesehatan lainnya.

Bahkan para Nakes membantu memindahkan posisi tubuh ditempat tidur agar pasien mendapatkan posisi yang nyaman karena para pasien bernafas pun masih lemah.

Pengalaman baru didapatkan Herry yang terbiasa menangani pasien komplikasi jiwa, fisik dan NAPZA/Narkoba di RSKO Jakarta. Disana para perawat harus mampu melakukan tindakan invasif seperti mengambil darah. Pada kondisi tertentu apabila tenaga laboratorium yang mengambil darah akan kurang efisien.

Dirinya merasa aman saat memberikan pelayanan kepada pasien Covid-19 disana. Design ruangan membuat sirkulasi udara tidak tercampur antara ruangan satu dengan yang lainnya.

Pada saat di RSPI Sulianti Saroso kita (Para Nakes yang bertugas) bisa merasa aman karena semuanya ada Standart Operasional Prosedure (SOP) dan pelaksanaannya sesuai kebutuhan pasien Covid-19,” ungkap Herry.

Herry merasa kasihan kepada pasien Covid-19, karena ketika sudah memasuki area pelayanan rumah sakit mereka sudah tidak bisa lagi dijenguk oleh keluarga. Para pasien hanya diperkenankan membawa gadget / smartphone untuk berkomunikasi dengan keluarga.

Secara psikologis di awal dirinya ditugaskan disana rasa khawatir pun datang. Ternyata yang ia rasakan dirasakan oleh yang lain juga termasuk para pasien.
Dirinya diawal belum memahami penyakit Covid-19 ini spesifikasi seperti apa ? keilmuan dirinya menyangkut Covid-19 ini masih sangat terbatas.

Bahkan dirinya harus menghadapi kondisi kecemasan pasien, apalagi para pasien yang baru datang. Ada cerita dari pasien bahwa dirinya disebut telah meninggal oleh para tetangga rumahnya.

Selain pasien yang cemas, para Nakes disana juga harus mampu memberi support mental bagi pasien yang putus asa.

Pria berambut belah tengah ini mengucap Alhamdulillah banyaklah pasien sembuh di beberapa minggu terakhir dibandingkan dengan minggu pertama dirinya bertugas. Ia sedih karena setiap dinas pasti ada salah satu pasien itu ada yang meninggal. Tetapi lebih banyak yang mengalami perbaikan.



Pengalaman yang paling tidak dia lupakan ialah pada saat dirinya menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap. Minggu-minggu awal dirinya bertugas amat cemas tiap kali menggunakan baju hazmat.

Ia sangat takut alat pelindung diri itu bocor sehingga dirinya terkena paparan / tertular. Untuk membasmi paparan virus yang menempel di APD setelah selasai bertugas di ruang perawatan dilakukan sterlisasi di ruang isolasi khusus.

Masuk ke ruang perawatan tubuh harus kering sedangkan pada saat keluar ruangan dan kemudian membuka Hazmat yang terjadi keringat bercucuran sampai ke bagian bokong. Menggunakan hazmat bagaikan mandi sauna, tenggorokan menjadi kering dan timbulnya rasa lapar. Bernafas dengan APD lengkap terbilang sulit, karena masker pun berlapis-lapis.

Dua minggu terakhir dirinya sudah mulai beradaptasi, dan merasakan senang ketika melihat ada pasien yang sembuh. Rasa senang yang mampu meningkatkan imunitas kami, karena menghindari stress.

Sebagai tenaga Kesehatan yang diperbantukan dari RSKO Jakarta ke RSPI Sulianti Saroso, Herry dan kedua perawat lainnya mendapatkan fasilitas yang sama dengan Nakes Covid-19 lainnya.

Fasilitas yang diberikan oleh RSPI Sulianti Saroso dari penginapan di hotel,  laundry, komsumsi selama bertugas, dan transportasi. Sebelum kita masuk ke ruangan isolasi para Nakes diberikan sarapan.

Para Nakes wajib sarapan karena pada saat menggunakan APD itu sangat panas dan sangat menguras energi. Para Nakes menggunakan masker berlapis-lapis dan baju hazmat yang berbahan seperti plastik dan berada diruangan bertekanan.

Herry menggambarkan ruangan isolasi memiliki sistem sirkulasi udara yang membuang udara keluar menggunakan vakum. Jika Nakes menggunakan APD lengkap belum minum atau belum makan dapat mengakibatkan hipoksia.

Setelah selesai bertugas dari RSPI Sulianti Saroso banyak hal yang bisa dijadikan pengalaman, contohnya seperti penanganan pasien yang dicisolasi, kepedulian perawat yang berada di sana terhadap Kesehatan dan keselamatan kerja dan mendapatkan pengetahuan menyangkut alat dan fasilitas ruang isolasi.

Paling membuat  Herry sangat senang itu adalah ketika dirinya bisa kembali RSKO Jakarta dengan sehat walafiat. Menurutnya yang paling utama diberikan Kesehatan dan tidak tertular ketimbang membahas insitif / uang yang diberikan negara kepada dirinya.

Dirinya berharap tidak bertambah nya korban Covid-19 dan semoga semua tenaga Kesehatan yang ada di sana diberikan kesehatan dan bisa berkumpul Kembali bersama keluarga.
---
Blogpost ini diupload oleh Instalasi Humas dan PKRS RSKO Jakarta
Penulis : Andri Mastiyanto, SKM (Penyuluh Kesehatan Masyarakat)
Narasumber : Herry Sasmito Adji, AMD.Kep (Perawat)
Terima kasih, Salam Hangat RSKO Jakarta
Facebook (DISINI) - Twitter (DISINI) - Instagram (DISINI) - Web (DISINI)





anasabila
onik
saeful07
saeful07 dan 8 lainnya memberi reputasi
9
1.2K
18
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670KThread40.3KAnggota
Tampilkan semua post
KurohinaM1911Avatar border
KurohinaM1911
#9
Sudah selayaknya pemerintah memprioritaskan, menghargai jasa nakes dengan tunjangan, upah besar, serta akomodasi layak setingkat hotel, lebih dari poliTIKUS maupun anggota dhewan.
0
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.