IlsaputraAvatar border
TS
Ilsaputra
Suasana Ramadan di Tengah Pandemi di Pasaman Barat

Bisa gak, sih, tahun 2020 ini dihapus aja? Setelah itu instal lagi, soalnya versi yang ini mengandung virus.
Tahun 2019 kita jaga jarak sama orang negatif tapi 2020 kita harus jaga jarak dari orang positif.

Dua kalimat di atas adalah sebuah bentuk lelucon hampir sebagian masyarakat dunia. Bukan untuk lucu-lucuan, di sini Ane nangkepnya itu adalah bentuk kesedihan atas pandemi yang terjadi tapi tidak kunjung pergi.
Gansist pada ingat, gak? Waktu Presiden Joko Widodo pertama mengumumkan bahwa ternyata ada dua orang Suspect Covid-19 di Tanggerang, yang pertama kali keluar dari mulut Ane 'wah akhrinya' eits, tunggu sebentar. Itu Ane bukan seneng gansist. Kalimat itu, Ane rasa kalimat paling horror.

Pasaman Barat adalah sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Sumatera Barat alias berada di Ranah Minang. Jarak tempuhnya sekitar tiga jam dari kota Padang.

Ketika Covid-19 telah mewabah di Indonesia tepatnya di Jakarta dan beberapa daerah di Pulau Jawa. Ane berdoa semoga virus tersebut tidak sampai ke Pasaman Barat. Mengingat daerah Pasaman Barat yang relatif masih banyak perkampungan. Sehingga penularan virus dapat ditekan.

Namun menjelang Ramadan, Covid-19 makin menggila saja, walau daerah Pasaman Barat masuk ke Zona Zero Case, setelah satu pasien positif dinyatakan sembuh. Tetapi kami tetap merasakan dampak dari berlakunya beberapa aturan akibat Covid-19. Mulai dari sekolah diliburkan, kerja dari rumah, dan pembatasan jarak serta fisik.

Akibat berlakunya semua aturan tersebut, banyak kegiatan dan tradisi yang terhalang. Padahal tradisi dan kegiatan tersebut salah satu yang ditunggu-tunggu selain menjalankan ibadah puasa itu sendiri.

Pertama yaitu Tradisi Mambantai*, eiitss tunggu dulu. Jangan salah paham. Mambantai di sini memang artinya membantai, tapi bukan manusia, lo, ya. Sehari sebelum bulan Ramadan, banyak toke-toke peternak akan menyembelih seperti sapi atau kerbau yang mana dagingnya akan dijual di pasar. Sudah menjadi tradisi yang mendarah daging bagi kami warga Pasaman Barat mungkin juga bagi semua warga Sumatera Barat akan memasak Gulai daging, tambusu, sup, dan yang pastinya rendang. Namun ada yang berbeda saat mambantai di tengah pandemi, pasar sedikit lebih longgar tidak sesak seperti biasa. Beberapa ada yang menjual daging di depan rumah. Terlihat petugas kepolisian berjaga di beberapa titik. Ah rindu sekali melihat kerumunan orang-orang di lapak pedagang sambil berebut daging bahkan ada yang tidak kebagian.
Sumber: https://m.bisnis.com/amp/read/201904...dipatok-tinggi


Kedua Tradisi Balimau*, seperti namanya Balimau di ambil dari kata limau yang artinya jeruk. Adapun medianya yaitu jeruk nipis, daun-daunan wangi seperti daun pandan, dan bunga-bungaan. Sehari sebelum Ramadan, yaitu pada sore hari orang-orang akan pergi mandi Balimau, bisa saja ke sungai atau ke pantai bahkan ada yang hanya mandi Balimau di rumah. Namun yang terasa sekali perubahannya yaitu mereka yang bisa ke pantai atau sungai, dikarenakan Covid-19 orang-orang tidak boleh beramai-ramai atau bergerombol. Jadilah pada akhirnya, terasa ada yang kurang karena Balimaunya di rumah saja.
Sumber: https://www.cendananews.com/amp/2015...ri-kaidah.html


Ketiga Tarawih, meskipun usia Ane tidak usia kanak-kanak lagi, tetap saja perasaan bersuka cita untuk tarawih pertama menggelora. Teringat berjejeran anak-anak di jalanan. Telekung putih melayang-layang, sabar Gansist bukan hantu. Ibu-ibu yang menuju masjid. Itu dulu, sebelum ada Covid-19. Sekarang setelah adanya aturan untuk sholat tarawih di rumah saja, jalanan lengang sekali. Ane sesekali memang masih ke masjid, bukan shalat tarawih hanya mengantar Ibu yang tidak mau sholat di rumah saja.
Sumber: https://www.idntimes.com/hype/throwb...s-tarawih-c1c2


Keempat Sahur, biasanya ketika sahur remaja dan anak-anak akan memadati jalanan. Ada yang bersepeda, jalan kaki, dan ada yang naik kendaraan bermotor. Sarung akan tergantung di leher masing-masing. Setelah sholat subuh ada yang marathon, beberapa suara mercon berbunyi di sana-sini. Nah selama masa Covid-19, kegiatan sahur ini terasa sekali perubahannya. Lengang, seperti bukan bulan ramadan.
Sumber: https://www.idntimes.com/hype/throwb...s-tarawih-c1c2

Kelima beburu Takjil, nah, untuk yang satu ini. Gak berubah Gansist! Masih ramai sekali pasar sore. Seperti tidak ada kejadian apapun, Ane pernah lewat pasar sore karena ada sebuah urusan. Ane terkejut sekali dibuat keramaiannya.
Sumber: https://www.cekaja.com/info/20-resep...aling-populer/

Namun ada juga yang baru soal takjil di masa pandemi yaitu banyaknya yang berjualan online. Nah yang satu ini cukup membantu bagi mereka yang tidak mau keluar rumah dan memilih di rumah saja. Kita tinggal order dan tunggu dengan duduk manis di rumah.
Begitulah suasana bulan Ramadan di masa pandemi di Pasaman Barat. Banyak berubah, dari tahun sebelumnya. Walau masih banyak juga orang yang mengabaikan aturan. Ane berharap selesai Ramadan ini, pandemi ini juga selesai dan pergi jauh. Rindu sekali rasanya bertemu teman-teman, berekreasi bersama keluarga tercinta. Duduk di warung nasi ampera makan rendang. Dan masih banyak lagi kegiatan-kegiatan yang Ane rindukan. Tentunya adik-adik kita rindu sekolah.
Covid-19 segeralah pergi!

Apapun makanan berbukanya, cendol jangan lupa, ya, Gansist Sumber: https://m.detik.com/food/info-kuline...gar-di-jakarta
Diubah oleh Ilsaputra 15-05-2020 06:52
dj
nona212
cattleyaonly
cattleyaonly dan 46 lainnya memberi reputasi
47
517
21
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Minangkabau
Minangkabau
icon
363Thread389Anggota
Tampilkan semua post
desifatma77Avatar border
desifatma77
#12
Ngiler caliek cindu Ilsa siang-siang badangkang ko
sofiyuen
Opi.Sabai
nurulnadlifa
nurulnadlifa dan 6 lainnya memberi reputasi
7
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.