aniesdayAvatar border
TS
aniesday
Pulang Balik Cinta, Antara Osaka dan Indonesia



Dok.pri

Sebagai perempuan, mendidih darah saya ketika ada seorang lelaki berkata," Dia hanya pelampiasan, karena aku marah padamu."

Punya hak apa dia memperlakukan perempuan seperti itu. Baiklah, kami rentan diberi kata-kata manis. Mudah dirayu, lalu jatuh hati pada lelaki romantis. Tapi dijadikan permainan, itu sungguh mengerikan.

Saya marah padanya, mendidih darah atas nama perempuan. Lelaki seperti itu perlu diberi pelajaran. Padahal telah saya ingatkan, "Jangan permainkan wanita, itu bisa jadi hukum karma. Anakmu perempuan, ibumu, adikmu juga. Apa kau mau mereka disakiti? "

Bergeming, kata-kata itu berlalu di telingannya. Dengan jawaban berbalik menyalahkan. "Karena kamu yang ngajari. Aku datang ke Indonesia untuk menikah denganmu. Tapi apa yang kudapat. Ada saja alasanmu menolak. Padahal, kita bisa melakukan akad saja. Kau mempermainkan aku."

Dia, lelaki yang sedang bertengkar dengan saya itu adalah reseacher wisata. Pekerjaannya keliling dunia, menjadi peneliti di bidang wisata atas perintah HPI, Himpunan Pariwisata Indonesia lewat pemerintah. Datang ke Indonesia untuk melamar saya setelah chatting intens personal lewat Whataapp.

Posisinya ketika itu sedang di Osaka, Jepang. Dia chat saya mulanya, setelah sehari saya masuk ikut grup conversation in english. Dia menjadi bagian dari anggota itu. Tertarik pada pronouncesaya katanya. Yang ketika di grup memang harus setor suara untuk berinteraksi in english.

Sesudah itu, seperti tak kenal waktu dia chat, atau telepon, pun Video Call. Bangun tidur, sarapan, akan berangkat kerja, pulang kerja, mau tidur bahkan sampai ketika kebelet pipis dia sempatkan chat. Selalu saya jawab meski sambil lalu, sekaligus melatih bahasa inggris pikir saya. Itupun dengan jawaban datar. Ya, tidak, sedang ini atau itu.

Rupanya ini dianggap membuka hati. Hingga dia punya keinginan datang ke Indonesia untuk beristri. "Aku sudah lelah bertualang, ingin pulang. I will come to you. Get married with you."

Menolak, saya utarakan penolakan padanya. Tak ingin menikah lagi, ada 2 anak sudah besar, hidup ini untuk anak saya. Itu alasan utama yang saya kemukakan. Rupanya itu tidak cukup membuatnya mundur. Satu tiket perjalanan pesawat ditunjukkan. Jadwal terbang ke Indonesia dua hari lagi.

Ini meresahkan tentu saja, tapi tak bisa saya cegah. Tiket di tangan, nilainya lebih 8 juta. Wait and see, akhirnya itu jadi solusi. Saya sudah tua, sebentar lagi setengah abad. Pasti ketika dia tahu kondisi yang sesungguhnya, dia tak kan mengejar saya lagi.

H - 1 dari jadwal take off dia alami kecelakaan. Jatuh dari tangga apartemen ketika akan berangkat ke konsulat untuk mengurus surat-surat. Kakinya patah, harus masuk ruang operasi. " Cinta, aku tidak tahu harus bagaimana, operasi. Sedangkan besok jadwal take off."

"Yang penting sehat dulu. Gak usah pulang sekarang gak papa. Reschedule saja. Utarakan alasan."

"Ah, kamu lagi. Pokoknya aku harus pulang, aku sudah tidak sabar mau ketemu kamu."

dok.pri
Operasi berjalan lancar, tapi dia harus bed rest 3 hari. Tiket hangus, dia nekat beli lagi. Tepat hari ke tiga dia terbang, pulang ke Indonesia. Menggunakan kurk. Kasihan ini makin meraja. Dia sangat serius rupanya.

Bertemu dengannya bukan hal yang saya harapkan. Seperti terjebak. Kasihan, dia sudah banyak berkorban. Terutama untuk kakinya. Dia pincang, gegara pulang demi meminang. Maka saya datang ke rumahnya, pagi usai dia datang dari Jepang. Menjenguk, itu niatnya. Pula mencegah dia datang ke rumah seperti yang dia katakan sebelum landing.

" Kasih share lock alamat, aku akan langsung datang ke rumahmu, bertemu ibumu."

Pertemuan pertama saya lakukan di rumah ibunya, di desa kecil Pasuruan. Menjenguk kaki itu tujuan mula. Tak nyana jika ibu dan keluarganya sudah diberitahu bahwa saya adalah calon istrinya. Kebingungan menyergap. Perbedaan usia, dia tak masalahkan. Selisih beberapa tahun, dia lebih muda, satu hal yang tak lumrah di budaya jawa.

Keluarganya menyambut hangat, seperti kedatangan anggota keluarga baru. Diajak bergabung makan dan bercengkerama di dalam rumah. Kikuk, saya rasakan gagap adaptasi.

Ada acara yang harus saya hadiri bersama komunitas bahasa Inggris di Kota Pasuruan Pagi itu, maka saya segera pamit. Lelaki yang baru tiba dari Osaka itu ngotot mau ikut, dengan kurk kami pergi bersama. Naik bus kota menuju lokasi.

Hal yang tak pernah saya bayangkan. Ternyata lelaki itu bertato di lengan. Satu point penghalang. Keluarga saya taat agama, pasti ibu keberatan bermenantu dia. Merokok pula, ini saya tak suka.

"Maafkan, kau bertattoo, itu tidak bisa diterima keluargaku."

Quote:


Komprominya membuat saya tak berkutik. Tak mungkin saya katakan tidak mencintainya. Itu akan melukai, saya harus berikan alasan logis supaya dia tak tersinggung.

Quote:


Sambil menunggu waktu yang tepat, saya mulai mengenalnya. Banyak kebiasaanya yang membelalakkan mata. Minum bir juga pergaulan bebas dengan wanita. Itu saya ketahui dari gawai yang dia bawa. Ada beberapa video dan fotonya saat party dengan bule juga perempuan Jepang. Baju terbuka, peluk cium dengan lawan jenis lumrah adanya.

Quote:



Dok.pri
Perbincangan panjang mewarnai. Rupanya industri pariwisata demikian adanya, sex bukan barang tabu dilakukan mereka yang belum menikah. Saya utarakan keberatan. Dia katakan, kalau sudah menikah, akan dihentikan.

Ini menambah daftar ketidak cocokan. Dia bukan imam yang sesuai standar. Sholat, mengaji tak bisa. Bagaimana dia bisa jadi imam?

"Aku akan belajar, lihat saja." Janjinya.

Benar, dia mulai belajar shalat. Ibunya sampai menitikkan air mata mengetahui lelaki yang ingin memperistri aku itu sholat.

" Dia sholat nduk, ibu tak masalah kalian menikah." Kata ibu lelaki itu ketika untuk ketiga kali saya ke rumahnya.

Pada hitungan hari ke 21 di Indonesia dia saya perbolehkan ke rumah, bertemu ibu. Tanpa basa basi dia utarakan maksudnya.
Quote:


Ibu tersenyum mendengar keterus terangannya. Saya juga, ini seperti di film saja pakai bicara cinta. Apa memang begitu ya budaya orang luar sana. Tidak malu bicara cinta.

"Tunggu kabar saja ya, biarkan kami bicara dahulu dengan keluarga, terutama anak-anaknya."

Anak saya yang pertama dan kedua kompak menolak. Mereka tidak mau ibunya menikah lagi. Pun anak perempuan lelaki yang ingin memperistri saya itu, hasil pernikahannya dengan perempuan Belanda beberapa tahun lalu yang kini berusia 8 tahun. Mereka bercerai setelah menikah 3 tahun. Beda budaya, itu katanya. Tidak dijelaskan rinci penyebabnya, selain perkataan "Aku tidak mau menghabiskan sisa hidupku dengan ibu anakku."

Ajakannya menikah sembunyi, akad saja tanpa diketahui keluarga saya tolak. Tak ada rumah tinggal, saya tak mau hidup campur dengan keluarganya. Alasan itu saya utarakan.

"Baik, aku akan beli rumah untuk kita. Kau mau di mana?"

Tidak sampai 2 bulan dia sudah bisa mewujudkan. Koneksi luar negeri yang dimiliki membuatnya dipercaya menangani proyek property. Membuka lahan baru di daerah wisata untuk dibangun Villa Estate. Dia menjadi pimpinan proyeknya.

dok.pri
Rumah mewah di real estate dia miliki, dengan segala perabotan luks di dalamnya. Mobil juga motor menemani. Simbol sukses yang diimpikan perempuan mestinya, tapi saya belum juga bersedia menikah dengannya. Takut anak itu pertimbangan utama.

"Aku sudah punya rumah, kita bisa tinggal di sana. Anak-anakmu di pesantren kan? Keep silent. Mereka tak akan tahu."

Ajakannya saya elakkan untuk kesekian kali. Ini yang membuatnya marah. " Find, kalau begitu jangan salahkan, kalau aku mencari perempuan lain."

"Silahkan, jika itu baik untukmu. Aku tak keberatan. Kalau perlu kulamarkan dia untukmu. Kita bersaudara saja, oke."

Percakapan itu mengakhiri ajakannya menikah. Kami masih berhubungan sebagai partner kerja. Membuatkannya Company profile, juga menulis planningotaknya untuk menjadi sebuah master plan, sebelum dieksekusi menjadi sebuah proyek.

Kepiawaiannya berolah kata manis, juga tampilan bermobil membuatnya mudah mendapatkan wanita. Dia ceritakan semua wanita yang pernah jatuh ke pelukannya. Satu wanita saya ingin lamarkan untuknya, ditolak." Nggak, aku gak mau dia, sombong. Dia pikir karena dokter aku mau sama dia. Bisa diinjak aku nanti kalau dia jadi istri."

Selanjutnya pertengkaran panjang terjadi. Ternyata, tak hanya perempuan dokter itu yang berhasil dia ajak kencan. Ada perawat, dosen, sekretaris juga. Setidaknya saya hitung sudah 5 wanita yang berhasil dia taklukkan.

Quote:

Debat itu mengakhiri hubungan saya dengan lelaki yang ingin menjadikan saya istri itu. Saya tinggalkan dia. Blok nomor dan seluruh akses yang berhubungan dengannya.

Sampai suatu ketika, chat saudaranya masuk, meminta nomor lelaki yang pernah ingin memperistri saya dibuka. Saya turuti, tengah malam seperti dia chat. "Aku ingin bicara."

Beralih ke pembicaraan via telpon
Quote:


Tak kuasa membalas ucapannya. Hanya tangis berderai. Seperti kehilangan sahabat lama. Duka itu menyesakkan dada. Merundung hingga kini. Sering bayang nakalnya tak mau pergi. Ada apa ini?

dok.pri

Ngroto, 1/4/2020

Ditulis Anis Hidayatie, Untuk Event Patah Hati Kaskus
Diubah oleh aniesday 08-09-2020 07:56
hugomaran
dalledalminto
nona212
nona212 dan 40 lainnya memberi reputasi
41
1.5K
43
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.5KThread41.6KAnggota
Tampilkan semua post
aniesdayAvatar border
TS
aniesday
#2
eh..kamu aja gk percaya. apalagi saya..hehe
ceuhetty
samyphantom
samyphantom dan ceuhetty memberi reputasi
2
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.