- Beranda
- Berita dan Politik
Kemenkes: Tes PCR Corona Massal Terkendala Alat dan SDM
...
TS
nevertalk
Kemenkes: Tes PCR Corona Massal Terkendala Alat dan SDM
Staf Khusus Menteri Kesehatan, Alex K Ginting mengatakan pihaknya terkendala melakukan tes menggunakan metode polymerase chain reaction (PCR) secara massal. Padahal sejauh ini tes PCR dinilai memiliki tingkat akurasi yang tinggi mendeteksi virus corona (Covid-19).
Alex mengungkapkan kendala yang dihadapi pemerintah melakukan tes menggunakan metode PCR, salah satunya adalah ketersediaan reagen, cairan yang dapat mendeteksi genetik dalam virus. Jika reagen tersedia pun butuh laboratorium dan tenaga ahli untuk mengoperasikannya.
"Tidak semua reagen compatible ke semua mesin PCR, ada link and matchuntuk jenis tertentu," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Selasa (21/4).
Alex mengatakan alat PCR yang digunakan Indonesia didatangkan dari negara lain. Selain alat PCR, reagen yang dipakai untuk mendeteksi virus juga harus impor.
"Alat PCR impor, termasuk reagen, karena pandemi, banyak negara memerlukan reagen primer, sedangkan produksi terkendala karena banyak negara yang lockdown," ujarnya.
Pada 15 April 2020 lalu, pemerintah mengatakan telah mendatangkan 150 ribu reagen untuk mendukung tes Covid-19 di Indonesia.
Namun kemarin, Selasa (21/4), Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto mengatakan beberapa laboratorium berhenti beroperasi lantaran reagen belum sampai.
Lihat juga:
Tangkal Corona, PSBB Bandung Raya Mulai Berlaku Hari Ini
Alex melanjutkan, selain ketersediaan alat reagen, tes PCR juga terkendala oleh fasilitas dan sumber daya manusia (SDM).
Menurutnya, dibutuhkan biosafety laboratorium (BSL) level 2 untuk melakukan tes PCR. Kemudian masing-masing laboratorium harus memiliki SDM dalam jumlah banyak untuk mendeteksi virus menggunakan PCR.
"Makanya kementerian harus hati-hati membeli ribuan PCR, karena memerlukan seribuan dokter ahli patologi klinik atau ahli lab biomolekuler," kata Alex.
Lebih lanjut, Alex menjelaskan alasan pemerintah memilih rapid test untuk deteksi dini Covid-19. Menurutnya, tes PCR membutuhkan waktu yang lebih lama dibanding rapid test untuk mendeteksi keberadaan virus, disamping kendala fasilitas dan SDM.
Lihat juga:
Bantuan Pusat dan Pemprov Terkendala, Bekasi Sebar Sendiri
Alex mengatakan rapid test digunakan untuk deteksi awal karena lebih mudah dan cepat. Rapid test pun bisa dilakukan oleh perawat tanpa kecemasan akan risiko penularan virus.
"Rapid waktunya cepat, PCR butuh waktu lama sementara manusia bergerak pindah dan mengganggu surveilanspenyakit. Rapid bisa dikerjakan perawat tanpa takut risiko virologi," kata Alex.
Sementara itu, Achmad Yurianto mengatakan tes PCR diutamakan untuk pasien dalam pengawasan (PDP). Sedangkan rapid test diperuntukan bagi masyarakat yang berstatus orang dalam pemantauan (ODP).
"Kami kejar-kejaran untuk PCR pada PDP, tetapi terkendala reagen habis. Dan baru bertahap sampai dengan tanggal 28 kami terima 700 ribuan didatangkan oleh gugus tugas," kata Yurianto.
Lihat juga:
Sanksi Tegas dan Bansos, Kunci Efektif Larangan Mudik Jokowi
Sampai kemarin, pemerintah telah memeriksa sebanyak 50.370 spesimen dari 46.173 orang terkait dengan pemeriksaan virus corona dengan menggunakan uji PCR.
Berdasarkan hasil pemeriksaan spesimen itu, jumlah kasus positif virus corona secara kumulatif mencapai 7.135 kasus. Dari jumlah itu, 616 orang meninggal dunia dan 842 orang dinyatakan sembuh.
Sementara, jumlah ODP mencapai 186.330 dan PDP sebanyak 16.763. Virus corona sudah menyebar di 257 kabupaten/kota seluruh provinsi Indonesia.
https://m.cnnindonesia.com/nasional/...a-alat-dan-sdm
SDM TAK ADA, PCR ADA
MALAH NGANGGUR TUH ALAT GA KEPAKE
SDM ADA, ALAT TAK ADA
MALAH KORBAN TUMPLEK BLEK BERPOTENSI BANYAK MENULARKAN LG
Diubah oleh nevertalk 22-04-2020 03:44
sebelahblog dan 62 lainnya memberi reputasi
63
2.6K
68
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
670KThread•40.3KAnggota
Tampilkan semua post
wawanbjm
#36
Sekedar cerita dr temen gw di moscow , awal april positif 4.500an , di indon pad waktu itu kisaran 2,500an, trus satu hari yg lalu temen bilang disana uda angka 34.000 yg positif, di indon kemaren kisaran 7.000an yg positif
Aq tanya, kok disana melonjak, katanya dsana ad test massal (rapid,pcr,dan swab) jd org yg OTG juga dapat di deteksi
mereka lbh mengandalkan fungsi pengendalian wabah (tes massal deteksi dini) klo dikita lebih mengutamakan fungsi pencegahan (psbb, social distancing, bagi2 sembako yg penuh drama)
Klo masalah sdm kita mampu kok asal ada kemauan dr pemerintah
Aq tanya, kok disana melonjak, katanya dsana ad test massal (rapid,pcr,dan swab) jd org yg OTG juga dapat di deteksi
mereka lbh mengandalkan fungsi pengendalian wabah (tes massal deteksi dini) klo dikita lebih mengutamakan fungsi pencegahan (psbb, social distancing, bagi2 sembako yg penuh drama)
Klo masalah sdm kita mampu kok asal ada kemauan dr pemerintah
ssr dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Tutup